Seorang teman baru dari Klaten menghubungi saya via DM Instagram. Qadarullah putra beliau juga memiliki autism spectrum disorder (ASD) sebagaimana putra saya, Rashif.
Teman baru saya itu bercerita sang putra sudah menjalani terapi sejak berusia 18 bulan hingga sekarang 3,5 tahun, tapi tak banyak terjadi perbaikan. Setelah ditelusuri, penyebab utama waktu yang terbuang sia-sia itu karena teman saya tak pernah mendietkan anaknya sebagaimana diet anak autisi lainnya.
Berkali-kali saya mendapat cerita sama. Saya pun harus kembali memutar memori lama ketika mendengar curhatan ibu-ibu yang kebetulan anaknya mantan autisi dan sekarang sudah kerja, kuliah, atau masih bersekolah reguler di berbagai daerah di Indonesia. Kebetulan saya berkenalan dengan ibu-ibu pejuang autisme tersebut karena kami berada di kapal yang sama, yaitu KIDABA.
Mayoritas ibu-ibu tersebut pernah tersesat, pernah shopping therapy kemana-mana, dan rata-rata awalnya juga menentang diet. Kalo bukan karena Dokter Rudy Sutadi itu galak – anak yang gak diet, gak diterima jadi pasien beliau – mungkin saya dan ibu-ibu lainnya tidak akan menjalankan diet komprehensif ini untuk anak-anak kami.
Pertolongan Pertama pada Autisi (P3A)
Ibu-ibu yang DM saya umumnya bingung harus memulai dari mana? Kebanyakan mereka sudah pusing duluan membaca diet yang harus dijalankan untuk anaknya.
Ya saya juga sama dulu, pas baca itu serasa gak nginjak Bumi lagi. Banyak banget dietnya? Yakin tuh saya bisa menerapkan diet tersebut sama anak saya?
Eh, kuncinya ternyata cuma satu, yaitu kemauan alias niat. Ternyata setelah dijalani, memasuki bulan keenam kini, saya semakin santai saja mendampingi diet anak saya. Anak saya pun bisa adaptif.
Saya gak pernah ngerasa sok jagoan sama anak. Gak pernah minta dikasihani dengan kondisi saya. Gak pernah pula niat pamer. Buat apa pamer? Wong anak saya belum sembuh sepenuhnya, masih berproses. Soalnya beberapa teman, bahkan sahabat saya sendiri pun merasa kasihan sama saya.
Ada yang bilang saya ini terlalu nge-push diri lah. Sometimes sih YES, saya memaksakan diri sebab siapapun pernah berada di titik terendah dan butuh pijakan kuat untuk bangkit lagi. Cara saya nge-push diri saya adalah dengan semangat.
Saya terus menyemangati diri bahwa akan datang masanya nanti anak saya tak perlu diet ketat lagi, akan ada masanya nanti anak saya gak perlu diterapi lagi, akan ada masanya nanti saya menuai apa yang sudah saya semai.
Punya anak autisi itu gak bisa berleha-leha dengan waktu. Penyembuhan anak autisi butuh waktu bukan sehari dua hari, sebulan dua bulan, melainkan minimal 1,5 tahun hingga 3 tahun, bahkan lebih, bergantung usia anak.
Punya anak autis itu bukan takdir. Punya anak laki-laki atau anak perempuan, itu baru namanya takdir. Jadi, jangan menyerah di awal, mau selambat apapun kita menyadari kelainan anak kita.
Autisme itu bisa disembuhkan. Jadi, kenapa saya harus undur diri dan menerima kondisi anak saya begitu saja? Ya enggak dong. Saya akan berjuang sampai kapan pun untuk kesembuhan anak saya.
Ada teman yang kasihan sama anak saya karena dietnya begitu ketat, padahal anak saya mah gak tersiksa tuh dengan dietnya. Malah berat badannya pernah naik sampai 1,5 kg per bulan. Apa lagi kalo bukan karena dia suka makan makanan yang disajikan ibunya, meski itu gak pakai bumbu macam-macam.
