Pikler adalah bingkai panjat kayu khusus untuk balita dan anak kecil. Mainan anak ini sedang ngetren nih, setidaknya lima tahun terakhir.
Emmi Pikler, seorang dokter spesialis anak di Budapest, Hungaria adalah orang pertama yang memperkenalkan pikler. Dokter Emmi merancang tangga kayu berbentuk segi tiga sama sisi sekitar 1930-an untuk mengontrol mobilitas balita yang kadang tak terkendali.
Pikler triangle mendorong anak bergerak bebas, mandiri, dan belajar mengembangkan kepercayaan diri sesuai dengan kemampuan sendiri, tanpa bantuan orang tua. Instrumen bermain ini juga meningkatkan kecerdasan kognitif dengan cara merangsang imajinasi anak.
Pikler bentuknya gimana sih?
Pikler berbentuk tangga segi tiga sama sisi, dilengkapi dinding panjat terbuat dari kayu pipih nan kokoh yang bisa difungsikan sebagai seluncuran atau perosotan.
Pikler aman gak buat anak?
Jawaban saya, iya. Anak-anak paling aman ketika mereka dibebaskan bermain di atas pikler, tapi tetap dalam pengawasan orang tua.
Jangan pernah membiarkan anak bermain pikler tanpa diawasi ya. Biasanya sih anak-anak hanya akan memanjat setinggi mereka merasa aman dan nyaman.
Anak kembar saya, pertama kali diperkenalkan pikler, beraninya cuma manjat 4-5 injakan ke atas. Barulah pelan-pelan, seiring kepercayaan diri bertumbuh, mereka akhirnya berani sampai puncak, kemudian meluncur.
Kalo kita terlalu panikan dan campur tangan, seringnya malah bikin anak ragu dan akhirnya gagal mencapai potensi maksimalnya. Soalnya anak terlanjur takut duluan mendengar orang tuanya panik.
Pikler mengajarkan anak menyadari kemampuan fisiknya. Menariknya tuh di sini. Anak kita bisa mengenal tubuhnya, mengukur rasa aman dalam dirinya.
Pikler bagian dari Montessori?
Pikler memang sering ditemukan di kelas atau di rumah orang tua yang terinspirasi dengan pengasuhan ala Montessori. Namun, pikler bukan instrumen asli Montessori, melainkan sekadar cocok dengan Filosofi Montessori.
Anak bisa main pikler mulai usia berapa?
Sejak enam bulan anak udah boleh main pikler. Kan tingginya bisa diatur. Biarkan anak mengeksplorasi bingkai kayunya secara perlahan, seiring waktu, dan mengikuti pertambahan umur.
Pikler bisa dipakai sampai anak berumur 5-6 tahun.
Kalo dikasih pikler, ntar anak pengen manjat terus, gimana dong?
Eh, jangan salah. Memanjat itu bagus untuk kesehatan fisik dan mental anak.
Saya yakin semua ibu pasti pernah menanyakan hal sama, “Kok anak saya suka banget manjat ya?” Jawabannya ya karena memanjat membuat anak merasa lebih percaya diri, seakan mereka adalah superhero ketika berhasil melakukannya.
Lagian, bukankah lebih bagus kalo anak kita diarahkan bermain di satu tempat, menggunakan pikler. Ketimbang mereka manjatin lemari, kursi, meja, furniture, rak TV, ya kan? Malah ini bikin kita lebih khawatir sama keselamatan anak.
Belinya di mana dan harganya berapa?
Pikler bisa kita beli di berbagai marketplace e-commerce. Ketik aja kata pikler triangle, udah deh, ntar keluar banyak pilihan dan tempat membelinya. Harga berkisar Rp 1-1,5 juta per unit.
Kita juga bisa kok bikin pikler sendiri. Tinggal pergi ke tukang kayu yang biasa bikin furnitur.
Cara lain mendapatkan pikler adalah menyewanya di tempat sewa mainan anak. Saya nih contohnya, minjemin anak-anak saya pikler dari ASIKULANCAR dan SEWAMAINANMU, pusat sewa mainan anak di Jakarta.
