Review Kill Me Love Me
Review Kill Me Love Me

Aku baru nyadar “Kill Me Love Me” adalah drama china pertama Liu Xueyi yang aku tonton, dan aku nggak bisa lebih senang lagi dengan keputusan ini! Sejujurnya, alasan utama aku nonton drama ini adalah karena Wu Jinyan.

Aku sudah lama mengagumi aktingnya, terutama setelah penampilannya yang mengesankan di “Story of Yanxi Palace”. Jadi, aku penasaran banget bagaimana chemistry-nya dengan Liu Xueyi, yang saat itu masih agak asing buat aku.

Awalnya, aku cuma iseng-iseng aja pengen lihat bagaimana mereka berdua berinteraksi di layar. Apalagi, setelah akting Wu Jinyan bareng Wang Xingyue di “The Double”, aku jadi makin yakin kalau dia punya kemampuan luar biasa untuk menciptakan hubungan yang kuat di layar.

Ternyata, di “Kill Me Love Me”, dia benar-benar berhasil membangun chemistry yang apik dengan Liu Xueyi. Dinamika antara karakter yang mereka perankan terasa sangat hidup, dan aku jadi betah nonton dari episode ke episode.

Secara keseluruhan, aku harus kasih nilai 10/10 untuk “Kill Me Love Me”. Ceritanya menarik, penuh dengan kejutan, dan akting para pemainnya luar biasa. Sedangkan untuk “The Double”, aku kasih 8.5/10.

Meskipun nggak sekuat “Kill Me Love Me”, drama ini tetap worth to watch karena alur ceritanya yang unik dan chemistry antar pemainnya yang nggak kalah menarik. Jadi, buat kamu yang suka drama romantis dengan konflik menarik dan akting ciamik, keduanya wajib banget ditonton.

Detail Drama

Judul: Kill Me Love Me
Episode: 32
Platform: Youku
Tayang: 14 Oktober-30 Oktober 2024
Durasi: 45 menit per episode
Genre: Sejarah, Romance, Politik, Misteri

Wu Jinyan dan Liu Xueyi dalam drama china “Kill Me Love Me”

Sinopsis “Kill Me Love Me”

“Kill Me Love Me” adalah drama yang penuh intrik dan ketegangan, menceritakan kisah Mei Lin (Wu Jinyan), seorang pembunuh wanita yang menyusup ke dalam istana Dinasti Yan dengan menyamar sebagai salah satu calon pengantin kerajaan.

Mei Lin datang bersama sejumlah gadis muda lain yang dikenal sebagai “perempuan perdamaian,” yaitu para wanita yang dipersembahkan untuk para pangeran kerajaan dengan tujuan menjalin aliansi dan menjaga perdamaian antar keluarga bangsawan.

Dalam istana, terdapat banyak pangeran yang memiliki ambisi besar untuk naik takhta, tetapi cerita ini lebih berfokus pada dua pangeran utama, yaitu Murong Jinghe (Liu Xueyi) dan Murong Xuanlie (Baron Chen).

Murong Jinghe adalah pangeran yang pada awalnya dipilih oleh ayahnya, Kaisar Murong Qian, untuk menjadi pewaris tahta, tapi takdir berkata lain.

Di sisi lain, Murong Xuanlie, si kakak yang ambisius dan cerdik, memiliki rencana tersendiri untuk menggulingkan posisi adiknya dan merebut tahta untuk dirinya.

Di tengah ketegangan politik yang berkembang di istana, Mei Lin yang memiliki misi untuk membunuh seseorang dalam kerajaan, perlahan mulai terjerat dalam permainan kekuasaan yang rumit antara dua pangeran ini.

Terjebak di antara cinta, pengkhianatan, dan ambisi, Mei Lin harus memilih antara mengikuti misinya atau terperangkap dalam perasaan yang mulai tumbuh pada salah satu pangeran.

Wu Jinyan sebagai Mei Lin

Dengan segala tipu daya yang diputar, Murong Xuanlie berhasil mencoreng nama Murong Jinghe, yang saat itu menjabat sebagai Pimpinan Tentara Weibei.

