Dinyatakan hamil lagi setelah mengalami keguguran anak pertama menjadi nikmat Allah tiada tara bagiku. Alhamdulillah, kata pertama yang kuucapkan begitu dua alat test pack beda merek menunjukkan dua garis positif pada 7 Oktober lalu.
Siklus haidku normal 28 hari, berarti menstruasiku selalu lebih cepat 3 hari dari siklus bulan sebelumnya. Terakhir menstruasiku 7 September yang berarti aku seharusnya sudah merah lagi setidaknya tanggal 4 Oktober. Namun, hingga tanggal 7 si dia belum juga datang.
Diakhir masa suburku, sekitar akhir September, iseng-iseng aku mencoba memakai test pack, berharap rezeki Allah itu datang. Tapi, hasilnya negatif. Aku pun pasrah dengan keputusan bulan sebelumnya bahwa jika bulan keenam setelah keguguran ini aku belum juga hamil, maka aku akan mengikuti terapi, suntik hormon, dan program kehamilan berencana ke dokter.
Dr Semadi dari Rumah Sakit Puri Bunda, Denpasar sebelumnya sudah menyarankanku datang pada hari kedua atau ketiga menstruasi untuk menyuntikkan hormon perangsang dan penyubur kandungan ke tubuhku. Bismillah, aku dan suami pun siap mengikuti prosedurnya. Eh, tak sangka jika kabar baik itu datang di detik-detik terakhir.
Dr Semadi menyatakan aku positif hamil 4 minggu. Namun, bakal janinku masih belum terlihat. Kantong rahimku memang mengalami pertumbuhan sekitar 0,5 cm, namun kosong. Mungkin masih sangat kecil, sehingga aku disarankan kembali untuk USG dua minggu kemudian.
Sebagai pasangan menikah yang sama sekali belum berpengalaman mempunyai anak, kami berdua sempat was was dengan diagnosa dr Semadi. Aku lalu mencoba ke dokter lain, dr Zakaria dari Prima Medika Hospital pada minggu keenam kehamilan. Hasilnya tetap sama. Janinku masih belum terlihat, meski kantong rahimku mengalami pertumbuhan, kali itu ukurannya sudah 1,7 cm.
Sepulang dari dr Zakaria aku sempat stres dan banyak menangis. Mas di sisi lain selalu menguatkanku. Mas bilang, “Sayang, berprasangka baik lah kepada Allah, selalu berpikiran positif.” Aku juga menceritakan yang kualami pada ibu lewat telpon. Ibu bilang sebaiknya aku tak terlalu mengingat hasil USG. Ibu menyarankanku untuk ke dokter lagi saat usia kandungan sudah menginjak 3 bulan atau 12 minggu. Ibu mengisahkan dulu saat mengandungku ibu sama sekali tak pernah USG, hanya periksa ke bidan. Jadi, selama aku menerapkan pola hidup sehat, tak ada flek, selalu berpikiran positif, insya Allah kandunganku baik-baik saja.
Aku terus mencari alasan lain yang bisa menenangkan hatiku. Aku pun menjelajahi banyak forum dan diskusi online khusus wanita hamil di internet, hingga aku menemukan topik yang sesuai dengan kondisiku. Cerita dari seorang wanita bernama Hana membuatku sedikit lega.
Bunda Hana bercerita bahwa janinnya masih tak terlihat hingga usia tujuh minggu kehamilan. Tapi, memasuki 11 minggu, janinnya sudah nongol dan terdeteksi USG. Aku pun memberi tahu mas kisah Bunda Hana. Akhirnya, aku memutuskan untuk periksa lagi ke dokter pada minggu ke-10, tepatnya Selasa, 17 November lalu.
Aku dan mas memutuskan kembali periksa ke dr Semadi. Aku sudah sangat nyaman dengan dokter bali yang satu ini. Sosoknya ramah, menenangkan, bersedia menjawab seluruh pertanyaan pasien tanpa takut diburu waktu antrian pasien lainnya, menjelaskan detail gizi dan nutrisi alami saat hamil, dan yang penting adalah memberi resep obat seminimal mungkin, hanya obat2 yg diperlukan saja. Meski aku saat ini sudah pindah rumah ke Jalan Tukad Banyusari, Denpasar, aku tetap menyusulnya ke Dalung di Kuta Utara. Dr Semadi adalah dokter yang merawatku selama hamil pertama (Almarhum Kakak Rafa, 4,5 bulan) hingga aku mengalami keguguran Maret 2015 lalu.
Malam itu aku pasien ke-24 dr Semadi. Hari sudah menunjukkan pukul 21.30 WITA. Entah kenapa aku tiba-tiba menangis sebelum masuk ruang periksa. Perasaanku kacau balau tak menentu. Beribu pertanyaan datang. Apakah janinku sudah ada? Bagaimana kondisinya, sehatkah? Jika dia masih tak terlihat, apa yang akan terjadi padaku? Apakah aku harus dikuret? Apakah aku harus dioperasi? Bagaimana caranya aku menjelaskan semua pada ayah ibu dan papa mama mertuaku? Mereka sangat menantikan kehadiran cucu pertama mereka. Bagaimana jika mereka sedih?
Kun fayakun. Jadi, maka jadilah ia. Begitu alat detektor itu menyentuh perutku, sesosok janin muncul di monitor 24 inchi yang tepat berada di hadapanku. Aku melihatnya. Ya Allah, aku melihatnya. Dia ada. Dia, anakku.
Tangisanku tak tertahan lagi. Tangis bahagia. Senyum syukur mas juga terpancar di wajahnya. Mas sempat menggenggam tanganku saat kedua matanya mengarah ke layar itu. Terjawab sudah seluruh kekhawatiranku. Dr Semadi bilang grafik kesehatan janinku positif, termasuk detak jantungnya yang kudengar jelas malam itu.
Dr Semadi menjelaskan sosok kecil itu, si anak kacang. Bentuknya yang melengkung persis seperti kacang. Bakal tangan dan kakinya mulai tumbuh, ukurannya hampir 4 cm. Bogara junior, calon engineer sukses di masa depan, anak nan elok lakunya, calon gemini. Amiin Ya Rabbal Alamin.
لَّهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ يَهَبُ لِمَنْ يَشَاءُ إِنَاثاً وَيَهَبُ لِمَن يَشَاءُ الذُّكُورَ – أَوْ يُزَوِّجُهُمْ ذُكْرَاناً وَإِنَاثاً وَيَجْعَلُ مَن يَشَاءُ عَقِيماً إِنَّهُ عَلِيمٌ قَدِيرٌ
“Kepunyaan Allahlah kerajaan langit dan bumi. Dia menciptakan apa yang dia kehendaki. Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak laki-laki kepada siapa yang Dia kehendaki, atau Dia menganugerahkan kedua jenis laki-laki dan perempuan (kepada siapa yang dikehendakiNya), dan menjadikan mandul kepada siapa yang dikehendaki. Sesungguhnya Dia maha Mengetahui dan Maha Kuasa.” (As-syura 49-50)
Anak itu adalah hak Allah. Kita sebagai manusia hanya berusaha dan berdoa.
Anak kacang kesayangan mama, yang tenang berenang di sana ya? Mama pasti merawatmu dengan baik. Insya Allah kita bertemu Juni tahun depan nak. We love you.
Leave a Comment