Review The Double
Review The Double

Nggak ada yang nyangka kalau drama china “The Double,” yang sempat diprediksi bakal underrated, malah jadi boom banget! Bahkan Yu Zheng, produsernya, ngaku kaget drama china ini bisa segitu dicintai penggemar.

Semua orang terkejut karena cerita yang terkesan sederhana ini malah berhasil menyita perhatian banyak penonton, dan kini menjadi perbincangan panas di kalangan penggemar drama.

Gimana nggak? Cerita balas dendam dengan female lead yang selalu seru diikuti, ditambah dengan plot yang meski terkesan mudah ditebak, “The Double” berhasil menyajikan kisah yang sangat menarik.

Apa yang membuat drama ini begitu spesial adalah performa luar biasa dari seluruh pemainnya, terutama dua pemeran utamanya, Wu Jinyan dan Wang Xingyue.

Keduanya sukses menggambarkan karakter mereka dengan begitu kuat dan emosional, yang membuat penonton merasa terhanyut dan tak bisa berhenti menonton.

Aku sampai berani bilang kalau “The Double” ini lebih keren dibanding “Love Like The Galaxy” yang dibintangi Zhao Lusi dan Leo Wu. Hiks, padahal aku penggemar berat Rosy!

Tapi, harus diakui bahwa The Double punya sisi yang lebih segar dan menegangkan. Adaptasi dari novel China terkenal, “Marriage of the Di Daughter,” memasangkan Wu Jinyan dan Wang Xingyue yang secara usia terpaut 12 tahun.

Awalnya, hal ini bikin banyak penggemar ragu akan kesuksesan serialnya, tetapi ternyata mereka sukses membuat kita semua terhanyut, bahkan lebih dari yang kita kira.

Yuk, kita bahas lebih detail tentang drama ini! Apa saja yang membuat “The Double” begitu istimewa dan pantas banget untuk kamu tonton.

Drama china “The Double”

Detail Drama

Judul: The Double
Episode: 40
Tayang: 2-22 Juni 2024
Platform: Youku
Durasi: 50 menit per episode
Genre: Sejarah, Misteri, Romance

Sinopsis “The Double”

Xue Fangfei (Wu Jinyan), putri dari seorang hakim yang terkenal karena integritasnya, terjerumus dalam penderitaan yang luar biasa setelah serangkaian peristiwa tragis menimpanya. Hidupnya yang penuh harapan hancur ketika suaminya, Shen Yurong (Liang Yongqi), dengan kejam menguburnya hidup-hidup.

Sementara itu, adiknya dijadikan alat percobaan pembunuhan, dan ayahnya yang semula bijaksana terjerumus ke dalam kegilaan akibat intrik dan pengkhianatan yang direncanakan oleh pihak yang berkuasa.

Wu Jinyan sebagai Xue Fangfei/ Jiang Li

Dalam kondisi yang hampir tak ada harapan, Xue Fangfei yang sekarat diselamatkan oleh Jiang Li, seorang gadis suci dari Balai Hongyi. Jiang Li sendiri memiliki kisah tragis yang tak kalah memilukan.

Putri dari Perdana Menteri Jiang Yuanbai (Su Ke), Jiang Li tumbuh dalam penderitaan luar biasa, dipaksa oleh ibu tirinya, Ji Shuran (Joe Chen), untuk berpisah dengan keluarganya selama sepuluh tahun, yang menyebabkan luka mendalam pada dirinya.

Tak lama setelah menyelamatkan Xue Fangfei, Jiang Li menemui ajalnya dalam keadaan tragis. Merasa tak bisa membiarkan pengorbanan temannya sia-sia, dan karena merasa nasib mereka mirip, Xue Fangfei memutuskan untuk menyamar sebagai Jiang Li.

Yang Chaoyue sebagai Jiang Li (asli)

Dengan bantuan Tong Er (Ai Mi), pelayan setia Jiang Li, Xue Fangfei yang kini menyamar sebagai Jiang Li berhasil masuk ke Kediaman Jiang dan berhadapan langsung dengan ibu tirinya yang jahat.

Dengan identitas baru ini, ia kembali ke ibu kota, bertekad untuk membalaskan dendam atas perlakuan kejam suaminya yang kini menjadi salah satu orang kepercayaan kaisar.

Selain itu, Xue Fangfei juga ingin membalaskan dendam bagi Jiang Li, yang selama ini menjadi korban kedzaliman ibu tirinya, Ji Shuran.