Buat ibu-ibu yang membaca ini, mungkin yang baru menemukan informasi tentang diet anak autisi, trus bingung harus mulai dari mana? I feel you. Silakan baca terus pemaparan dr Rudy Sutadi dari KIDABA tentang Pertolongan Pertama pada Autisi (P3A).
1. Lingkungan rumah
- Bersihkan lingkungan rumah, makanan, minuman, dan lain-lain untuk menghilangkan, menghindari, dan meminimalisir paparan baru lebih lanjut.
- Jangan ada yang merokok di rumah.
- Jika pakai AC, sebaiknya AC dengan penyaring udara yang berfungsi baik.
- Gunakan alat penyaring udara portabel, sehingga bisa dipindah-pindah ke kamar atau ke ruangan di mana anak berada, misalnya di teaching room, kamar tidur, dan sebagainya.
- Sebaiknya penyaring udara mini juga ditempatkan di mobil.
2. Makanan
- Lakukan CFGFSF Diet, yaitu casein-free, gluten-free, dan sugar free diet dengan benar-benar ketat. Artinya 100 persen tidak dikonsumsi anak.
- Jangan mengonsumsi bahan-bahan kimia berupa pewarna makanan, perasa makanan, dan pengawet makanan.
- Sebaiknya gunakan bahan makanan organik.
- Lakukan rotasi dan eliminasi diet dengan bantuan BALSH Rating Chart.
- Jangan mengonsumsi soya atau kedelai dan jagung
- Jangan mengonsumsi buah, sayur, dan umbi yang kandungan atau kadar fenolnya tinggi.
Apa saja buah, sayur, dan umbi yang kandungan fenolnya tinggi? Saya pernah menuliskannya di postingan ini.
Berikut adalah buah dan sayur yang kandungan fenolnya rendah dan boleh dikonsumsi anak autisi:
- Buah: jambu hijau kristal, jambu air hijau, delima, sirsak, markisa, srikaya, blewah, daging buah kelapa muda, bengkuang, kedondong, buah naga putih, alpukat, timun suri, labu kuning, kesemek, tin, kolang kaling, atep/ aren.
- Sayur: sawi hijau, sawi putih, oyong, lobak putih, kacang panjang buncis, kailan, katuk, kenikir, tauge kacang hijau, labu siam, daun labu siam, daun labu kuning.
Daftar di atas bisa saja bertambah seiring penelitian lanjutan. Banyak juga teman yang whatsapp saya menanyakan apakah sayur ini boleh dimakan atau tidak, buah ini boleh dimakan atau tidak, dan umumnya saya gak bisa jawab semuanya.
Saya sendiri punya prinsip, kalo bahan tertentu tidak ada di daftar yang boleh dikonsumsi, ya saya tidak berikan. Bisa juga diberikan, tapi jangan lupa pantau, evaluasi, kemudian lakukan rotasi dan eliminasi.
Rotasi dan eliminasi diet untuk mengetahui apakah bahan makanan tertentu memicu perburukan perilaku pada anak. Jika tidak berpengaruh, lanjutkan konsumsinya. Jika berpengaruh, hentikan konsumsinya.
Jadi, gak usah tanya lagi, ini boleh gak, itu boleh gak? Kapan mulai dietnya kalo begitu?
2. Peralatan masak
- Jangan memasak dengan panci atau bahan aluminium, stainless steel, dan tanah liat. Gunakan hanya panci atau bahan terbuat dari kaca.
- Jangan menggunakan alat masak dari bambu atau kayu yang difernis. Sekiranya difernis, rebus terlebih dahulu dengan air mendidih hingga fernisnya hilang.
- Jangan menggunakan alat makan berbahan plastik dan melamin, gunakan hanya alat makan berbahan kaca atau keramik.
- Sendok stainless steel bisa digunakan hanya untuk makanan dan minuman dingin, bukan makanan dan minuman panas.
