Nak, kisah hidup ibun sampai hari ini begitu indah. Tiga tahun hidup bersama papa, sembilan bulan mengandungmu, hingga merayakan satu tahun pertamamu.
Menjadi ibumu sebuah kehormatan tertinggi dalam hidup. Keluarga kecil kami sempurna begitu kamu datang. Melahirkanmu adalah pengalaman yang tak akan pernah tergantikan. Ibun mungkin bukan ibu terbaik di dunia, tapi, ibun satu-satunya orang paling menyayangimu di dunia ini.
Satu tahun pertama Maetami adalah satu tahun tercepat dalam hidupku. Di malam pergantian usianya 11 Juni 2017 lalu, di kamar, aku menangis. Mengapa cepat sekali kamu satu tahun, nak? Pertanyaan konyol itu muncul begitu saja.
Tapi jujur nak, ibun sangat senang. Ibun senang bisa menikmati dan menyaksikan tumbuh kembangmu. Ibun senang di tengah pekerjaan ibun, ibun masih bisa merawatmu dengan tangan ibun sendiri. Susah senang meng-ASI-hi dengan berbagai cara, menghadapimu di saat growth spurt, demam pertama setelah imunisasi, pilek batuk pertamamu, menantimu tengkurap, berguling, merangkak, berdiri sendiri, hingga mengajarimu berjalan. Ah, masa-masa yang tak akan pernah kembali lagi karena hidup terus bergerak maju.
Kini, kadang aku menjadi penghayal tingkat tinggi. Mencoba berangan-angan dan membayangkan bagaimana Mae tahun depan diusianya yang kedua ketiga keempat kelima dan seterusnya. Ah, nak, ibun harap waktu berjalan lebih lambat agar ibun bisa menikmati hari seperti hari ini bersamamu.
Tahun ini kami tak membuatkan Maetami pesta ulang tahun sebagaimana orang tua lainnya. Aku tak punya banyak waktu dan tak cukup sabar mengurusi semuanya, mulai dari menyewa tempat, memilih hiburan, membingkis buah tangan pulang, menyiapkan cake dan lilin ulang tahun, dan sebagainya. Apalagi Mae ulang tahun bertepatan dengan momen puasa. Jika orang tua lain melakukannya, pastinya sangat bahagia. Namun, aku memilih tak ikut serta.
Mungkin Mae baru akan mendapatkan pesta ulang tahun pertamanya ketika dia sudah mengenal pasti siapa saja temannya. Hari ini dia bahkan tak tahu mana tangan, mata, telinga, dan mulutnya. Dia baru tahu kepala dan perut saja 😀
Sahabat terbaiknya adalah ibun dan papanya. Mae belum mengerti hadiah, belum bisa meniup lilin. Bagaimana mungkin dia menikmati pesta sementara permainan paling menyenangkan dalam kesehariannya saat ini adalah menyobek kertas, membuka tutup tupperware, bermain remote TV, menggigiti kotak atau plastik pembungkus, membolak-balik board book, atau mendorong push walkernya.
Membelikannya pakaian baru mahal plus aksesoris rambut lucu, sepatu baru, dan riasan ala princess? Itu mungkin cuma khayalan ibunnya saja karena Mae bahkan lebih nyaman pakai clodi dan singlet di rumah. Hahahaha. Kesimpulannya, Maetami masih belum mengerti apa itu ulang tahun 😀
Satu tahun Mae kami syukuri dengan cara sederhana. Aku memesan nasi kuning didesain seperti kue ulang tahun pada seorang teman. Mae belum kuperkenankan makan cake, sementara dia layak mencoba kue ulang tahunnya. Jadilah Mba Rosa membuatkan Mae nasi kuning yang dihias menyerupai kupu-kupu.
Kupu-kupu, ya seperti itulah Mae. Siklus hidup hewan bersayap ini paling sempurna. Untuk menjadi seekor kupu-kupu cantik, seluruh tahapan harus dilewati. Aku berharap Maetami bisa melalui tahapan demi tahapan dalam hidupnya penuh kesabaran. Dengan kesabaran, keberhasilan pasti datang.