Dalam perjalanannya, Xue Fangfei harus menghadapi beragam tantangan dan intrik yang lebih besar dari yang pernah ia bayangkan, sambil merencanakan balas dendam yang akan mengguncang istana dan mengubah takdir hidupnya selamanya.

Wang Xingyue sebagai Xiao Heng/ Duke Su di “The Double”

Xiao Heng dikenal sebagai seorang pria yang cerdas, dengan kecermatan yang luar biasa, dia begitu tajam dalam mengendus identitas asli Jiang Li, meskipun Jiang Li telah berusaha menyembunyikan masa lalunya yang gelap.

Berbagai upaya yang dilakukan Jiang Li untuk menutupi rahasianya selalu tampak tak cukup rapi di hadapan Xiao Heng.

Setiap kali Jiang Li berusaha menyembunyikan sesuatu, Xiao Heng akan segera menangkapnya, seolah-olah dia dapat membaca setiap gerakan dan ekspresi Jiang Li dengan sangat baik.

Ini tentu saja membuat Jiang Li semakin terpojok, karena ia sangat mengandalkan rahasia itu untuk melindungi dirinya.

Meskipun keduanya berada di sisi yang berlawanan dalam banyak hal, mereka ternyata memiliki satu tujuan yang sama: membersihkan pemerintahan dari para pejabat korup, terutama suami Xue Fangfei yang memiliki pengaruh besar dalam pemerintahan yang rusak.

Jiang Li yang terjebak dalam konflik dengan suami Xue Fangfei, melihat bahwa Xiao Heng adalah satu-satunya orang yang dapat membantu menghancurkan kekuasaan korup tersebut.

Sementara itu, Xiao Heng, yang juga memiliki kebencian mendalam terhadap sistem yang membusuk, tidak ragu untuk bergabung dengan Jiang Li. Mereka akhirnya memutuskan untuk bekerja sama, meskipun keduanya saling mencurigai satu sama lain.

Seiring berjalannya waktu, kedekatan mereka tidak hanya terbatas pada tujuan bersama, tetapi juga mulai berkembang menjadi perasaan yang lebih dalam. Xiao Heng, yang awalnya hanya melihat Jiang Li sebagai sekutu, mulai menyadari ada sesuatu yang lebih dari sekadar kerja sama dalam diri Jiang Li.

Ternyata, Xiao Heng memiliki alasan pribadi yang sangat kuat untuk membongkar segala kejahatan yang tersembunyi di balik kekuasaan kerajaan. Rahasia masa lalunya yang kelam terhubung dengan kejahatan-kejahatan yang ingin ia ungkap.

Xue Fangfei dan suaminya yang kejam, Shen Yurong

Ayahnya, Jenderal Xiao Minghan (Ji Lingchen), adalah seorang pahlawan legendaris yang tak terkalahkan di medan perang. Namun, suatu hari, ia tewas dengan cara yang misterius, dan pembunuhnya tidak pernah terungkap.

Kepergian Jenderal Xiao meninggalkan luka mendalam di hati keluarga dan rekan-rekannya, karena tak ada yang bisa menjelaskan bagaimana seorang prajurit tangguh seperti dia bisa terbunuh.

Semuanya terasa sangat janggal, terutama karena Jenderal Xiao terkenal sebagai sosok yang tidak pernah kalah di medan perang.

Meskipun banyak yang mencoba melupakan tragedi itu, anak laki-laki Jenderal Xiao, Xiao Heng, tak pernah bisa berhenti mencari jawaban.

Seiring berjalannya waktu, Xiao Heng semakin mendalami penyelidikan tentang kematian ayahnya dan akhirnya menemukan petunjuk yang mengejutkan.

Bukti-bukti yang ditemukan menunjukkan bahwa pembunuh ayahnya adalah seseorang yang sangat dekat dengan keluarga kerajaan: Wan Ji, kakak kandung dari Putri Wan Ning, saudara tiri Kaisar.

Kebenaran ini mengguncang Xiao Heng, dan kini ia memiliki alasan yang kuat untuk membalas dendam atas kematian ayahnya.

Jalan menuju pembalasan tak semudah yang dibayangkan. Bersama Xue Fangfei, seorang wanita cerdas yang memiliki hubungan misterius dengan masa lalu keluarga kerajaan, Xiao Heng harus menghadapi serangkaian rintangan dan intrik politik yang berbahaya. Xue Fangfei, atau yang dikenal juga dengan nama Jiang Li, memiliki tujuan pribadi yang sejalan dengan Xiao Heng.

