[START CHAT @19.27 WIB / 20.27 WITA on April 22, 2013]

Rifki M Bogara:

“Halo Muthe. Salam kenal. Ini dengan Rifki.”

Mutia ‘Muthe’ Ramadhani:

“Halo Ki. Udah kenal duluan sebenarnya (dari Kak Linda). Katanya Muthe mau dikenalin sama teman baru yang seru. Kebetulan juga teman barunya itu anak salah satu pembimbing skripsi Muthe dulu. Hehee. Salam kenal juga, Ki.”

Rifki M Bogara:

“Huuaaaa gitu ya? Mba Linda bisa aja. Apa kabar?”

Mutia ‘Muthe’ Ramadhani:

“Kak Linda gak pernah bohong. Kalo katanya seru, pasti seru. Baik Ki, Alhamdulillah. Rifki apa kabar? Udah pulang kerja?”

Rifki M Bogara:

“Baru sampai kosan. Tapi aku mau ke kantor lagi. Charger HP ketinggalan. Kantorku dekat, 10 menit saja. Muthe dimana? Pasti masih di jalan pulang ya?” 

Mutia ‘Muthe’ Ramadhani:

“Muthe udah pulang sebenarnya jam 5 tadi, Ki. Tapi sekarang Muthe OTW ke Blok M, servis BB. Keyboardnya rada ribet. Mungkin karena udah terlalu sering Muthe pakai buat ngetik berita. Jadi, Muthe masih di Transjakarta. Wah, untung kosannya dekat ya? Kalo gak, pasti bikin bete. Kantor Rifki dimana?”

Rifki M Bogara:
“Kantorku di Kupang Rockin City.”

Mutia ‘Muthe’ Ramadhani:

“Kantor Rifki di Kupang, NTT? Wow! Muthe akhir tahun lalu ke Kupang. Tepatnya ke Rote Ndao, trus nyambung ke titik nol di Ndana Rote. Muthe mabuk laut waktu naik kapal. Tapi, seru. Kupang cantik ya?”

Rifki M Bogara:

“Seriusan? Ngapain itu? Wawancara TNI di perbatasan kah? Ada patung Jendral Soedirman kalo gak salah.”

Mutia ‘Muthe’ Ramadhani:

“Muthe waktu itu ikut PLN ke remote area yang belum mendapat aliran listrik. Trus, kami lanjut investigasi imigran gelap yang masuk dari perairan Rote. Muthe menemani kawan dari AN TV. Seruuuuu. Iya Ki, itu ada patung Soedirman. Kenapa itu patung ada di sana ya? Mungkin biar Ndana Rote gak diklaim sama Australia. Hehehe. Udah berapa lama di Kupang Ki?”

[END CHAT]

Chat kami berakhir tepat pukul 20.28 WIB atau 21.28 WITA. Kupang, Nusa Tenggara Timur masuk ke dalam wilayah Indonesia bagian tengah. Itulah awal perkenalanku dengannya, Rifki, yang kini menjadi pengisi hidupku, imam bagi keluarga baruku, dan juga satu-satunya pria yang kucintai di dunia ini.

Sejak awal perkenalan lewat jejaring sosial Facebook itu, pertemananku dengan Rifki dimulai. Aku pun meng-approve akunnya sebagai teman. Keesokan harinya, Rifki membalas pesan semalam yang sempat terhenti karena ternyata dia ketiduran. Hehehe.

Rifki bilang padaku bahwa dia tipe orang yang jam tidurnya sangat cepat. Rifki bisa tidur di mana saja. Konon katanya, ini adalah warisan Pak Indra, papa Rifki, yang juga cepat tidur. Rifki bilang, neneknya juga tipe yang cepat tidur. Wah, berbeda sekali denganku. Aku tipe yang sangat susah tidur. Sama dengan Rifki, aku mengikuti kebiasaan Ayah yang sampai diusia sudah lewat 57 tahun, Ayah tetap saja tidur di atas jam 12 malam.

[START CHAT @07.09 WIB / 08.09 WITA on April 23, 2013]

Rifki M Bogara:

“Pagiiii. Kemarin aku ketiduran. Aku sudah tiga tahun di Kupang. Well, ini waktu yang cukup lama untuk mengenal tempat-tempat di sini. Muthe, kapan main ke Kupang lagi? Banyak tempat indah di sini, lho.”

Mutia ‘Muthe’ Ramadhani:

“Pagiiii. Tiga tahun? Wow. Itu mah artinya kamu udah jadi warga sana. Hehehe. Kapan ya Ki? Aku rada bermasalah dengan pesawat terbang, terutama untuk penerbangan di atas tiga jam. Hiks. Aku dulu hampir kecelakaan pesawat semester dua kuliah. Makanya, aku selama ini sebetulnya selalu menghindari penugasan liputan ke wilayah timur. Waktu PLN itu aja, kalo bukan karena kantor yang minta banget, aku gak akan pergi. Tapi gak apa-apa Ki. Someday, I should be there. Rifki, kamu siap-siap jadi guide ya? Kemarin Muthe belum puas jalan-jalannya. Heheee.”

Rifki M Bogara:

“Oya? Semester dua ya? Hmmm, pasti trauma itu. Nanti, kalo ke sini, aku ajak kamu snorkling, main di pantai-pantai NTT yang punya banyak batu-batu laut yang indah yang diekspor ke luar negeri. Aku ajak kamu menikmati laut yang suhu airnya berubah-ubah setiap dua kali setahun.”

