Kelelahan menjadi tantangan utama setiap ibu anak kembar, terlebih yang merawat anaknya tanpa bantuan pengasuh atau asisten rumah tangga. Sayang yang namanya ibu dituntut bisa beradaptasi menjalankan perannya setiap hari, meski dalam kondisi lelah berkepanjangan.
Pekerjaan ibu itu gak ada habisnya, bahkan setelah anak kembarnya meninggalkan fase bayi yang bangunnya lebih dari tiga kali bergantian di malam hari. Walaupun ibu bisa istirahat malam lebih lama, tetap saja dia merasa kelelahan.
Ibu, mau itu ibu rumah tangga atau ibu bekerja, tetap menjalankan fungsi sama di rumah. Ibu yang mengatur jadwal tidur dan bangun anak. Ibu yang mengatur menu sarapan, menu makan siang, makan malam, membeli perlengkapan anak setiap bulan, membeli bahan makanan, bahan MPASI, menemani anak bermain meski di sela bekerja.
Tidak ada hari sakit, tidak ada hari libur, dan kita tidak dibayar menjadi ibu. Malahan kita rela mengeluarkan uang dari dompet sendiri, bukan dari dompet suami loh ya, untuk membeli satu dua barang keperluan anak, misalnya mainan.
Mengapa Ibu Selalu Kelelahan?
Tugas ibu paling melelahkan sesungguhnya bukan pekerjaan fisik, melainkan beban pikiran. Pernah mendengar istilah hypervigilance? Istilah ini menggambarkan sikap seseorang dengan tingkat kewaspadaan berlebihan.
Sebagai ibu, saya selalu dalam kondisi siaga satu. Saya merasa seolah-olah setiap detik, menit, jam ada bahaya yang mengancam anak kembar saya dan saya sadar akan itu.
Inilah sebabnya ibu selalu kelelahan setiap hari. Rasa cemas, khawatir, dan waspada yang kita rasakan dalam kondisi tetap sadar sungguh menguras tenaga dan pikiran. Secara fisiologis, ini sungguh melelahkan.
Lihat anak manjat kursi dan meja, ibu siaga agar anak jangan sampai jatuh. Lihat anak pegang mainan yang ukurannya kecil, ibu siaga agar anak jangan sampai menelannya.
Lihat anak main ke dapur, ibu siaga agar anak jangan sampai pegang pisau, panci panas, atau tiba-tiba nyalain kompor gas. Lihat anak main dekat lemari TV, ibu siaga jangan sampai anak narik kabel listrik atau malah narik TV sampai jatuh.
Saat anak kembar sudah bisa merangkak atau berjalan, dia semakin aktif mengeksplorasi seisi rumah. Hal-hal yang tadinya aman di mata ibu berpotensi menimbulkan bahaya.
Adakah hal-hal lain yang membuat ibu anak kembar merasa kelelahan sepanjang hari?
1. Ibu lupa makan siang
Ini benar-benar pengalaman saya pribadi. Saya akui, sebelum mempunyai anak, saya hanya makan dua kali sehari. Biasanya pagi hari saya langsung sarapan dengan nasi dan lauk pauknya lengkap. Nanti jam makan siang saya cukup ngemil buah, dan makan malam pukul 19.00 WIB.
Kebiasaan ini tidak bisa lagi saya terapkan setelah punya anak, apalagi menyusui bayi kembar. Saya bisa pingsan seketika karena kekurangan tenaga.
So, ibu-ibu yang punya anak kembar, jangan pernah melewatkan jam makan siang. Jika tidak, baru jam 3 sore kita sudah menjadi mamasaurus yang bawaannya marah dan emosi melulu.
2. Ibu anak kembar multitasker sejati
Saya tak jarang berpikir, kenapa saya harus menyelesaikan pekerjaan satu per satu jika saya bisa menyelesaikan 2-3 pekerjaan sekaligus?
Saya bisa memasak sambil membalas chat, dan menyuapkan anak kembar saya makan. Saya bisa menjawab telepon suami, sambil menjemur pakaian, dan menggendong anak.
Multitasking sangat membantu ibu menyelesaikan banyak pekerjaan. Sayangnya multitasking salah satu sumber kelelahan utama ibu dengan anak kembar.
3. Ibu tidak berusaha menyeragamkan jadwal si kembar
Memang betul, kita tak bisa plek ketiplek menyeragamkan jadwal untuk anak kembar. Kadang, satu anak ingin tidur, anak lain masih asik bermain. Satu anak ingin makan, anak lain gak mau makan.