Xuanlie berhasil memfitnah Jinghe sebagai penyebab insiden berdarah di Qingzhou, sebuah wilayah netral yang selama ini menjadi medan konflik antara Kerajaan Yan dan Kerajaan Xiyan, dua kerajaan yang telah berseteru selama puluhan tahun.

Berita tentang peristiwa tersebut cepat tersebar, mengguncang wilayah tersebut, dan membuat Jinghe disalahkan oleh banyak pihak, bahkan oleh mereka yang paling dekat dengannya.

Mei Lin, seorang wanita asal Qingzhou yang menjadi korban dalam peristiwa tragis tersebut, sangat yakin bahwa Murong Jinghe adalah orang yang bertanggung jawab atas kebakaran besar yang menghancurkan kampung halamannya, dan yang lebih tragis lagi, juga merenggut nyawa keluarganya.

Penuh amarah dan rasa kehilangan, Mei Lin memutuskan untuk membalas dendam dengan cara apapun yang dia bisa.

Dia bergabung dengan sebuah organisasi pembunuh yang sangat misterius dan dikenal dengan nama Anchang, yang memiliki tujuan untuk membasmi mereka yang telah merusak kehidupan orang-orang tak bersalah.

Hanya saja, apa yang tidak diketahui oleh Mei Lin adalah kenyataan mengejutkan yang akan dia temui. Pemimpin organisasi Anchang yang selama ini disembunyikan identitasnya ternyata adalah Murong Jinghe sendiri, pria yang selama ini dia anggap sebagai musuh besar yang harus dihancurkan.

Takdir yang tak terduga ini mengguncang seluruh keyakinannya, membawa dia pada dilema moral yang sangat berat. Kini, dia harus memilih antara membalas dendam atau menghadapi kebenaran yang selama ini tersembunyi.

Liu Xueyi sebagai Murong Jinghe

Murong Jinghe memutuskan untuk melatih Mei Lin, seorang wanita muda berbakat dengan potensi luar biasa. Tugas yang diberikan Murong Jinghe kepada Mei Lin sangat berat dan penuh tantangan, yaitu menyusup ke pernikahan politik besar yang melibatkan Dinasti Yan.

Tugasnya jelas: masuk ke dalam istana, menanamkan diri sebagai bagian dari keluarga kerajaan, dan yang paling penting, menghabisi sang pangeran yang dianggap menjadi penyebab utama kehancuran Qingzhou, tanah kelahiran Mei Lin.

Penuh tekad yang membara, Mei Lin menerima misi tersebut tanpa ragu. Baginya, pembunuhan itu adalah cara terbaik untuk membalaskan dendam atas kehilangan yang dialaminya.

Akan tetapi, ketika akhirnya dia berhasil memasuki istana dan mulai menyelidiki lebih jauh, kenyataan yang dia temui jauh lebih rumit dan mengguncang keyakinannya.

Mei Lin terkejut saat menemukan bukti yang membuktikan bahwa Murong Jinghe, yang selama ini dianggap sebagai dalang di balik tragedi Qingzhou, ternyata bukanlah orang yang bertanggung jawab.

Bahkan, dia mulai mencurigai ada pihak lain yang jauh lebih berbahaya yang bersembunyi di balik layar, yang sengaja memanipulasi situasi demi kepentingan politik pribadi mereka.

Dalam dilema moral yang besar, Mei Lin harus memutuskan apakah dia akan tetap mengikuti perintah Murong Jinghe untuk membunuh pangeran atau bergabung dengan orang yang dianggap musuhnya demi mengungkap kebenaran yang lebih besar dari apa yang dia bayangkan.

Baron Chen sebagai Murong Xuanlie

Dan, kamu pasti sudah bisa nebak dong, siapa dalang di balik peristiwa Qingzhou? Yup, jawabannya nggak lain adalah Putra Mahkota Murong Xuanlie.

Tapi, meskipun kita sudah tahu siapa yang bertanggung jawab, kenapa masih harus lanjut nonton drama 32 episode ini? Jawabannya cukup sederhana, kok.

