Rutinitas adalah hal sangat penting, tapi seringnya tak menyenangkan, terlebih bagi ibu rumah tangga yang kesehariannya di rumah terus. Kesannya rutinitas yang sama itu bikin kita gak kreatif, gak imajinatif, dan tak perlu gengsi mengakui kadang kita pun benci melakukan aktivitas serupa setiap hari.
Sebulan setelah resign kerja pertengahan tahun lalu, beberapa teman japri saya lewat whatsapp atau DM Instagram.
“Muthe, lu kok bisa sih gak pakai ART tapi masih sempat-sempatnya ngeblog?”
“Heran gw ama lu. Makan apa sih? Gw aja ngurusin anak satu udah keteteran, lu anak tiga sendirian.”
“Gimana bagi waktunya mba? Pernah stres gak?”
Begitulah kira-kira komentar yang muncul. Jawabannya adalah konsisten menjalankan rutinitas.
Trus, apakah dengan saya memberi tahu rutinitas harian saya berarti teman-teman saya yang bertanya tersebut harus mengikutinya? Tentu tidak.
Perumpamaan berikut mungkin sedikit menggelitik. Meski menu sarapan saya persis sama seperti yang dimakan Dee Lestari setiap pagi, saya tetap tidak akan bisa menulis novel seimajinatif beliau mau jungkir balik berapa kali atau semedi berhari-hari di Puncak Pangrango sana.
Meski sampo saya sama persis dengan sampo-nya Anggun di iklan televisi, saya tetap tak akan bisa nyanyi sehebat dia, bisa go internesyenel.
Yups, benar banget. Menyalin rutinitas orang lain tidak akan sama impact-nya jika kita melakukan hal sama. Oleh karena itu, rutinitas akan menjadi hal positif jika kita mempraktikkannya sendiri dengan cara kita.
Mengapa Rutinitas Itu Penting?
Rutinitas membantu kita memberi ruang dalam kehidupan untuk bisa mengerjakan hal-hal lain. Menyelesaikan sebagian besar rutinitas dua jam di pagi hari misalnya membuat saya bisa fokus mengerjakan hal lain di siang hari.
Dalam dunia per-ibu-an dan per-istri-an yang super sibuk ini #cielah, kita pastinya melakukan beberapa hal sama setiap hari dan hal tersebut dipastikan harus selesai lebih cepat lebih baik. Jika tidak selesai, kita akan menghabiskan sisa hari kita dengan perasaan dikejar-kejar waktu.
Contohnya, memandikan anak. Saya bisa saja memandikan si kembar pukul 09.00 pagi atau setelah makan siang sekalian. Cukup rutin ganti popoknya saja, selesai perkara. Tapi saya memilih memandikan mereka pukul 07.00 setiap harinya.
Mengapa? Karena saya gak mau saat saya mengerjakan hal lain, nyatanya saya belum menyelesaikan satu rutinitas wajib saya di pagi hari, yaitu memandikan anak. Akhirnya pekerjaan saya akan menumpuk dan perasaan dikejar-kejar waktu itu gak enak banget loh.
Coba jika saya disiplin memandikan mereka jam 7, langsung menyuapkan mereka sarapan, dan mendelegasikan mereka kepada mainan-mainannya, maka saya bisa menjalankan sisa waktu saya setelahnya dengan tenang.
Rutinitas Harian Ibu Rumah Tangga
Saya membagikan rutinitas berikut bukan karena saya berharap ini akan dicontoh ibu-ibu lainnya. Saya pikir ini mungkin bermanfaat bagi new mom atau new wife di luar sana yang kebingungan mempertimbangkan, seperti apa sih menjadi ibu rumah tangga atau full-time mom itu?
1. Bangun pagi
Biasanya saya bangun pagi sekitar pukul 5 atau 5.30 setiap hari. Hal pertama yang saya lakukan minum dua gelas air putih hangat. Konon ini terapi terbaik untuk mengusir lemak-lemak jahat di tubuh kita. Hehehe.
Saya gak tahu apakah rutinitas ini yang membuat saya tidak gendut meski sudah punya anak tiga? Maybe yes, maybe no.
Setelah minum, saya langsung mengisi penuh dua botol dot dengan susu untuk jaga-jaga jika si kembar mendadak bangun saat emaknya shalat subuh. Ibu-ibu yang anaknya sudah bersekolah biasanya bangun lebih pagi, pukul 4 atau 4.30.