Ada juga ibu yang memandikan anak kembarnya satu per satu. Belum lagi jika si ibu kondisinya sama seperti saya, mempunyai anak balita selain anak kembar.
Beberapa kondisi memang mengharuskan ibu meng-handle anak kembarnya satu per satu, misalnya tidur siang. Namun, percayalah jadwal mereka yang lainnya bisa diseragamkan.
Saya selalu menyuapkan makan si kembar pada waktu bersamaan. Ketiga anak saya juga dimandikan berbarengan. Iya, tiga anak masuk ke dalam kamar mandi, diguyur, disabunin, dihandukin, dipakein baju bersamaan. Ini sangat menghemat waktu dan mengurangi rasa capek.
4. Ibu suka begadang
Saya tekankan banget sama ibu anak kembar yang membaca tulisan ini. Jangan pernah hobi begadang untuk alasan me time.
Ya, sesekali bolehlah, saya pun pernah, seperti menonton serial Money Heist (La Casa de Papel) bareng suami begitu anak-anak sudah tidur sampai lewat jam 1 malam. Namun, saya kapok melakukannya setiap hari karena ujung-ujungnya saya pasti kelelahan.
Satu tahun pertama mengasuh anak kembar, kita sebagai ibu berada dalam mode survival alias bertahan. Kita harus mengorbankan apa yang namanya mesra-mesraan lama sama suami, leyeh-leyeh lama di depan TV, atau bangun agak siang di pagi hari
Begadang apa lagi, pasti rugi. Kalau kita sedang tidak menyusui anak, ya jangan coba-coba deh ON AIR tengah malam.
5. Ibu terlalu membatasi anak menonton TV
Mohon jangan disalahartikan poin kelima ini ya. Bukan berarti saya menyarankan anak kembar untuk terus menonton TV apalagi bermain ponsel, bukan. Televisi bagi ibu seperti saya yang memiliki anak kembar merupakan baby sitter terbaik.
Hal yang perlu kita lakukan hanyalah menjaga jarak pandang mata si kembar dengan televisi, menyuguhkan tontonan sesuai umur, dan memanfaatkan jam menontonnya dengan baik, misalnya sambil menyuapkan keduanya makan siang.
Saya senang mendelegasikan anak kembar saya kepada mainan-mainannya dan televisi. Mereka bisa mengalihkan dunianya sejenak dari ibunya. Itu membuat saya punya cukup waktu menyelesaikan pekerjaan lain, entah itu makan dan mandi dengan tenang, menjemur pakaian, memasak, atau menulis di blog.
Sekiranya saya terlalu saklek, misalnya menghidupkan dan mematikan televisi setiap 20 menit, seperti robot, sudah pasti anak kembar saya rewel. Saya lebih senang bersikap fleksibel dengan kebiasaan menonton mereka.
Anak kembar saya tidak menonton TV terus kok. Saat mereka tidur siang, sibuk bermain mobil-mobilan, sibuk bermain ban sepeda, atau mengacak-acak buku bacaannya, saat itulah saya mematikan layar. Ketika mereka mulai rewel, nempel terus kayak perangko, kembali saya menyalakan televisi. Saya terbantu banget sama yang namanya TV android karena bisa menyesuaikan tontonan untuk anak-anak saya.
6. Ibu lupa membawa stroller saat membawa si kembar keluar rumah
Saya lebih baik ketinggalan ponsel daripada ketinggalan stroller si kembar kalo sedang jalan-jalan di luar rumah. Kalo saya harus masuk mall tanpa stroller anak, meski pun si kembar sudah bisa berjalan, saya lebih baik balik kanan pulang lagi.
Kebayang gak sih satu anak ngacir ke barat, satunya lagi ngacir ke timur. Satu anak pergi ke lorong makanan, lainnya lari-larian di lorong perlengkapan bayi di supermarket? Belum lagi suara Mariah Carey emak yang super tinggi mengingatkan mereka supaya jangan pergi terlalu jauh.
Semua ibu yang punya anak kembar pasti perlu stroller ganda. Bila perlu sedia tali kekang supaya anaknya gak kemana-mana. Hehehe.
7. Ibu mengajak si kembar keluar sendirian
Jangan pernah deh keluar rumah membawa anak kembar sendirian. Harus ada yang nemenin, mau itu suami, ibu, kakak, adik, sepupu, atau pembantu.
Ceritanya suatu hari waktu kami masih tinggal di Bali, saya nekat bawa si kembar ke minimarket dekat rumah, sendirian. Mereka saya taruh di stroller, sementara saya dan puteri saya yang pertama berjalan kaki.