Mutia ‘Muthe’ Ramadhani:

Rifki, Muthe ini namanya doang anak kehutanan, tapi gak bisa berenang. Ahahaha. Aku kadang suka iri dengan teman-teman yang bisa berenang. Tapi, kalo kamu ajak aku ke pantai, aku pasti mau.”

Rifki M Bogara:

“Haaa? Seriusan? Kamu lucu ya?

Mutia ‘Muthe’ Ramadhani:

“Tu kan? Gak cuma kamu doang yang ngetawain aku.”

Rifki M Bogara:

“At least, ngambang-ngambang sedikit di dalam air kamu pasti bisa lah ya Muthe?”

Mutia ‘Muthe’ Ramadhani:

“Rifki, aku bisa mendaki gunung setinggi apapun. Tapi, aku gak bisa berenang. Hahaha.”

Rifki M Bogara:

“Haaa. Berarti kamu anak gunung ya?”

Mutia ‘Muthe’ Ramadhani:

“Ngambang? Kayak pelampung bebek-bebekan itu? Iya Ki. Aku suka gunung. Kalo boleh nebak, kamu pasti jarang naik gunung kan? Nanti gantian ya? Kalo gunung, itu wilayahku. Kalo pantai dan bawah laut, itu wilayah kamu Ki.”

Rifki M Bogara:

“Kamu pakai pelampung ban aja Muthe. Banyak disediakan di tempat-tempat wisata.”

Mutia ‘Muthe’ Ramadhani:

“Gak ah Ki. Nanti aku diketawain. Aku kan udah gede, masa pakai pelampung? Kalah dong sama anak-anak kecil di sana.”

Rifki M Bogara:

“Hahahaha. BTW, kamu udah naik gunung apa aja?”

Mutia ‘Muthe’ Ramadhani:

“Masih sedikit. Aku pernah main ke Salak, Gede, Pangrango, Marapi, trus gunung di Pasaman (kampung aku). Tahun ini, kalo jadi, aku mau ke Rinjani.”

Rifki M Bogara:

“Wah, itu mah banyak namanya. Aku cuma Gunung Bromo. Itu dihitung mendaki gak ya? Hahaha. Rinjani? Kapan itu? Teman-teman kantorku (Telkomsel) rencananya juga mau mendaki gunung itu nanti.”

Mutia ‘Muthe’ Ramadhani:

“Aku udah gak sabar ke Rinjani. Tapi, kali ini semua bergantung redpel aku di kantor. Dia yang mau mendaki Rinjani bareng Pak Dirut. Nah dia cari beberapa teman untuk pendakian. Alhasil, aku masuk. Hehehe. Oya? Kamu kapan ke Rinjani Ki?”

Rifki M Bogara:

“Bentar yo? Aku cek email dulu. Invitationnya di sana. Hmmm, Telkomsel mau ke Rinjani bulan Mei ini, pas ulang tahun Telkomsel ke-18. Eh, Rinjani itu ngeri gak sih pendakiannya? Aku takut nyasar. Di sana kan gak ada rambu-rambu jalan. Hehehe.”

Mutia ‘Muthe’ Ramadhani:

“Rinjani lumayan menantang. Rifki dengar ceritanya dari Kak Linda deh. Dia tahu benar soal Rinjani. BTW, kamu masih di kantor Ki?”

Rifki M Bogara:

“Aku sudah di kosan, lagi nonton TV. Kalo naik gunung, kalo ada rambu-rambu jalan seperti di tol, aku mau deh. Hehehe.”

Mutia ‘Muthe’ Ramadhani:

“Hahaha. Kamu lucu. Siap lah, nanti aku yang siapin rambu-rambunya buat kamu. Hahaha. Ki, kamu gak pulang ke Bogor? Atau ke Padang? Atau ke Jakarta?”

Rifki M Bogara:

“Galau nih Telkomsel. Ulang tahun kok malah naik gunung. Bukannya umur 18 tahun itu sudah dewasa ya? Jadinya ya harus pesta seperti orang dewasa. Wkwkwk.”

Mutia ‘Muthe’ Ramadhani:

“Hahaha. Emangnya kenapa? Pasti selera bosnya itu. Bos kamu mantan mapala (mahasiswa pecinta alam) mungkin? Hehehe. Rifki, kamu kan anaknya rimbawan, ya harus bisa naik gunung. Buah kan gak pernah jatuh jauh dari pohonnya. Atau, buah gak pernah jatuh jauh dari tower Telkomsel? Hehehe.”

Rifki M Bogara:

“Belum euy. Aku jarang sekali ke Jakarta. Jika pun ke sana, pasti ada pelatihan. Sayangnya, aku sekarang masih jadi kuncen NTT, jadi jarang ke Jakarta ikut pelatihan. Jagain NTT melulu. Wkwkwk.”

Mutia ‘Muthe’ Ramadhani:

“Hahaha. So, kenapa Telkomsel memilih Rinjani?”

Rifki M Bogara:

“Karena Rinjani kan masuk daerah regional Bali dan Nusa Tenggara. Jadi, ada program naik gunung. Katanya untuk mencapai puncak tertinggi. Wkwkwk.”

Mutia ‘Muthe’ Ramadhani:

“Oooo. Oke. Sukses ya Ki?”

[END CHAT]

Share:

Leave a Comment