2. Bikin sarapan
Saya biasanya akan memasak nasi di magic jar, keluarin bubur si kembar dari dalam kulkas, ikan/ ayam/ atau daging untuk dimasak.
Biasanya saya sudah tahu pagi ini saya mau masak apa karena semua bahan sudah disiapkan di malam hari sebelum tidur. Jadi, sayur yang mau dimasak sudah saya potong, ikan sudah dibersihkan, cabai sudah diblender, bumbu masak sudah dipisahkan.
Food preparation sangat membantu saya menghemat waktu. Gimana cara menyiapkannya? Bisa diintip pada tulisan saya di bawah ini.
Baca Juga: Belajar Food Preparation untuk Seminggu
Di tengah saya menyiapkan sarapan, putri pertama saya (Maetami, 3 tahun) biasanya bangun lebih dulu dan langsung ngintilin emaknya ke dapur. Biasanya Kakak Mae akan memeluk saya dari belakang. Yaaa manja-manja dikit lah. Saya pun membalas memeluk dia, mencium dia, kadang menggendong dia sejenak di dapur. Ini penting untuk bonding. Setelah itu anak akan tenang, jiwanya terisi, dan kembali ke ruang tengah untuk menonton TV.
Jangan sesekali nyuekin anak begitu bangun tidur karena bisa membuat mereka bad mood dan akhirnya menuntut perhatian lebih dari yang seharusnya. Jika ini terjadi, siap-siap saja kerjaan emak bakal mampet, atau jangan-jangan emosi sudah membuncah menghadapi kelakuan anak di pagi hari.
3. Cek email dan whatsapp group
Begitu menu sarapan sudah terhidang di meja, saya menyempatkan diri cek email dan whatsapp group. Urusan ibu rumah tangga itu bukan cuma sebatas dapur, sumur, kasur doang.
Saya beralih pekerjaan dari tadinya jurnalis cetak dan online menjadi content writer dan freelance writer. Saya cek email untuk melihat mungkin saja ada kerjaan baru masuk. Tak lupa juga saya menghapus email-email iklan yang gak penting, email spam, dan email kerjaan lama.
Saya cek whatsapp group sekadar menyambung silaturahmi dengan teman-teman saya sesama bloger. Chit chat sebentar di WA keluarga saya atau keluarga suami. Update status bisa juga nih jika perlu.
4. Memandikan anak
Biasanya suami sudah sarapan pukul 7 dan harus berangkat ke kantor pukul 8. Saat suami sarapan, saya langsung memandikan anak pada waktu yang sama.
5. Menyiapkan sarapan anak
Saya membiasakan anak-anak sarapan sepagi mungkin. Kadang mereka sarapan sebelum mandi, lihat-lihat kondisinya. Jika si kembar masih kenyang abis minum susu, saya mendahulukan mereka mandi. Kadang mereka mandi dulu setelah terlanjur pup alias BAB di popoknya, sehingga perlu segera dibersihkan.
Setelah adek kembar kenyang, saya biasanya gantian sarapan sambil menyuapkan si sulung makan. So, urusan logistik perut serumah selesai saat itu juga.
6. Buka laptop (part-1)
Saya baru membuka laptop setelah pukul 9 pagi. Biasanya jam segitu suami sudah ngantor, anak udah mandi, sarapan, dan mereka lanjut bermain masing-masing.
Nah, saya memanfaatkan waktu seefisien mungkin buat update blog, beresin orderan tulisan, deadline artikel, dan sebagainya. Biasanya saya spare waktu dua jam pertama, hingga pukul 11.00 atau 11.30.
Saat menulis, kadang saya disela oleh si kembar yang minta nenen. Mereka biasanya nenen-nya barengan. Gak usah tanya teknik menyusui anak kembar bagaimana yaaaa, hahaha. Eh, tapi saya pernah iseng menulisnya nih, kali aja ada yang mau baca.
Baca Juga: 6 Posisi Menyusui Bayi Kembar
7. Bermain dengan anak (part-1)
Setelah dua jam pertama beresin kerjaan, rutinitas berikutnya adalah bermain dengan anak. Si kakak biasanya minta diajarin main piano, minta dibacain buku, ditemani menggambar atau mewarna, bermain raket balon, main bola, dan sebagainya, by request.