Manfaat Pikler
Pada 1946, Pemerintah Kota Budapest meminta dr Emmi Pikler mendirikan Panti Asuhan Loczy. Panti asuhan ini menampung bayi-bayi yang kehilangan orang tua selama Perang Dunia II.
Dokter Emmi melatih seluruh staf di Panti Asuhan Loczy untuk memperlakukan bayi-bayi di sana sebagai pribadi yang bebas dan berkembang sesuai keinginan masing-masing.
Kebanyakan bayi di panti asuhan pada umumnya dirawat dengan telaten, ditidurkan di keranjang bayi, dan dibiarkan bermain di sana selama berjam-jam. Nah, Panti Asuhan Loczy memperlakukan bayi dengan cara berbeda.
Anak-anak justru dibiarkan bergerak, menjelajah, bermain dengan bebas. Pengasuh-pengasuhnya cukup memantau dari jauh, mengatur quality time untuk berkomunikasi dan menjalin ikatan mendalam dengan bayi.
Emmi Pikler punya mahasiswa bimbingan bernama Magda Gerber. Dia lah yang membawa dan mengembangkan pendekatan Pikler saat kembali ke Amerika Serikat hingga sekarang mendunia.,
Berikut tujuh manfaat pikler untuk mendukung tumbuh kembang si kecil.
1. Mendorong perkembangan motorik kasar
Motorik kasar adalah bagian integral dari tumbuh kembang anak yang dipengaruhi aktivitas fisik. Anak dua tahun seharusnya sudah bisa berdiri, berpegangan pada benda, berjalan, berlari, bahkan memanjat.
Kalo kita membatasi ruang gerak anak, hanya karena alasan takut jatuh dan terluka, berarti kita menunda proses alami motorik kasar anak. Pikler triangle melibatkan latihan otot tangan, kaki, lengan, dan batang tubuh.
Kalo anak-anak di desa sih lebih bebas bergerak di alam terbuka ya. Mereka udah biasa manjat gundukan tanah, gelantungan di pohon, meluncur dari atas batu besar.
Sekiranya anak kita sekarang ini gak punya kesempatan itu, entah karena alasan hidup di kota, atau gak ada taman bermain yang relevan, maka pikler triangle solusinya. Mainan ini bisa memfasilitasi anak melakukan banyak gerakan dan aktivitas, tapi dengan lingkungan lebih higienis.
2. Memperkuat anggota tubuh
Bergerak dan berlatih dengan pikler triangle bisa memperkuat anggota tubuh anak. Ketika anak memanjat pikler, mereka memindahkan beban tubuh ke lengan tangan atau lengan kaki.
Gerakan kaki anak saat mereka naik turun tangga pikler, mirip dengan gerakan mengayuh, sehingga menguatkan anggota tubuh anak.
3. Meningkatkan imajinasi anak
Imajinasi memengaruhi prospek karier dan masa depan mereka. Anak-anak imajinatif berani bermimpi dan mengubah mimpi itu menjadi tujuan jangka panjang.
Pikler triangle bisa meningkatkan imajinasi anak. Contoh praktiknya anak berpura-pura sedang memanjat Gunung Everest dan mencapai Puncak Himalaya. Anak bisa mengubah pikler menjadi tenda atau rumah-rumahan. Pokoknya otak mereka berpikir dan berimajinasi lebih luas.
Pikler bisa jadi apa aja ya?
- Bingkai panjat
- Terowongan untuk merangkak
- Tenda atau gua, cukup dengan memasangkan sarung atau karpet di atasnya.
- Lintasan balap untuk mobil-mobilan
- Tempat nyaman untuk membaca
- Kapal bajak laut
- Catwalk untuk anak atau boneka-bonekanya
- Garasi untuk mobil-mobilan anak.
