Suatu hari, Maetami (6 tahun) pulang sekolah dan menunjukkan buku tematik belajarnya. Ada satu bab keterampilan berisi contoh puisi pendek dan bait lagu. Putriku itu pun bertanya, “Bun, apa bedanya lagu sama puisi?”
Sebetulnya gampang banget kalau aku mau menjelaskan perbedaan lagu sama puisi. Akan tetapi, ini yang nanya anak enam tahun alias kelas satu sekolah dasar loh. Tentu saja emaknya enggak bisa sembarangan.
“Trus, jawabannya apa, bun?”
Singkatnya, lagu dinyanyikan dengan iringan musik. Nadanya seirama dengan alunan musik. Penyanyi bernyanyi mengikuti musik.
Beda hal dengan puisi. Bisa saja puisi ditampilkan dengan iringan musik. Akan tetapi, pembaca puisi cuma fokus pada luapan perasaan dari syair-syair puisi yang dia baca. Tidak ada kewajiban mengikuti irama musik.
Manfaat anak membaca puisi
Puisi bermain dengan bahasa. Salah satu kekuatan puisi adalah kata-katanya singkat. Ya, dalam sebuah tulisan pendek, anak-anak diharapkan bisa melihat lebih dalam maksud dari si penulis puisi.
Seni ekspresif, seperti puisi penting untuk perkembangan sosial dan emosional anak. Apa lagi manfaat anak membaca dan menulis puisi?
1. Mendorong seni dan kreativitas
Puisi menunjukkan anak-anak bahwa berbagai emosi bisa diekspresikan dengan berbagai cara. Menangis bukan satu-satunya cara mengungkapkan rasa sedih. Tertawa bukan satu-satunya cara menunjukkan rasa senang.
Puisi memberi anak cara baru berkreasi dan berimajinasi. Mereka bisa menulis syair puisi sesuai emosi mereka saat ini.
Apabila mereka tidak mau menulis puisi, mereka bisa membaca puisi karya orang lain yang sesuai dengan suasana hati. Saat ini ada begitu banyak contoh puisi pendek yang bisa menjadi sarana belajar pertama anak. Begitu mereka sudah terbiasa membaca contoh puisi pendek, mereka bisa lanjut membaca kumpulan puisi.
Seiring bertambah usia, anak bisa dikenalkan dengan karya-karya penyair terkenal. Indonesia punya Sapardi Joko Damono, WS Rendra, Chairil Anwar, Sutardji Calzoum Bachri, Taufiq Ismail, Joko Pinurbo, dan lainnya. Dunia punya Kahlil Gibran, William Shakespeare, Victor Hugo, Charles Dickens, Walter Scott, dan masih banyak lagi.
2. Memacu imajinasi dan inspirasi
Syair puisi biasanya penuh perumpamaan, metafora, serupa lukisan kata. Di era yang serba mengandalkan teknologi sekarang ini, puisi memacu anak-anak kita untuk berani berpikir out of the box.
Masa depannya nanti berperang dengan mesin yang telah menciptakan berbagai hal dengan instan, termasuk rangkaian kata. Hanya imajinasi tinggi yang bisa mengalahkan mesin canggih apa pun.
Anak-anak kita harus dibiasakan menggiatkan imajinasi. Saat mereka belajar membedah makna sebuah puisi, mereka akan berhadapan dengan struktur kalimat berbeda.
Puisi memperluas keterampilan interpretasi anak. Mereka belajar menarik kesimpulan dan ini memperkuat literasi.
3. Belajar berdiskusi dengan emosi
Menulis atau membaca puisi salah satu sarana anak berani mengekspresikan emosi dengan cara positif. Puisi bisa memproses emosi yang kompleks.
Anak belajar mengenali perasaan mereka, memahaminya lebih bijak. Puisi yang berisi harapan, cinta, persahabatan, dan cara-cara mengatasi kesedihan kelak menginspirasi anak berani membicarakan topik-topik kehidupan secara lebih terbuka.
Puisi bukanlah teka-teki yang harus dipecahkan. Tidak ada yang benar dan salah ketika anak-anak mencoba menceritakan makna sebuah puisi karena itu adalah kesan yang mereka peroleh dari apa yang mereka baca. Ini memberi kepercayaan diri lebih pada anak untuk mengungkapkan pandangan mereka pada orang lain.