Bersama-sama, mereka berusaha mengungkap kebenaran tentang kematian Jenderal Xiao dan membalas dendam pada Wan Ji. Namun, dalam prosesnya, mereka harus membuat pilihan sulit, menghadapi musuh yang lebih kuat dari yang mereka bayangkan, dan menghadapi kenyataan pahit yang akan mengubah hidup mereka selamanya.

Akankah Xiao Heng dan Jiang Li berhasil mencapai tujuan mereka? Ataukah mereka akan terperangkap dalam permainan politik yang lebih besar, yang melibatkan kebenaran yang lebih gelap dan lebih rumit dari yang mereka duga? Pembalasan dendam ini bukan hanya soal kekuatan, tetapi juga soal strategi, keberanian, dan pengorbanan yang tak terduga.

Review “The Double”

Hal pertama yang langsung bikin aku ngasih acungan jempol buat serial “The Double” ini adalah akting para pemeran antagonis yang bener-bener luar biasa! Bahkan, untuk sekadar kameo aja, aktornya nggak main-main.

Setiap karakter antagonis punya pesona tersendiri yang langsung menarik perhatian, dan itu bikin cerita jadi semakin hidup dan penuh konflik yang seru.

Ada Ji Lingchen sebagai Jenderal Minghan, yang meskipun hanya tampil sesaat, berhasil memberikan kesan kuat dengan karakternya yang tegas dan karismatik.

Jason Gu yang tampil sebagai adik ipar Hakim Kong juga nggak kalah menarik, meski perannya lebih kecil, tetapi karakter yang dibawakannya bisa membuat kita merasa ada sesuatu yang lebih besar yang sedang dipendam.

Gala Zhang sebagai Xue Zhao, adik Xue Fangfei, hadir dengan aura misterius yang menambah ketegangan dalam alur cerita, sementara Yang Chaoyue yang berperan sebagai Jiang Li juga menyumbangkan penampilan yang bikin kita ingin terus mengikuti kisahnya.

Tapi, kalau ngomongin antagonis yang patut diacungi jempol banget, dua nama ini nggak bisa dilewatkan: Joe Chen sebagai Ji Shuran, ibu tiri Jiang Li, dan Li Meng yang berperan sebagai Putri Wan Ning.

Keduanya tampil luar biasa dan masing-masing punya karakter yang bikin kita nggak bisa berhenti ngomongin mereka.

Joe Chen dengan karakternya yang licik dan penuh intrik, berhasil membuat kita merasa benci sekaligus terpesona dengan kemampuannya bermain emosi.

Sementara itu, Li Meng sebagai Putri Wan Ning tampil dengan nuansa kebengisan yang tajam, memancarkan sisi gelap dari karakter kerajaan yang penuh ambisi.

Keduanya memberikan kontribusi besar terhadap alur cerita, sehingga tanpa mereka, serial ini pasti nggak akan sekuat ini.

Li Meng sebagai Putri Wan Ning dan Shen Yurong

Putri Wan Ning, menurutku, adalah salah satu karakter yang paling kompleks di drama ini. Di luar penampilannya yang terlihat kejam dan penuh dengan kebengisan, sebenarnya ada sisi rapuh dan kisah sedih yang belum banyak diketahui oleh orang.

Meski dia dikenal sebagai seorang psikopat dengan sifat yang sangat dingin, tindakan-tindakannya seakan selalu dipenuhi dengan kekerasan dan kebencian, tapi sebenarnya ada alasan yang lebih dalam mengenai kenapa dia bisa menjadi seperti itu.

Bayangkan saja, Putri Wan Ning dinikahkan secara politik dengan musuh kerajaan, yang pada dasarnya adalah pernikahan yang dilakukan demi menjaga perdamaian antara dua kerajaan yang bertikai. Namun, kenyataannya pernikahan ini jauh dari kebahagiaan yang diharapkannya.

Suaminya adalah seorang raja yang sangat kejam, bukan hanya dari sisi fisik, tapi juga secara mental. Raja ini tidak hanya memperlakukan Putri Wan Ning dengan kekejaman luar biasa, tetapi juga menghancurkan psikologisnya dengan terus-menerus menyakiti dan merendahkannya.