4. Memperbaiki stimulasi vestibular
Stimulasi vestibular memungkinkan anak bisa menenangkan diri, membuat diri lebih nyaman tanpa bantuan orang lain, dan meningkatkan fokus. Ada banyak aktivitas bisa dilakukan untuk memperbaiki stimulasi vestibular, seperti bermain ayunan, perosotan, melompat-lompat, atau naik komidi putar.
Masalahnya adalah semua aktivitas tersebut mayoritas dilakukan di luar rumah. Kendalanya anak-anak zaman sekarang susah dilepas bermain di luar rumah, apalagi pas pandemi begini. Padahal mereka harus tetap mendapat stimulasi vestibular ini di dalam dan di luar rumah.
Solusinya? Pakai pikler aja.
5. Memperbaiki defisit propriosepsi
Propriosepsi adalah cara bagaimana anak merespons rangsangan dari orang lain atau lingkungan sekitarnya. Ini faktor penting dalam tumbuh kembang anak.
Anak sadar bahwa kakinya sedang menginjak rumput, pasir, lumpur, batu, atau duri, tanpa harus melihat apa yang mereka sentuh. Ini contoh dari propriosepsi.
Anak autis biasanya mengalami defisit propriosepsi. Makanya saya gak heran putra saya, Rashif responsnya berlebihan, bahkan cenderung aneh kalo bersentuhan dengan permukaan tertentu.
Contoh, dia gak suka menginjak rumput jepang. Pasti langsung teriak dan buru-buru menghindar, atau mematung, gak mau gerak, entah itu mengangkat kakinya atau berjalan menjauhi rumput.
Kalo kakinya nginjak pasir, lantai kotor, atau ada butiran-butiran halus nempel di telapak kakinya, Rashif langsung jalan jinjit. Kayak canggung banget dan merasa jijik.
Pikler triangle membantu memperbaiki defisit propriosepsi pada anak. Ketika telapak kaki, telapak tangan anak menyentuh pikler, tubuh mereka belajar merasakan permukaan yang disentuhnya, kemudian pelan-pelan anak belajar menaiki atau menuruni tangga tanpa harus selalu melihat ke bawah. Anak akhirnya belajar mengoordinasikan gerakan dan keseimbangan mereka.
6. Pikler tidak beracun
Kita tahu bahwa mainan anak-anak zaman sekarang tuh kebanyakan pakai bahan kimia, misalnya baterai yang mengandung timbal, sejenis logam beracun.
Anak berisiko membongkar mainannya dan mengeluarkan baterai. Apalagi bayi di bawah satu tahun, bisa-bisa langsung memasukkan baterai tersebut ke dalam mulutnya.
Pikler buat saya tak ubahnya seperti mainan tradisional anak. Bahannya dari kayu, sehingga tidak beracun. Udah gitu ukurannya bisa diubah-ubah sesuai umur anak.
7. Meningkatkan kemandirian anak
Kesuksesan orang tua adalah membesarkan anak menjadi individu mandiri. Pikler triangle memungkinkan anak belajar berdiri, berjalan, memanjat secara mandiri.
Buah hati kita belajar kemandirian sejak usia dini. Mereka menjadi lebih percaya diri dan ini jelas berguna bagi kehidupan mereka di masa depan.
Pendekatan Pikler dalam Pengasuhan Sehari-hari
Prinsip Pikler menghormati bayi sebagai pribadi. Bayi dibebaskan bergerak supaya bisa mengatur kecepatan dan kemampuan motorikanya sendiri.
Tujuan Prinsip Pikler menurut saya membangun hubungan saling menghormati antara orang tua dan anak.
Pada dasarnya bayi terlahir dengan kemampuan bawaan untuk bertumbuh dan berkembang sendiri. Orang tua cukup mengawasi dari jarak tertentu dan membiarkan si kecil mengeksplorasi kemampuannya.
Memang sih, gak ada orang tua yang tega melihat bayinya yang kecil mungil berjuang melakukan segala sesuatu sendiri. Menurut dr Emmi, di awal sah-sah saja orang tua bertanya-tanya, “Haruskah saya membantunya? Haruskah saya mengajari anak saya cara melakukannya?”
