https://www.googletagmanager.com/gtag/js?id=G-8K50HN0MMT window.dataLayer = window.dataLayer || []; function gtag(){dataLayer.push(arguments);} gtag(‘js’, new Date()); gtag(‘config’, ‘G-8K50HN0MMT’);

Mengatasi Gangguan Tidur pada Anak Autis


Sejak putra kembarku lahir. Mereka selalu tidur denganku, terutama saat masih menyusui. Sekarang, mereka sudah berumur empat tahun dan Rashif masih belum bisa tidur sendiri.

Beda hal dengan Rangin. Setahun terakhir, Rangin sudah bisa tidur mandiri. Kami memang tidur di kamar sama, tetapi menggunakan ranjang terpisah. Jika terbangun tengah malam, Rangin bahkan tidak mau ambil pusing kendati aku tak berada di sampingnya.

Kondisinya berbeda dengan Rashif yang kerap mengalami gangguan tidur. Kalau tak ada aku, dia bakal panik dan merengek sambil meraba-raba semua orang yang tidur di kamar sampai menemukanku. Jika aku tak ada di sana, misalnya pergi ke toilet tengah malam, dia akan keluar dan menangis histeris sampai aku memeluknya lagi.

Co-sleeping bersama anak autis memang sebuah tantangan. Jangankan memutus co-sleeping, membiasakan mereka tidur nyenyak tanpa sering-sering terbangun saja sangat sulit pada mulanya.

Gangguan tidur inilah yang kualami ketika Rashif berusia 15 bulan saat dia mulai aktif mengonsumsi susu formula. Kalau bayi lain tidur nyenyak begitu bertemu dotnya, Rashif justru sebaliknya. Dia terbangun tiap jam atau per dua jam. Kalau tidak merengek, dia akan tertawa sendiri seperti melihat hantu.

Saat itu, aku belum tahu Rashif autis dan mengalami casomorphin karena susu. Kebiasaan sulit tidurnya ini makin menjadi-jadi hingga berumur 18 bulan sampai aku memutuskan memeriksakan Rashif ke dokter ahli tumbuh kembang anak di Surabaya. Barulah di sana dokter mendiagnosis Rashif autis.

Gangguan tidur pada anak autis

Kebiasaan anak autis itu banyak yang aneh, salah satunya susah tidur. Aku mau sharing salah satu jurnal ilmiah di Kanada berjudul Sleep Patterns in Children with Autistic Spectrum Disorders: a Prospective Cohort Study. Penulisnya Joanna S Humphreys dkk yang merupakan dokter di Hospital for Sick Children, Toronto, Kanada.

Mereka meneliti pola tidur longitudinal pada anak dengan gangguan spektrum autisme. Respondennya adalah orang tua dan data dari anak-anak autisi berusia enam bulan sampai 11 tahun yang lahir pada 1991-1992.

Hasilnya, anak-anak autisi tidur 17-43 menit lebih sedikit setiap harinya sejak usia 30 bulan sampai 11 tahun. Perubahan durasi tidur mulai dirasakan sejak anak autisi berada pada rentang usia 18-42 bulan. Sebelum usia 18 bulan, pola tidur anak autisi sama seperti bayi normal lainnya.

Perbedaan signifikan terjadi setelah anak rata-rata berumur 30 bulan ke atas. Durasi tidur malam hari lebih singkat. Anak-anak autisi tersebut bangun setidaknya tiga kali dalam semalam. Kebiasaan ini bertahan hingga anak-anak spesial tersebut menginjak remaja.

Kategori “sering bangun” pada anak autisi adalah ketika anak terjaga tiga kali atau lebih pada malam hari. Ini diklasifikasikan tidak wajar.

gangguan tidur pada anak autis

Penyebab utama gangguan tidur pada anak autisi tentu saja faktor genetik. Penyebab lainnya adalah masalah sensorik, defisit melatonin, dan penyakit bawaan lainnya.

1. Masalah sensorik

Anak autisi sangat responsif dengan rangsangan sensorik. Inilah kenapa banyak dari mereka super sensitif dengan suara dan sentuhan. Mereka tidak bisa memblokir atau mengabaikan kebisingan sekecil apa pun di sekitarnya.

Ibu-ibu yang baru punya bayi pasti degdegan tiap kali mau naruh bayinya ke tempat tidur selesai disusui. Rasanya seperti mau naruh bom yang siap meledak sewaktu-waktu. Bunyi kerinyut ranjang atau pintu saja si kecil bisa bangun. Nah, anak autis berkali lipat lebih sensitif dari itu. Bayangkan.

2. Defisit melatonin

Beberapa penelitian menunjukkan anak autisi menghasilkan melatonin lebih sedikit dibanding anak-anak lainnya. Melatonin adalah hormon yang dihasilkan otak pada malam hari yang mengatur ritme sirkadian atau siklus bangun dan tidur.

Anak autis yang memiliki kelainan ekspresi gen memengaruhi cara kerja melatonin. Inilah alasan mereka kerap mengalami gangguan tidur sehingga fase tidurnya acak alias tidak teratur.

