Warna kesukaan anak autis
Warna kesukaan anak autis

Biru dan hijau. Dua warna ini seperti sihir kecil yang selalu berhasil membawa senyum di wajah Rashif, anak autisku yang berusia lima tahun. Dunianya yang penuh warna dan keajaiban yang mungkin hanya ia yang bisa pahami. Tapi aku tahu, biru dan hijau adalah bahasa yang ia pilih untuk berbicara dengan dunia.

Warna-warna itu seolah memiliki energi khusus yang menenangkan, memikat, dan menghidupkan rasa ingin tahunya.

Setiap kali aku menyiapkan alat bantu belajar untuknya, dua warna ini selalu mendominasi.

Meja belajar Rashif dicat biru, flashcard berwarna hijau pastel, hingga balok kayu berwarna biru-hijau yang mengingatkan pada pepohonan di taman.

Bahkan dalam memilih pakaian sehari-hari, dari baju, celana, kaos kaki, sajadah hingga celana dalamnya, warna biru selalu menjadi favorit. Pensil warna atau spidol di rumah?

Bisa dipastikan warna biru dan hijau selalu habis lebih dulu. Karena itulah, aku sering membeli stok tambahan khusus dua warna ini agar Rashif tak pernah kehabisan.

Kenapa Warna Begitu Penting?

Bagi anak-anak dengan autism spectrum disorder (ASD) seperti Rashif, warna bukan sekadar estetika.

Warna adalah alat komunikasi mereka, cara mereka merasa terhubung dengan dunia, dan elemen penting yang memengaruhi suasana hati serta tingkat kenyamanan.

Setiap kali Rashif menggambar dengan kombinasi biru dan hijau, aku bisa melihat semangat dan rasa tenangnya.

Baginya, warna adalah pintu menuju dunia yang lebih damai. Dan bagiku, warna adalah cara untuk memberinya rasa aman di tengah dunia yang kadang terasa terlalu sibuk dan berisik.

Preferensi Warna pada Anak Autisme

Ternyata, apa yang aku alami dengan Rashif didukung oleh banyak penelitian ilmiah. Salah satu jurnal menarik yang pernah kubaca adalah Atypical Color Preference in Children with Autism Spectrum Disorder yang ditulis oleh Marine Grandgeorge dan Nobuo Masataka.

Menurut penelitian ini, anak ASD sering memiliki sensitivitas sensorik yang lebih tinggi dibanding anak-anak pada umumnya.

Hal ini disebabkan oleh kurangnya konektivitas antar area kortikal di otak mereka, yang memengaruhi cara mereka memproses informasi visual, termasuk warna.

Dalam penelitian tersebut, 29 anak laki-laki dengan ASD dan 38 anak laki-laki tanpa ASD di Prancis diminta memilih warna favorit dari enam kartu berwarna (merah, kuning, pink, biru, hijau, dan cokelat).

Hasilnya menunjukkan bahwa anak-anak dengan ASD cenderung menyukai warna hijau dan cokelat, sementara warna kuning cenderung dihindari karena dianggap terlalu mencolok.

Warna hijau dan cokelat, dengan nuansa yang lebih alami dan lembut, tampaknya membantu mengurangi overstimulasi dan memberikan efek menenangkan.

Sebaliknya, warna kuning yang memiliki tingkat luminansi tinggi justru memicu sensasi yang tidak nyaman untuk mereka yang spesial.

Pilihan Warna Terbaik untuk Ruang Ramah Autisme

Jika kamu ingin menciptakan ruang yang ramah untuk anak autis, baik itu kamar tidur, ruang belajar, atau pusat terapi, memilih warna yang tepat adalah langkah penting.

Warna-warna lembut dengan tone pastel sering menjadi pilihan terbaik karena efeknya yang menenangkan anak autis.

Berikut adalah beberapa warna yang dikenal ampuh untuk menciptakan suasana tenang.

Hijau

Warna ini mengingatkan anak autis pada alam, memberikan rasa harmoni dan keseimbangan.

Biru

Warna biru memiliki efek menenangkan, membantu meredakan kecemasan dan meningkatkan fokus.

Ungu muda

Memberikan kesan lembut dan menenangkan, sering diasosiasikan dengan kreativitas anak autis.

Kuning pucat

Versi lembut dari kuning yang tetap memberikan energi positif bagi anak autis tanpa overstimulasi bagi anak.

Pink lembut

Warna yang hangat dan menenangkan, sering digunakan di ruang terapi anak.

Krem hangat

Memberikan suasana nyaman dan aman, ideal untuk ruang tidur atau ruang santai anak autis.

Dengan warna-warna ini, kamu bisa menciptakan ruang yang tidak hanya estetis, tetapi juga membantu anak merasa lebih rileks, fokus, dan nyaman.

Sebaliknya, ada beberapa warna yang perlu dihindari anak autis karena dapat memicu overstimulasi dan meningkatkan ketidaknyamanan pada anak.

Warna-warna cerah dan mencolok seperti merah dan kuning terang, misalnya, sering kali dianggap terlalu “berisik” dan mengganggu anak.

Berikut adalah beberapa warna yang sebaiknya dihindari.

Kuning terang

Tingkat luminansi yang tinggi membuat warna ini terasa menyilaukan dan terlalu mencolok.

Merah

Warna ini sering diasosiasikan dengan peringatan atau bahaya, yang dapat meningkatkan kecemasan anak.

Putih terang

Terlalu steril, sering diasosiasikan dengan lingkungan medis seperti klinik atau rumah sakit.

Neon

Warna mencolok yang memicu overstimulasi dan sulit diproses oleh otak anak.

Saat memilih warna, penting untuk mempertimbangkan kebutuhan individu anak dan bagaimana warna tersebut memengaruhi perasaannya. Tidak ada aturan yang benar-benar kaku, jadi sesuaikan dengan preferensi unik anak.

Proses Memilih Warna yang Tepat

Memilih warna untuk ruang ramah untuk anak sebenarnya mirip seperti menyiapkan resep masakan spesial. Kamu harus tahu bahan apa yang cocok, bagaimana cara mencampurnya, dan apa hasil akhirnya.

Langkah pertama adalah memahami kebutuhan anak. Apakah anak lebih nyaman dengan warna-warna netral? Apakah ada warna tertentu yang membuatnya merasa cemas atau tidak nyaman? Dari sini, kamu bisa mulai menyusun palet warna yang sesuai.

Pastikan juga kamu menghindari kontras warna yang terlalu tajam. Misalnya, perpaduan merah dan putih atau kuning terang dengan biru tua. Kontras yang terlalu mencolok bisa membuat anak merasa bingung atau tertekan.

Warna adalah alat komunikasi yang powerful. Dengan memilih warna yang tepat, kamu bisa menciptakan ruang yang tidak hanya nyaman secara fisik, tetapi juga menenangkan secara emosional.

Apakah itu biru, hijau, atau warna pastel lainnya, setiap pilihan warna memiliki efeknya sendiri. Jadi, saat mendesain ruangan, pikirkan warna-warna yang bisa menjadi teman, bukan pemicu.

Dan ingat, di balik setiap warna yang kamu pilih, ada satu tujuan utama, yaitu menciptakan dunia yang lebih nyaman, damai, dan penuh cinta bagi buah hati kita tercinta.

Share:

Leave a Comment