Salah satu dampak terburuk dari perlakuan suaminya adalah, akibat kekejaman yang berulang kali, Putri Wan Ning mengalami keguguran yang hampir terus-menerus. Setiap kali dia hamil, suaminya akan menyiksanya hingga dia kehilangan anaknya.

Akhirnya, setelah berulang kali menderita dan mengalami kehilangan yang begitu besar, dokter memvonisnya tidak bisa lagi memiliki anak seumur hidup.

Ini adalah kenyataan yang sangat menyedihkan, mengingat bahwa dia pasti menginginkan sebuah keluarga, terutama seorang anak yang bisa memberikan kebahagiaan dalam hidupnya yang penuh penderitaan.

Putri Wan Ning yang kita lihat di depan layar bukan hanya seorang wanita yang dingin dan kejam. Di balik itu semua, dia adalah seorang wanita yang sangat terluka dan rapuh, yang terjebak dalam kehidupan yang penuh dengan pengkhianatan dan rasa sakit yang mendalam.

Sisi ini dari dirinya, yang terluka dan tidak pernah mendapatkan kasih sayang yang seharusnya, memberikan dimensi emosional yang kuat bagi karakter ini.

Putri Wan Ning melakukan segala cara untuk menyingkirkan Xue Fangfei

Tapi, yang bikin Putri Wan Ning jadi lawan tangguh bagi Xue Fangfei adalah darah bangsawannya yang memberi dia kekuatan luar biasa. Dengan posisi tinggi yang dimilikinya, dia punya akses untuk mendapatkan apa pun yang dia inginkan, dan yang paling mengejutkan adalah kemampuan dia untuk merebut suami Xue Fangfei, Shen Yurong.

Putri Wan Ning bukan sekadar wanita cantik, dia seorang manipulatif yang tahu cara memanfaatkan kelebihannya untuk mengendalikan orang-orang di sekitarnya, bahkan pria yang dia inginkan, Shen Yurong.

Sejak pertama kali melihat Shen Yurong, Putri Wan Ning langsung jatuh cinta. Pandangan pertama itu seolah mengunci hatinya, dan dia pun nggak segan-segan menggunakan segala cara untuk menarik perhatian pria itu.

Tanpa disadari oleh Shen Yurong, pesona dan kekuatan yang dimiliki Wan Ning perlahan-lahan merasuk ke dalam dirinya. Hal inilah yang akhirnya membuat Shen Yurong berada di ambang kehancuran.

Dia merasa terperangkap dalam hubungan yang penuh manipulasi, dan tanpa sadar mulai menuruti keinginan Putri Wan Ning.

Di sisi lain, tekanan batin Shen Yurong semakin besar, dan lambat laun, rasa cinta yang tadinya ada pada istrinya, Xue Fangfei, berubah menjadi kebencian.

Putri Wan Ning berhasil menanamkan kebencian itu dengan sangat rapi, yang membuat Shen Yurong akhirnya melakukan hal yang tak terbayangkan, membunuh istrinya sendiri.

Kejahatan yang dilakukannya tidak hanya menghancurkan keluarga, tetapi juga merusak mental Shen Yurong, yang merasa tersesat dan terperangkap dalam permainan licik yang dimainkan oleh Putri Wan Ning.

Li Meng, dengan kemampuannya yang luar biasa, benar-benar menghidupkan karakter Putri Wan Ning. Setiap kata yang diucapkannya, gerak-geriknya yang anggun, dan ekspresi wajahnya yang penuh perhitungan, semuanya berhasil menyampaikan betapa kejam dan manipulatifnya karakter ini.

Tidak ada yang bisa mengalahkan tingkat kejahatan yang dia bawa, dan bahkan penonton pun tak bisa berhenti terpesona oleh setiap adegan yang dia tampilkan.

Ji Shuran (kanan), sebagai ibu tiri Jiang Li

Ji Shuran, ibu tiri yang tampaknya sempurna dengan kecantikan dan kelembutannya, sejatinya menyimpan kebusukan yang mengerikan di balik wajahnya yang anggun.

Di balik senyumannya yang menawan, dia adalah sosok yang tak segan-segan merenggut nyawa ibu kandung Jiang Li demi menggantikan posisinya sebagai Nyonya Rumah di Kediaman Jiang.

Kejam dan licik, dia berusaha untuk mengendalikan setiap aspek kehidupan orang-orang di sekitarnya, terutama kehidupan putri kandungnya, Jiang Ruoyao.