Pada jurnal ilmiah berjudul Systematic Review of Sleep Disturbances and Circadian Sleep Desynchronization in Autism Spectrum Disorder: Toward an Integrative Model of a Self-Reinforcing Loop yang ditulis Claudia Carmassi dkk yang merupakan psikiatri dari Pisa University, Italia menyebutkan gangguan tidur ini turut memengaruhi perkembangan otak menjadi tidak normal.

Peneliti mengekstraksi data dari 65 studi. Hasilnya, prevalensi gangguan tidur pada anak autisi mencapai 64-93 persen, angka yang tergolong tinggi dan berbahaya.

Setelah baca jurnal ini, aku teringat candaan teman-teman kuliah dahulu. Kalau kita kelamaan ‘ngalong’ alias jarang tidur malam hari, nanti bisa jadi autis. Ya, kalau dipikir-pikir lagi, mungkin beginilah kira-kira kaitannya.

Ada hubungan dua arah antara ritme tidur tidak teratur dengan berkembangnya gejala autisme pada anak. Lagi-lagi, ini harus ada faktor utamanya dahulu ya, di mana anak tersebut harus membawa gen autisme. Kalau gennya tidak autis, ya kalau semisal dia insomnia, paling keliyengan atau sebatas kehilangan konsentrasi saja.

3. Penyakit bawaan lainnya

Penyakit bawaan di sini lebih kepada penyakit fisik dan mental, misalnya anak dengan gangguan kejang, gangguan obsesif-kompulsif (OCD), ADHD, atau anak dengan gangguan kecemasan. Dalam hal ini, gangguan tidurnya lebih parah.

Tips mengatasi gangguan tidur pada anak autis

Anak autisi sangat membutuhkan tidur berkualitas. Mengapa? Tujuan kita memberikan anak autisi terapi, obat, suplemen, dan diet yang disiplin bukankah demi mendukung detoksifikasi racun di usus dan mempercepat regenerasi sel di otak anak?

Ibaratnya, kita ingin memberikan “pakaian baru” atau “lapisan baru” pada gen-gen anak kita yang rusak tadi supaya dia bisa berperilaku lebih baik, kognitif lebih baik, kemampuan berbahasa dan berkomunikasi lebih baik. Bagaimana mungkin regenerasi sel itu bisa terjadi kalau tidur anak autisi tidak berkualitas?

Tidur adalah prosedur alami tubuh untuk detoksifikasi dan regenerasi sel. Begitulah pentingnya tidur berkualitas bagi anak istimewa kita.

Lalu, bagaimana cara mengatasi gangguan tidur pada anak autis?

1. Diet yang benar

Jangan bosan ya. Di seluruh postingan blog ini, selalu kutekankan pentingnya diet bagi anak autisi. Anak autisi minimal perlu menjalankan Diet CFGFSF (Casein-free, Gluten-free dan Soya-free). Artinya, minimal anak tidak mengonsumsi makanan yang mengandung susu dan produk turunannya, terigu dan produk turunannya, kedelai dan produk turunannya.

Apabila orang tua merasa sudah menjalankan Diet CFGFSF dengan benar dan 100 persen, tetapi anak masih saja mengalami gangguan tidur maka anak harus melakukan diet lainnya, yaitu Diet Fenol. Caranya mengeliminasi buah, sayur, dan produk-produk kimia dengan kandungan fenol tinggi.

Tidak ada pilihan lain ya bu. Solusinya adalah diet, bukan rutin kasih anak kita obat tidur. Jangan justru mengeluh kalau ada dokter menyarankan diet, atau justru mencari dokter yang tidak menyarankan diet sampai ketemu dan berlindung di balik pernyataan tersebut.

Padahal ya, diet untuk anak autisi itu sehat banget. Biasanya sih orang tuanya yang malas dan tak mau repot. Ujung-ujungnya nanti sudah terapi bertahun-tahun, tetapi perkembangan anaknya begitu-begitu saja, barulah menyesal tidak memulai diet sejak dahulu.

Usia golden age anak pun sudah terlewati. Mau nangis sampai berdarah pun tak akan bisa ngecilin umur anak.

Ingat, penyesalan selalu datang belakangan karena kalau datangnya di awal, itu namanya pendaftaran.

2. Hilangkan kebisingan di rumah

Anak normal, begitu tubuhnya lelah, mereka otomatis tidur dan bisa mengabaikan kebisingan sekitar. Mau tetangga pesta hajatan, ada yang nyalain petasan, bom jatuh sekali pun, mereka tetap bisa tidur nyenyak.

Sayangnya, tidak demikian pada anak autisi. Mereka tidak memiliki kemampuan tersebut. Jangankan suara petasan, musik, dan televisi, sesimpel detak jarum jam dinding di kamar atau gerakan tubuh berpindah posisi di atas kasur saja bisa membangunkan mereka.