Jarak dari rumah saya ke minimarket itu sebenarnya super dekat, gak nyampe 500 meter. Namun, saya rasanya seperti kera sakti yang melakukan perjalanan ke barat mencari kitab suci. Banyak banget tantangannya.
Nyeberang jalan saya ekstra hati-hati. Tangan kanan pegang stroller si kembar, tangan kiri pegangin si kakak. Sampai di lokasi, nyari bahan MPASI, tiba-tiba salah satu bayi menangis gak betah duduk terus di strollernya.
Bayi pertama menangis, disusul bayi kedua. Konser lah mereka bareng-bareng di mini market. Saya menjadi pusat perhatian orang-orang yang berbelanja. Ada yang nanyain, suaminya mana? Saya jawab santai suami sedang dinas ke luar kota.
Sedekat apapun jarak yang akan ditempuh, intinya jangan deh membawa anak kembar keluar rumah sendirian.
8. Ibu memaksakan si kembar toilet training tepat waktu
Tipikal begini biasanya ibu yang langsung dapat anak kembar di kehamilan pertama. Dulu waktu saya hamil pertama dan anak saya lahir perempuan, saya nyaris ‘memaksakan’ puteri saya toilet training tepat waktu.
Waktu itu saya ngebet banget puteri saya bisa pintar pipis sendiri umur dua tahun. Ada rasa bangga kalo anak kita bisa BAB dan BAK cepat, sebelum tiga tahun. Padahal kalo dipikir-pikir lagi, emangnya esensinya apa? Emangnya saya sedang ikut lomba cerdas cermat khusus toilet training anak, gitu?
Apakah saya mau menerapkan hal sama untuk si kembar? Tentu tidak. Saya sudah kebayang bagaimana repotnya. Anak kembar saya belum tentu mau di-toilet training, sementara saya tetap memaksakan.
Konsekuensinya, saya harus bolak balik ngepel lantai, belum lagi kalo mereka nanti pipisnya di karpet, di kasur, di sofa, di bantal yang mereka dudukin buat mainan. Aduh biyung, ngebayanginnya aja sudah bikin saya kelelahan.
9. Ibu beresin rumah di saat si kembar masih aktif bermain
Percayalah, gak sampai 30 detik kita merapikan mainan yang berserakan di lantai, anak kembar kita sudah mengacaukan semuanya kembali. Baru saja semenit kita masukin semua mobil-mobilannya ke kardus, lantaran anak kembar kita sudah ganti main yang lain, eh mereka sudah bongkar lagi isi kardusnya.
Capek deh! Jangan pernah beresin rumah dan seisinya saat anak kembar kita masih aktif bermain. Setiap hari saya baru akan membereskan mainan anak kembar saya setelah jam lima sore. Saya pastikan dulu mereka sudah mandi dan pakai baju tidur, baru deh saya beresin rumah dan seisinya.
10. Ibu bawa anak berkunjung ke rumah teman atau saudara
Untungnya sekarang saya sekeluarga masih konsisten #dirumahaja. Jadi, kami sama sekali belum pergi kemana-mana dalam waktu lama.
Saya merasakan sekali bagaimana repotnya ibu-ibu yang mempunyai lebih dari satu balita, kemudian bertamu atau berkunjung ke rumah orang tua, rumah saudara, atau rumah teman sahabat.
Betapa repotnya mengawasi si kecil di rumah orang lain supaya jangan sampai merusak barang si pemilik rumah, jangan sampai terluka karena barang yang disentuhnya, jangan sampai bikin kesel tuan rumah.
Saya pribadi pasti mikir dua kali jika ingin main ke rumah teman sambil membawa tiga balita. Mendingan saya bikin janji ketemuan di playground aja, di taman, atau di lapangan sepak bola sekalian. Pokoknya area yang luas yang memungkinkan anak kembar saya bebas bergerak tanpa menimbulkan kekhawatiran.
Kebayang kan gimana kelelahan yang dirasakan ibu anak kembar ? Lain kali, kalo masih ada orang iseng bilang kerjaan ibu rumah tangga gampang dan itu-itu aja, senyumin.
Tak peduli seberapa terorganisirnya jadwal kita, seberapa efisiennya waktu kita, seberapa terstrukturnya pekerjaan kita di rumah, menjadi ibu anak kembar itu membutuhkan fokus, konsentrasi, dan kewaspadaan luar biasa. Beban ibu itu kadang tak terlihat, tapi sangat berat. Jadi, mari kita hargai jerih payah setiap ibu yang membesarkan anak-anaknya.
Leave a Comment