Tidak hanya memanipulasi kehidupan Jiang Li, Ji Shuran juga menunjukkan betapa egoisnya dia dalam mengendalikan Ruoyao, menghalangi kebahagiaan dan kemerdekaannya demi kepentingannya sendiri.

Ji Shuran selalu berhasil menyembunyikan niat jahatnya dengan berpura-pura menjadi sosok yang lembut dan penuh perhatian, sehingga banyak orang, termasuk suaminya, yang terpedaya oleh kebohongan-kebohongannya.

Joe Chen sebagai Ji Shuran

Suaminya yang polos bahkan percaya sepenuhnya pada cerita yang dibuat-buat oleh Ji Shuran, seperti ketika dia berhasil mengirim Jiang Li ke Balai Hongyi untuk menjadi gadis suci, sebuah taktik licik untuk memisahkan Jiang Li dari kehidupan keluarganya.

Kejahatan yang dilakukan Ji Shuran tidak hanya berakar pada kebencian terhadap Jiang Li, tetapi juga pada rasa cemburu dan keinginan untuk mendapatkan kontrol penuh atas kediaman tersebut.

Setiap tindakan liciknya semakin memperburuk situasi, mengungkapkan betapa dalamnya manipulasi yang dia lakukan terhadap orang-orang terdekatnya.

Chemistri male lead sama female lead gimana?

“The Double” bisa dibilang drama kostum dengan adegan romantis yang sedikit skinship-nya, tapi sutradara berhasil banget bikin chemistry antara Xue Fangfei dan Xiao Heng terasa begitu kuat dengan cara yang unik.

Yang paling aku suka dari kedua karakter utama ini adalah trust mereka yang luar biasa. Xue Fangfei dan Xiao Heng itu saling menghormati dan percaya satu sama lain.

Xue Fangfei tahu banget, kalau dia butuh apa-apa, Xiao Heng selalu ada buat dia, dan dia merasa aman banget dengan itu.

Chemistry Wu Jinyan dan Wang Xingyue kuat meski berbeda usia 12 tahun

Gak hanya itu, setiap kali Xue Fangfei dalam bahaya, pasti ada Xiao Heng yang datang menyelamatkan dia. Keren banget, kan? Romantis tapi gak perlu berlebihan.

Ada dua bromance yang juga bikin aku terharu di drama ini, yaitu antara Xiao Heng dan Kaisar Hong Xiao, serta dua pengawal setia Xiao Heng, Wen Ji dan Lu Ji. Pas endingnya, aku bener-bener nangis pas Wen Ji dan Lu Ji tewas di medan perang. Sedih banget, deh! 😢

Karena skinship-nya minim dan endingnya yang menggantung, para penggemar “The Double” di China sampai protes habis-habisan!

Saking hebohnya, sutradara sampai kebingungan dan akhirnya nambahin ekstra episode buat nge-clear-in semua dan kasih happy ending buat kedua karakter utama. Kayaknya takut banget deh kalau penontonnya pada ngamuk! Hahaha, lucu banget!

Ini dia episode ekstranya, happy ending banget kan, punya anak. Wkwkwk

Secara keseluruhan, aku ingin mengucapkan selamat untuk drama “The Double.” Awalnya, aku sempat berpikir bahwa drama ini hanya sekadar ajang untuk mengembalikan popularitas Wu Jinyan yang sebelumnya sempat dihujat karena peran-perannya yang sering dianggap kurang pas. Tapi, ternyata aku salah besar!

“The Double” berhasil membuktikan bahwa Wu Jinyan memang punya kemampuan akting yang luar biasa, dan sekarang dia bisa senyum puas karena berhasil meraih popularitas lagi.

Bahkan, bisa dibilang keberhasilannya di drama ini setara dengan sukses besar yang dia raih lewat “Story of Yanxi Palace,” yang membuat namanya semakin dikenal luas.

Ngomong-ngomong soal Wu Jinyan, kamu juga harus banget nonton drama kostum lain yang dibintangi dia, yaitu “Kill Me Love Me.”

Drama ini juga nggak kalah seru, lho! Aku udah pernah review di postingan sebelumnya, jadi kalau kamu belum sempat baca, jangan lupa untuk mampir dan cek review-nya.

Drama ini punya alur yang bikin penasaran dan karakter-karakter yang kuat, jadi pastinya bakal jadi tontonan yang menghibur dan mengesankan. Jadi, tunggu apa lagi? Yuk, nonton dan nikmati kehebatan akting Wu Jinyan di dua drama seru ini.

Share:

Leave a Comment