4. Mendorong anak menulis cerita
Awalnya menulis puisi, lama-lama anak belajar menulis cerita. Makin banyak puisi yang anak baca, makin banyak cerita yang bisa mereka tulis.
Puisi menginspirasi anak-anak kita berani bermimpi, berkreasi, berimajinasi. Bukan tak mungkin nanti mereka akan pandai mendongeng, pandai menulis, menguasai seni sastra lebih luas.

Contoh puisi pendek untuk anak
Puisi adalah genre sempurna untuk anak karena mereka membacanya dengan suara lantang, berirama, ekspresif, dan menyenangkan. Kalau kamu tertarik dengan ideku untuk menyediakan waktu khusus, seperti akhir pekan untuk membaca puisi bersama anak di rumah, itu akan menjadi kenangan paling berkesan untuk buah hati.
Suka idenya, tetapi tidak tahu harus mulai dari mana? Mungkin enam contoh puisi pendek karyaku di bawah ini bisa menginspirasi orang tua di rumah untuk menulis berbagai tema puisi untuk buah hati. Silakan.
1. Contoh puisi pendek bertema dunia hewan
Kucingku bernama Si Tambur
Si Tambur oleh mutia ramadhani
Saat tidur, dia mendengkur
Saat makan, dia mengeluarkan banyak air liur
Saat marah, suaranya bagai guntur
Saat berjalan, ekornya panjang tersulur
Cantik sekali, dialah kucingku bernama Si Tambur
2. Contoh puisi pendek bertema dunia tumbuhan
Hutan adalah kotanya pepohonan
kota pepohonan oleh mutia ramadhani
Tempat beringin, pulai, kempas tinggal dengan nyaman
Monyet, kijang, harimau, dan gajah adalah teman
Hutan dan hewan hidup bersisian dan berdampingan
Wahai teman, jagalah hutan
Tanpa hutan, kita tak bisa bernapas dengan nyaman
3. Contoh puisi pendek bertema angkasa
Binar, binar, oh bintang kecilku
binar bintangku oleh mutia ramadhani
Kupanggil dirimu lewat jendela kamarku
Engkau bersinar tinggi di atas langit
Seperti berlian di malam hari
Binar, binar, oh bintang kecilku
Akankah besok engkau kembali menemuiku?
4. Contoh puisi pendek bertema cuaca
Hujan, terima kasih engkau datang
hujan datang oleh mutia ramadhani
Aku ingin bercerita
Betapa panas cuaca tadi aku di sekolah
Seragamku basah oleh keringat
Wajahku gelap oleh panas matahari menyengat
Aku belajar tak mengeluh
Aku belajar tetap bersyukur
Aku tahu hujan akan datang
Dan panas siang akan hilang
5. Contoh puisi pendek bertema persahabatan
Adeeva, itulah nama sahabatku
adeeva oleh mutia ramadhani
Dia selalu menghiburku saat sedih
Dia membagiku air minum saat letih
Dia tersenyum, tak pernah merintih
Meski kadang orang lain membuat hatinya pedih
Warna favoritnya adalah putih
Dialah Adeeva sahabatku
6. Contoh puisi pendek bertema keberanian
Hari ini aku berani makan cabe
aku berani oleh mutia ramadhani
Huh, hah, huh, hah, suara yang keluar dari mulutku
Aku tahu cabe itu pedas
Tetapi aku tetap ingin mencobanya
Huh, hah, huh, hah suara sama keluar lagi dari mulutku
Ibu bilang kalau aku berani makan cabe
Itu tandanya aku sudah besar
Aku tak ingin terus dipanggil anak kecil
Aku buktikan aku sudah besar
Karena hari ini aku berani makan cabe
Bagaimana? Bagus enggak beberapa contoh puisi pendek karya ibun di atas? Ya, aku menulisnya dalam waktu yang tak terlalu lama, berharap kelak puisi-puisi tersebut bisa dibacakan langsung oleh putriku. Terima kasih sudah membaca.
Leave a Comment