3. Diet kimia
- Jangan gunakan bahan-bahan toksik atau kimia berbahaya di rumah, mulai dari obat nyamuk (insektisida), bakterisida, berbagai spray dan aerosol (parfum, hair-spray, minyak wangi, deodorant), pelembut dan pewangi pakaian, cairan pembersih lantai.
- Jangan me-laundry atau dry-cleaning pakaian dan kain yang kontak langsung dengan anak, misalnya seprai, selimut, gorden, terlebih laundry kiloan yang bau pewanginya sangat kuat, keras, dan tajam.
- Pisahkan pakaian, perlengkapan mandi, perlengkapan tidur milik anak saat mencuci.
- Lebih baik gunakan sabun colek dibanding deterjen. Gunakan seminimal mungkin dan dibilasi dengan air sampai tidak ada sisa sabun menempel pada pakaian. Sabun colek bisa juga digunakan untuk membersihkan peralatan makan dan peralatan memasak.
- Jangan gunakan bio-soap atau green-soap yang mengandung minyak zaitun (olive-oil) yang tidak diperkenankan untuk anak autisi.
- Jangan gunakan bahan-bahan cat off-gas. Gunakan cat tembok, cat kayu, atau cat minyak yang no volatile organic compounds (No-Voc). Benar-benar yang No-Voc ya, bukan yang Low-Voc.
- Jangan gunakan kayu lapis dan fernis.
- Jangan gunakan karpet permadani.
- Jangan gunakan bahan kain dengan fire retardant.
- Jangan berenang di kolam renang umum, sebab mengandung banyak sekali bahan kimia, misalnya kaporit. Bahan kimia ini sedikit banyaknya bisa terserap atau terminum oleh anak autisi yang jelas akan memperburuk kualitas dietnya.
4. Terapi, obat, dan suplemen
- Lakukan terapi dengan metode Applied Behavior Analysis (ABA) secara intensif, minimal 40 jam per minggu, bahkan during all walking hours alias selama waktu anak terjaga dengan optimal.
- Sebaiknya berkonsultasi dengan ahli gizi untuk mengatur asupan gizi seimbang yang jumlah hariannya sesuai kebutuhan anak, tapi menggunakan bahan-bahan makanan yang dibolehkan.
- Apabila anak autisi sakit, bisa diberikan antibiotik, ekstra pribiotik, dan obat umum.
- Jangan menggunakan obat berupa sirup.
- Jangan menggunakan obat dengan kandungan parasetamol, asetosal/ salisilat, dan pseudoephedrin.
Jika anak autisi sakit dan perlu mendapatkan antibiotik, bagaimana pengaturannya?
Berikan Nystatin 500.000 U tablet, dosis terapetik, selama mendapat antibiotik dan dilanjutkan 3-5 hari setelah antibiotik dihentikan. Aturan pemberiannya adalah:
- Anak <2 tahun: 4 x 0,5 tablet
- Anak 2-5 tahun: 4 x 1 tablet
- Anak >5 tahun: 4 x 2 tablet
Dilanjutkan 10 hari berikutnya dengan dosis:
- Anak <2 tahun: 4 x 0,25 tablet
- Anak 2-5 tahun: 4 x 0,5 tablet
- Anak >5 tahun: 4 x 1 tablet
Dilanjutkan dosis pemeliharaan selama 1 tahun, setiap malam sebelum tidur dengan dosis:
- Anak <2 tahun: 1 x 0,25 tablet
- Anak 2-5 tahun: 1x 0,5 tablet
- Anak >5 tahun: 1 x 1 tablet
Berikan juga ekstra probiotik di mana frekuensi pemberian probiotik sama dengan frekuensi pemberian antibiotik. Contoh, ketika anak mendapat antibiotik dengan frekuensi 2/3/4 kali per hari, maka frekuensi probiotiknya juga 2/3/4 kali per hari.