Prinsip Pikler mengajarkan orang tua mengendalikan naluri paternal dengan membiarkan anak gagal dan berhasil dengan sendirinya. Tugas orang tua hanya menciptakan lingkungan aman bagi anak untuk mengeksplorasi kemampuan.
Lalu, bagaimana pendekatan Pikler dalam pengasuhan anak sehari-hari?
1. Biarkan bayi bermain tanpa gangguan
Emmi Pikler dan Magda Gerber percaya orang tua tidak perlu terus-terusan menemani anak bermain dalam jarak dekat. Anak mampu bermain mandiri, menghibur dirinya sendiri selama diberi kebebasan bereksplorasi.
Pernah gak kita bertanya, gimana jika niat kita yang awalnya mau menjaga, melindungi, mendukung anak dengan penuh cinta, ternyata sebetulnya mengganggu proses anak belajar mandiri?
Bayi lagi asik bermain, hanya karena kita anggap cara mainnya berbahaya, kita langsung menghentikan anak dan mendudukkannya ke bouncer atau memasukkannya ke keranjang bayi. Kita merasa kita sayang sama anak, tapi sesungguhnya kita tidak menghormati anak kita.
2. Jangan pernah mengungkung bayi
Mangungkung bayi tak ubahnya seperti kita memenjarakan bayi. Biarkan bayi belajar berbagai gerakan, entah itu berguling, merayap ke sana ke mari, duduk, berdiri, berjalan sendiri, meski jatuh bangun. Anak belajar dari kegagalan dan mengatasi kesulitan.
Orang tua zaman sekarang kesannya membatasi bayi bergerak. Mereka membeli kereta dorong, ayunan berpelindung, alat penyangga pintu, pagar tangga, keranjang bayi yang dalam, kursi anak dengan seatbelt berlapis-lapis, pokoknya semua berkedok demi keselamatan anak.
Namun, tahukah kita? Barang-barang di atas sebetulnya lebih tepat disebut demi kenyamanan orang tua, bukan demi yang terbaik untuk tumbuh kembang anak.
3. Luangkan waktu berkualitas
Ketika bermain, kita membebaskan anak bergerak mandiri. Namun, ketika merawat mereka sehari-hari, khususnya menyuapi makan, memandikan, memakaikan pakaian, menemani tidur, mengganti popok, membacakan buku cerita, dan lainnya itu harus 100 persen.
Jangan pernah menemani anak tidur sambil main HP. Jangan pernah menyuapi anak makan sambil nonton film. Jangan pernah memandikan anak sambil disela mencuci atau menyapu rumah. Kita harus 100 persen untuk anak dalam aktivitas-aktivitas spesifik ini.
Quality time bersama anak jangan terlampau sebentar hanya karena masih banyak pekerjaan rumah belum selesai. Ciptakan suasana menyenangkan, seperti kita sedang nge-date sama anak.
4. Hormati isyarat yang ditunjukkan anak
Begitu anak memalingkan wajah ketika kita menawarinya sesendok lagi sayuran, makna isyarat tersebut cukup jelas, “Aku gak mau makan lagi.”
Lalu, kenapa kita harus maksa anak makan sesendok lagi sambil berkata, “Tinggal sesendok lagi sayang,” “Kalo sayang ibu, dihabiskan ya?” atau “Buka gerbang mulutnya kereta api mau lewat. Aaaaa.” Sungguh, ini artinya kita gak menghormati anak.
Kalo orang tua tetap maksa, anak akhirnya berperilaku destruktif, entah itu menjatuhkan sendok makan, mendorong gelas dan piring sampai pecah, lari menghindar, atau parahnya berteriak dan menangis karena merasa dipaksa. Ini jadi bumerang buat orang tua.
Pendekatan Pikler mengajarkan kita bahwa hal yang paling benar dilakukan adalah membiarkan bayi berkembangan tanpa gangguan. Terima kasih sudah membaca artikel ini. Ditunggu kesan pesannya di kolom komentar ya.
Leave a Comment