Si kembar bagaimana? Bayi satu tahun mah seringnya sibuk sendiri ya. Rashif sibuk mondar mandir dalam rumah sambil ngemil. Rangin sibuk berantakin barang, buka laci, lempar sana, lempar sini. Bebas.
Abaikan sejenak rumah yang bak kapal pecah, sebab jarang banget anak kecil yang demen rumah rapi, pasti mereka berantakin kembali. Save your energy, mak!
8. Mandi
Setelah bermain dengan anak, menjelang dzuhur, saya baru nih mandi. Hahaha. Selesai mandi langsung shalat dan siap-siap lagi nyuapin anak makan siang.
9. Makan siang dan tidur siang
Saya ini tipe ibu yang mewajibkan anak-anak saya tidur siang, bahkan tak jarang saya sedikit memaksa. Jika anak saya tidak tidur siang, entah kenapa mereka bakalan rewel di malam hari.
Alhamdulillah si kakak sudah paham betul dengan rutinitas satu ini. Bisa karena terbiasa.
Tidur siang anak-anak saya berlangsung 2-3 jam, mulai pukul 1 siang hingga jam 3 atau 4 sore. Kalo si kakak tidur, si kembar otomatis ikut tidur.
10. Buka laptop (part-2)
Ini opsional sih. Seringnya saya ikut ketiduran pas nyusuin anak. Tidur siang 20-30 menit sangat bermanfaat untuk ibu rumah tangga. Tubuh kita bukan mesin mak, jadi beristirahatlah jika kesempatan itu ada.
Pas saya bangun, anak biasanya masih tidur. Jadi, saya akan kembali buka laptop untuk nyicil kerjaan. Buka laptop tahap kedua ini sangat efektif buat saya. Jangan tergoda untuk lama-lama cek medsos karena kita seperti disihir trus tahu-tahu waktu habis, si kecil pada bangun, akhirnya tulisan gak kelar-kelar.
Saya bisa update blog atau menyelesaikan utang artikel di siang hari. Langsung kirim ke klien dan plong banget rasanya. Sisa waktu bisa saya gunakan untuk menyeterika. Kegiatan ini rutin sekali dua hari atau sekali tiga hari.
Kalo gak ada baju yang mau diseterika, saya memilih me time bentar, ngucapin met ishoma ke suami, cek lagi whatsapp group keluarga, baca berita online, telfon ayah ibu nun jauh di sana, bercanda sama teman-teman sekampus dulu (yups, grup kami masih kompak banget meski udah nyebar kayak anak ayam di seluruh Indonesia). Itu lah me time ala saya di rumah.
11. Bermain dengan anak (part-2)
Yes, jadi ibu itu harus siap menjadi teman main anak, terlebih anak balita. Jangan sampai anak merasa kehilangan ibunya lantaran terlampau sibuk dengan urusan domestik.
Aktivitas bermain dengan si kakak masih tetap sama, main piano, mendongeng, nyanyi bareng, nemenin gambar, ikut mewarna, dan permainan edukatif lainnya. Pokoknya emak adalah asisten pribadi si kakak.
12. Memasak untuk makan malam
Saya terbiasa memasak untuk makan malam setelah pukul 4 sore. Saya optimalkan satu jam saja di dapur karena saya masak yang simpel-simpel saja.
Ibu rumah tangga seperti saya bersemangat memasak karena saya sudah menyiapkan bahannya lebih dulu. Nah, itu dia kuncinya, lagi-lagi food preparation.
Selesai memasak, sore hari baru deh saya menyapu rumah dan beresin sedikit mainan anak. So, hal ini saya lakukan sekali sehari saja.
Ngepel gimana mak? Alhamdulillah suami saya orangnya sangat kooperatif. Sejak menikah, saya nyaris gak pernah ngepel rumah, ngelap kaca, nyapu teras dan halaman. Pekerjaan satu itu di-handle sama si papa. Thanks a bunch, my dear!
13. Mandiin anak
Setelah pukul 5 sore, saya memandikan anak satu per satu. Anak-anak udah wangi, udah sibuk lagi sama mainannya, baru deh giliran emak mandi lagi.
Mandi lagi buat apa? Ya buat suami dong. Masak suami pulang istrinya masih bau bawang, ye kan?
14. Family time
Suami saya seringnya pulang setelah maghrib. Nah, gak ada lagi tuh ceritanya saya buka laptop sampai anak-anak tertidur di malam hari.