Ekstra probiotik ini terdiri dari:
- Ther-Biotic Complete 1 kapsul
- Saccharomyces Boulardi 1 kapsul
- Culturelle with lactobacillus GG 1 kapsul
- Colostrum Gold liquid
Bagaimana dengan obat-obatan lainnya?
Daftar berikut memerlukan konsultasi dan rekomendasi dengan dokter masing-masing.
Obat demam
- Ibuprofen tablet (misalnya Proris®, Fenris®), 5-10 mg/kgbb, 3-4 kali/hari. Jangan diberikan saat perut anak kosong.
- Metamizole/ Dipyrone tablet (misalnya Novalgin®), 10-15 mg/kgbb, 3-4 kali/hari
Obat pilek
- Saat anak autisi pilek, gunakan anti-histamin, seperti CTM (Chlorpheniramin), Pheniramine, Cetirizine.
- Cetirizine (misalnya Ryvel®/Ryzen® 10 mg tablet): 2-6 tahun 1×0,5 tablet; 6-12 tahun 1-2×0,5 tablet; >12 tahun 1×1 tablet
- Chlorpheniramin (CTM) 4 mg tablet: 1-6 tahun 3-4×0,25 tablet; 6-12 tahun 3-4×0,5 tablet: >12 tahun 3-4×1 tablet
- Pheniramin maleate (misalnya Avil) 4 mg tablet: 5-10 tahun 3×0,5 tablet; >10 tahun 3×1 tablet: >12 tahun 3-4×1 tablet
Obat batuk (termasuk pilek)
- Dextral® kaplet (tablet): 6-12 tahun 3×0,5 kaplet; >12 tahun 3×1 kaplet; dewasa 3×1 kapsul
- Corsamyl® tablet: 2-5 tahun 3×0,25-0,5 tablet; 6-12 tahun 3×0,5-1 tablet; >12 tahun 3-4×1 tablet
Obat untuk mengeluarkan dahak dan lendir
- Bromhexin (misalnya Bisolvon®) 8 mg tablet: 2-5 tahun 2×0,5 tablet; 5-10 tahun 3×0,5 tablet; >10 tahun 3×1 tablet
Obat asma
- Hindari penggunaan obat asma yang mengandung kostikosteroid
Obat diare
- New diatabs tablet: 6-12 tahun 1 tablet setiap Diare, maksimal 6 tablet sehari; > 12 tahun 2 tablet setiap diare, maksimal 12 tablet sehari.
- Norit 125 mg/ tablet: > 3 tahun , diare, dengan atau tanpa kram perut: 5-7 tablet, 3 x1, maksimal 21 tablet sehari; perut kembung karena gas berlebihan di usus, atau gangguan pencernaan lain, berikan 3 tablet setelah makan, diulang setelah 2 jam.
Obat mual dan muntah
- Primperan tablet: < 5 tahun 0,1 mg/kg berat badan, dosis 3 x sehari; 5-15 tahun 0,5 mg/kg berat badan per hari, dibagi 3 dosis.
Obat maag
- Hindari penggunaan obat maag yang mengandung aluminium
Obat sariawan
- Kenalog In Orabase Cream, oleskan pada bagian yang sakit.
Satu aturan pemberian obat untuk anak autisi yang sering dilupakan orang tua adalah bentuk obat. Anak autisi sebaiknya hanya diberikan obat-obatan dalam bentuk tablet dan serbuk putih, bukan sirup. Jika berbentuk kapsul, maka kapsulnya harus dilepas dan keluarkan isinya. Jika berbentuk tablet salut gula (berwarna), maka lapisan salut gulanya harus dikikis dan dibuang terlebih dahulu.
Jangan mudah terbuai dengan iklan obat dan suplemen untuk anak autisi yang beredar di media sosial. Banyak sekali iklan menyesatkan yang jika tidak kita saring dengan baik, bisa bikin diet anak kita gagal total.
Semoga postingan saya ini bermanfaat bagi yang membutuhkan. Terima kasih sudah berkunjung ke blog saya. Happy New Year ya.
Leave a Comment