Kami juga menyiapkan tumpeng mini untuk Mae berikan ke teman-temannya, anak tetangga di kompleks rumah kami tinggal. Ada Kakak Adit dan Kakak Bayu, Abang Nathan dan Kakak Nadira, Abang Rafael, Maikel, dan Kakak Gabriella. Mereka semua adalah teman-teman main Mae. Doa-doa mereka sungguh berarti untuk Mae.
Anak kacang kesayangan,
Manis sekali rasanya mengingat begitu cepat waktu berlalu.
Kami tak pernah lupa tengah malam itu kamu tak sabar ingin segera dilahirkan dari perut ibun.
Papamu panik melihat ibun mengerang menahan sakit, sambil memaksa tetap tersenyum karena hari yang dinantikan tiba.
Melihatmu tumbuh, suatu hari ibun berkata, “Alhamdulillah, Mae udah bisa ini, udah bisa itu. Mae pinter ya?”
Lalu, ibun ternyata mengatakan hal sama esok harinya, esok harinya, dan esok harinya, seolah semua perkembangan dan tingkah barumu selalu menjadi hal patut disyukuri dalam hidup kami.
Nak, kita tumbuh bersama selama satu tahun ini.
Kamu belajar banyak hal, demikian juga kami.
Tawamu adalah musik paling indah di telinga kami.
Tangis sedihmu seakan mengajak seisi dunia menangis bersamamu.
Ketika kamu berguling, duduk, merangkak sejauh apapun, kamu pasti akan mencari kami untuk memelukmu.
Ketika kamu mengatakan ‘papapa, mamama, adudu, daduh, nen, mam’ atau menunjuk apapun dengan telunjuk kecilmu, saat itu kami tahu, kamu adalah anak cerdas.
Kamu membuka lemari pakaian, lalu mengeluarkan semua isinya.
Kamu membuka kulkas, lalu mengeluarkan apa saja yang terjangkau tanganmu.
Kamu memanjat meja demi meraih mainan mobil-mobilan papa, dan menjatuhkannya satu per satu ke lantai.
Kamu memanjat kasur, pelan-pelan ke sudut meja rias di sampingnya, dan mengacak-acak kosmetik ibun.
Kamu membongkar tas ibun atau kantung celana papa hanya untuk menemukan dompet dan memoroti seluruh isinya.
Saat itu kami sadar, tak ada yang bisa menghentikan apapun yang ingin kamu lakukan, sehingga kami memutuskan menjadi pengawas sekaligus malaikat pelindungmu 24 jam.
Kamu belajar makan sendiri, tidak peduli apapun yang diberikan, kamu langsung melahapnya.
Tidak peduli secantik apapun sendok makan itu, kamu lebih memilih meraup semua makanan dengan tangan kecilmu.
Pada akhirnya hari ini kamu sudah bisa makan apa saja yang kami makan, mulai dari nasi goreng, soto ayam, lontong, sampai icip-icip rendang.
Dan pada akhirnya, kamu belajar berjalan, nak.
Meski belum sampai ke tahap berjalan mandiri dengan kedua kakimu, kamu tetap hebat di usiamu sekarang.
Mendorong push walkermu kemana-mana, mengambil sepatu dan memberi isyarat agar kami menolongmu memakaikan sepatu itu di kaki mungilmu.
Saat itu kami tahu, semangatmu lebih besar dari apa yang kami perkirakan.
Nak, tidak peduli berapa pun lilin yang akan kamu tiup di ulang tahunmu berikutnya, papa dan ibun akan selalu bersamamu.
Terima kasih nak, satu tahun ini kamu mengajarkan banyak hal kepada kami, lebih banyak dari apa yang kami ajarkan padamu.
Di matamu, kami melihat harapan bahwa dunia ini lebih indah dari apa yang kami pikirkan.
Selamat ulang tahun Maetami, papa ibun menyayangimu.
Leave a Comment