Pokoknya kalo suami udah di rumah, waktunya buat keluarga. Ya makan bareng, nonton bareng, main bareng, gelut bareng, leyeh-leyeh bareng, sampai ketiga krucil tertidur.
Kalo anak udah tidur, emak bapaknya ngapain? Gak usah tanyaaaaaaa. Seringnya kita ikut ketiduran juga karena kecapean. Kakaka.
15. Buka laptop (part-3)
Saya suka kebangun tengah malam, entah itu membuatkan si kembar susu, siapin bahan masakan untuk sarapan, atau pengen BAK ke kamar mandi. Biasanya kalo mata tiba-tiba melek atau inspirasi tiba-tiba muncul, saya langsung buka laptop lagi, seperti saat saya menulis postingan ini pukul 1 dini hari.
Loh, gak takut ntar bangunnya kesiangan mak? Hal yang penting untuk diketahui adalah siklus tidur manusia normal itu memang kisaran 5-7 jam. Namun, itu bukan berarti kita tidur nonstop loh, dipecah-pecah lagi menjadi siklus tidur pendek per 1,5 jam.
Jadi, menurut beberapa artikel kesehatan yang saya baca, setiap 1,5 jam itu tubuh kita akan masuk ke dalam fase non-REM yang berarti kita bisa bangun atau terbangun di malam hari. REM itu sederhananya disebut fase bermimpi di mana tubuh kita seperti orang mati, namun otak kita sangat aktif.
Jadi, kalo saya terbangun jam 1 dini hari, namun saya tetap ingin tidur lagi dan bangun pukul 5 pagi, saya maksimal harus tidur lagi 1,5-2 jam sebelum pukul 5 pagi, yaitu maksimal pukul 3.30. Dijamin mata kita gak bakal berat, kepala gak bakal pusing, tubuh gak bakal lelah, karena sudah mengikuti siklusnya. Saya sudah mempraktikkan ini lebih dari 10 tahun.
Rutinitas saya di atas hanya gambaran kasar saja. Selalu ada rutinitas unik setiap harinya seiring bertambahnya usia putra-putri saya. Namun, untuk sekarang, alhamdulillah rutinitas tersebut berhasil membuat saya melalui hari-hari tanpa bantuan asisten rumah tangga.
Ada masanya saya mager alias malas gerak dan akhirnya tidak mengerjakan apa-apa, makan malam pesan lewat go-food saja.
Tak apa mak, kita manusia. Jika saya melakukan itu, saya menganggapnya sebagai reward untuk diri saya, cuti sejenak, istirahat sejenak. Asal jangan setiap hari pesan makanan online ya mak, apalagi jika gaji suami kita pas-pasan. Kasihan mak, nanti kita juga yang pusing menjelang tanggal tua. Hehehe. Kan lebih bijak jika uangnya ditabung.
Rutinitas Artinya Disiplin
Rutinitas artinya disiplin. Ini adalah hal penting. Saya mendisiplinkan diri melakukan ini setiap hari untuk membantu saya menjadi kreatif memanajemen waktu seefektif dan seefisien mungkin.
Sebagai ibu rumah tangga, saya sebetulnya sangat alergi dengan kata maksimal. Buat saya, there is no best way, but there is always a better way. Untuk mencari dan melakukan yang maksimal itu susah, namun yakinlah yang namanya optimal itu bisa kita capai.
Disiplin menjalankan rutinitas buat saya pribadi salah satu kunci kebahagiaan yang hakiki, selain cinta plus dikirimi uang bulanan sama suami. Kikiki. Saya bisa tenang menikmati hari jika pekerjaan utama saya sebagai ibu rumah tangga ditunaikan dengan baik.
Jadi mak, gak usah punya target harus bisa masak buat suami seenak Farah Queen, lantai rumah harus sekinclong muka Nia Ramadhani, semua mainan anak dan perabotan rumah tersusun rapi kayak barisan prajurit TNI. Turunkan sedikit egomu mak. Mari kita bertahan waras.
Jangan lupa hadiahi dirimu dengan piknik atau jalan-jalan, setidaknya sekali seminggu atau sekali dua minggu biar tetap semangat menjalankan hal sama setiap hari. Gak perlu segan minta tolong sama suami karena rumah tangga ini bukan milikmu sendiri. Tetap konsisten ya mak, and finally we will be able to build the strong spirit everyday.
Leave a Comment