Sebisa mungkin, cobalah minimalisir kebisingan di dalam rumah menjelang anak autisi tidur. Jangan ada lagi yang nonton televisi. Jangan ada lagi yang memasak di dapur. Jangan ada lagi yang main ponsel di kamar. Jangan ada lagi yang mandi di kamar mandi. Usahakan semua orang beristirahat pada waktu sama.

3. Matikan lampu atau kurangi paparan cahaya terang di kamar

Rangsangan visual bisa mengganggu anak autisi dan membuat mereka sulit tidur. Jagalah kamar tidur dalam kondisi gelap atau temaram. Ini membantu mengurangi stimulasi visual dan mendorong produksi melatonin di otak anak lebih cepat.

Tutup kamar dengan gorden yang tidak tembus pandang. Tutup rapat pintu kamar, jangan sampai ada cahaya membayang dari luar. Tutup juga jendela kamar agar tidak ada gangguan visual dari lingkungan luar.

4. Buat kamar tidur tetap sejuk

Rashif tidak bisa tidur tanpa pendingin ruangan. Dia mudah sekali berkeringat dan langsung tantrum jika kamar tidur panas. AC atau pendingin ruangan setidaknya diatur ke suhu 26-27 derajat Celsius, barulah Rashif bisa tidur nyenyak. Jangan sampai anak berkeringat saat tidur, sesederhana itu.

5. Pasang sprei tidur lembut atau pakaikan baju nyaman pada anak

Masalah sensori yang kusebutkan di awal tadi salah satu alasan perlunya memasang sprei tidur atau baju lembut yang nyaman untuk anak autisi. Ketahui juga bahwa jahitan, resleting, dan kancing terlalu banyak pada baju bisa membuat tidur anak autisi terganggu.

Simpelnya, pakaikan anak baju yang dia suka. Jangan memaksakan pakaian tidur yang tidak dia suka. Caranya ya trial alias coba. Kita pasti tahu baju mana saja yang disenangi anak. Bila perlu, beli baju sama beberapa rangkap.

6. Buat rutinitas yang sama

Kembangkan rutinitas sama setiap malam untuk anak. Apabila anak autisi terbiasa memulai tidur jam delapan malam, ya jangan baru membawa mereka ke kamar sebelum atau setelah jam delapan. Tubuhnya bakal bingung.

Rutinitasnya usahakan sama, misalnya sikat gigi dan cuci muka sebelum tidur, ganti baju tidur, masuk kamar, nyalakan AC, membaca buku cerita, matikan lampu, membaca doa, lalu tidur.

7. Sediakan selimut yang berbobot

Entah kenapa selimut tebal dan agak berat itu membantu bikin tidur Rashif lebih nyenyak. Jika Rangin tidak suka tidur pakai bantal, beda hal dengan Rashif yang senang pakai bantal. Mungkin selimut berat tadi memberikan sensasi anak autisi seperti dipeluk.

8. Ajarkan anak tidur mandiri

Rashif masih berada di fase terakhir ini. Kami sedang mencoba menyetop co-sleeping dengan Rashif. Sejauh ini, tidur siangnya sudah mandiri, tetapi tidur malam hari masih gagal maning.

Pernah kucoba meninggalkan kamar dan tidur di kamar terpisah dengan suami, eh, tengah malam Rashif teriak histeris dan mencari ibunya ke seluruh rumah. Tantrum.

mengatasi gangguan tidur pada anak autis

Sekali lagi, tidur sangat penting bagi anak autisi. Anak normal saja jika tak cukup tidur menjadi gampang emosian, pemarah, dan tantrum. Apalagi anak spesial kita? Usahakan mengurangi gangguan tidur ini dengan rutinitas tadi. Sekiranya artikel ini membantu dan menurutmu informatif, silakan tinggalkan komentar di kolom pesan. Terima kasih.

*Artikel ini dipilih untuk dimasukkan dalam kampanye “Blog Parenting Terbaik di Indonesia” dari penerbit bahan ajar pendidikan Twinkl.


5 responses to “Mengatasi Gangguan Tidur pada Anak Autis”

  1. subhanallah mba, hebat dan sekuat itu mendampingi anak-anak berkebutuhan khusus. semoga selalu dikuatkan dan dilancarkan selama proses membersamai anak-anak ya mba. ternyata anak berkebutuhan khusus punya trik tersendiri ya agar bisa tidur nyenyak mengingat mereka punya pola tidur yang berbeda dengan anak-anak lain pada umumnya. saya yakin artikel ini membantu sekali para orangtua dengan kebutuhan khusus, saya juga jadi tahu beberapa hal terkait hal ini. thank you for sharing mba.

    Like

  2. Wah, ada dietnya juga ya Kak. Pasti luar biasa ini. Baru tahu tentang dietCFGFSF (Casein-free, Gluten-free dan Soya-free). Tidur berkualitas memang sangat kita butuhkan

    Like

  3. Masyaallah, selalu salut sama orang tua yang selalu sabar mendampingi anak yg luar biasa ini. Semoga terus semangat dan makin bersabar mendampingi anak sehingga bisa mendampingi anak autis dengan baik.

    Like

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Blog at WordPress.com.