Cuti melahirkan kuambil lebih awal, 15 Januari 2019. Due date persalinan menurut dokter adalah akhir Januari tahun ini. Gimana ya? Perut ibun udah gendut banget. Letoy bawa gembolan kemana-mana, udah gak mungkin terjun ke lapangan lagi.
Bulan kesembilan itu akhirnya datang juga ya nak. Gak seperti kehamilan pertama dulu, setiap tahapannya detail banget kuceritakan. Kehamilan kedua kali ini aku sedikit cuek. Bukan karena gak care sama si utun, tapi hari-hari mengandung mereka benar-benar penuh perjuangan. Semua jadinya serba dobel. Dobel morning sicknessnya, dobel mood swingnya, dobel lelahnya, dobel pula kerjaannya.
Waktu hamil Kakak Mae, di rumah benar-benar cuma sama suami dan si kecil di perut. Lebih santai pokoknya. Tidur siang rutin setiap hari. Ngetik kerjaan lancar. Kalo sekarang susah tidur siang dan susah nyambi kerja karena Kakak Mae ajak main terus. Hamil pertama kalo malas bisa selonjoran kaki di depan TV, pindahin channel sesukanya. Kalo sekarang udah lupa kapan terakhir nonton film kesukaan, karena TV dari pagi sampai malam yang diputar semua acara anak.
Terlepas dari itu semua, I enjoy my life. I think I have a very good life. Dulu gak kepikiran umur 32 udah punya anak tiga, soalnya nikah rada telat. Alhamdulillah Allah punya cara terindah melakukannya dengan memberikan anugerah si kembar.
Pertumbuhan si kembar
Sedikit review tumbuh kembang si kembar di dalam perut. Sampai usia 21 minggu, pertumbuhan mereka berdua positif, di zona hijau. Cuma, yang namanya pengalaman pertama yaaa, lihat berat bayi sampai usia 25 minggu belum sampai 1 kg itu rasanya kuatir banget, meskipun dr Semadi bilang, “masih on track kok.” Dasar emaknya aja yang sotoy ngalahin dokternya. Hahaha.
Eh ternyata apa yang dikatakan dokter benar. Satu bulan kemudian, saat 28 minggu, berat si kembar langsung melonjak dua kali lipat. Minggu-minggu berikutnya sampai minggu ke-36 subhanallah walhamdulillah berat mereka sudah memenuhi syarat lahir, masing-masingnya 2,5 kg dan 2,8 kg.
Berat badanku sendiri alhamdulillah gak naik signifikan. Pengaturan makan selama masa hamil emang sengaja dijaga banget. Bukan kuantitas, tapi kualitas nutrisi yang dimakan. Hamil kembar bukan berarti makannya harus dobel atau tripel. Makan nasinya dikit-dikit aja, tapi sayur, lauk, dan buahnya banyak. Kalo ada godaan makan banyak, dibatasi banget, gak boleh sering-sering. Hehehe. Alhasil kenaikan berat badan sejak awal hamil sampai 36 minggu kehamilan cuma 14 kg. Semua nutrisi makanan diserap baik oleh bayi.
Waktu periksa minggu ke-36 pada 17 Januari, dr Semadi bilang pemeriksaan terakhir 28 Januari, dan persalinan sudah bisa dilakukan sehari setelahnya, alias 29 Januari dan seterusnya. Orang bilang hamil kembar dengan prosedur c-section atau normal sudah bisa dilakukan setelah 34 minggu, namun dr Semadi bilang, meski pun aku sudah memutuskan persalinan sesar terencana, tetap jauh lebih baik dilakukan setelah 37 minggu supaya seluruh organ bayi matang dan meminimalisir kekhawatiran lainnya. The twins will come when they want and I will be ready enough when they do. Intinya mah, tetap biarkan bayinya yang memutuskan kapan mau keluar. Hehehe.
Keputusan sesar terencana ini juga pilihanku sendiri. Selain karena salah satu bayiku sungsang, pertimbanganku lainnya adalah kondisi tekanan darah rendah, juga pengalaman melahirkan sebelumnya.
Pada minggu ke-34, aku sempat bertanya pada dokter, apakah perlu si kembar mendapat suntikan kortikosteroid untuk menguatkan paru-paru. Dr Semadi bilang gak perlu karena perkembangan si kembar terbilang bagus dan dokter optimistis keduanya sehat.
Dokter kemudian menyarankanku untuk melakukan beberapa tes skrining untuk persiapan persalinan, mulai dari cek darah, gula darah, hemostasis, sampai tes dan konseling HIV AIDS. Alhamdulillah semua hasilnya bagus dan tidak ada raport merah.
Packing persiapan persalinan
Pengalaman melahirkan Mae bikin ibun kali ini gak serempong dulu. Kebanyakan perlengkapan dasar bayi hasil lungsuran si kakak, jadi lebih hemat. Aku cuma membeli tambahan baju tidur bayi. Paling seneng itu gak perlu beli clodi alias popok kain lagi karena punya Kakak Mae udah ada 24 lembar lebih plus innernya. List perlengkapan bayi yang stand by di rumah tinggal contek catatan lama.
Clodi, baju-baju bayi, kaos kaki, gurita, kain bedong, topi, dan sebagainya dicuci steril dan dipack ke dalam tas. Satu tas khusus si kembar dan Kakak Mae. Satu tas lagi khusus perlengkapan ibun dan papa. DONE, semua tinggal angkut ke mobil.
Nenek Maetami bahkan sudah berada di Denpasar sejak 9 Januari 2019. Karena satu dan lain hal ibu datang lebih cepat. Pengasuh baru Mae, Susi mendadak berhenti bekerja karena orang tuanya stroke, sehingga harus pulang ke Jawa. Allah Maha Baik, Dia kembali kirimkan Yani, pengasuh lama Mae padaku. Yani kebetulan mau pulang lagi ke Denpasar dan bekerja kembali di rumah. Jadi, Mae gak perlu kenalan dan belajar akrab lagi sama orang baru.
Kondisi fisik
Kurang dari 10 hari menjelang persalinan, kondisi fisikku harus benar-benar dijaga. Aku rutin banyak minum air putih setiap hari. Selama hamil kembar alhamdulillah bebas dari keluhan sembelit. Rahasianya? Minum yakult sekali dua hari (eit, bukan iklan lho) dan makan buah berserat. Benar-benar membantu banget.
Sejak hamil 9 bulan, aku juga sudah tak sanggup shalat berdiri. Sekarang shalatnya shalat duduk di kursi. Olah raganya? Gak ada olah raga spesifik sih. Cukup masak di dapur, sesekali naik turun tangga, dan yang rutin ya jelas main sama anak. Itu semua udah menguras tenaga. Hahahaha.
Ini mungkin postingan terakhirku sebelum persalinan si kembar. Duo baby-R segera datang. Semoga semesta merestui mereka berdua. Amiiin.
Leave a Comment