Karena perjalanan untuk mengungkap kebenaran itu penuh dengan tantangan dan jauh dari kata mudah.

Murong Jinghe dan Mei Lin, dua tokoh utama yang memiliki misi besar, harus menghadapi berbagai rintangan yang tak terduga. Mereka nggak cuma berjuang dengan musuh yang kuat dan licik, tetapi juga harus mengatasi konflik batin masing-masing.

Setiap langkah yang mereka ambil dipenuhi dengan pengorbanan, termasuk kehilangan orang-orang yang mereka cintai. Bahkan, ada peristiwa berdarah yang terjadi di sepanjang jalan mereka, yang membuat ketegangan cerita semakin memuncak.

Semua itu membuat kita terus bertanya-tanya, bagaimana cara mereka bisa mengungkap kebenaran tanpa kehilangan nyawa atau bahkan jatuh ke dalam perangkap yang lebih besar?

Setiap episode drama ini menambah lapisan baru dalam cerita yang semakin kompleks. Baru saja kita merasa sudah tahu siapa yang salah, drama ini memutarbalikkan segalanya dan membuat kita berpikir ulang.

Bisakah Murong Jinghe dan Mei Lin benar-benar menemukan bukti yang cukup kuat untuk menunjukkan Murong Xuanlie sebagai otak utama di balik semua kekacauan ini? Atau, adakah sesuatu yang lebih besar yang tersembunyi di balik layar?

Inilah yang membuat “Kill Me, Love Me” jadi drama China yang seru dan sangat sayang untuk dilewatkan.

Jalan ceritanya yang penuh dengan intrik, konflik antar tokoh yang intens, serta chemistry antara Mei Lin dan Murong Jinghe yang bikin penonton baper, membuat tiap episode selalu menarik untuk diikuti.

Setiap kejutan baru yang datang membuat kita semakin tak sabar menanti kelanjutan kisah mereka. Jadi, pastikan kamu nggak ketinggalan setiap episodenya!

Review “Kill Me Love Me”

Serial “Kill Me Love Me” dapat dibagi menjadi empat bagian utama yang membentuk alur cerita yang menarik dan penuh konflik.
Bagian pertama mengisahkan perjalanan Mei Lin, seorang gadis desa sederhana yang hidupnya berubah drastis setelah bergabung dengan kelompok rahasia bernama Anchang.

Mei Lin yang awalnya tidak tahu apa-apa tentang dunia kejahatan, secara paksa diubah menjadi seorang pembunuh wanita yang sangat tangguh.
Keputusan Murong Jinghe, pemimpin Anchang, untuk memasukkan racun nadi tinta ke dalam tubuh Mei Lin adalah langkah jahat yang bertujuan memastikan dia tetap patuh dan tidak melarikan diri.

Racun ini membuat Mei Lin terikat pada kelompok tersebut, karena hanya ada satu cara untuk mendapatkan penawarnya: menyelesaikan misi-misi berbahaya yang diberikan kepadanya.

Setiap tugas yang harus dia jalani merupakan pertaruhan hidup dan mati, dengan ancaman dari berbagai pihak yang siap menjatuhkannya.
Ketegangan yang tercipta dalam bagian ini menggambarkan perjuangan Mei Lin untuk bertahan hidup dalam dunia penuh bahaya dan manipulasi.

Bagian kedua lebih menekankan pada sisi romansa yang tumbuh antara Mei Lin dan Murong Jinghe. Meskipun hubungan mereka didasarkan pada ketergantungan dan ancaman, seiring berjalannya waktu, perasaan cinta dan saling pengertian mulai berkembang.

Romansa ini menjadi semakin rumit dengan munculnya Pangeran Yue Qin, Putra Mahkota Dinasti Xiyan, yang ternyata memiliki sejarah panjang sebagai musuh bebuyutan Dinasti Yan, yang dipimpin oleh Murong Jinghe.

Ternyata, Pangeran Yue Qin juga jatuh cinta pada Mei Lin, yang membuat konflik semakin dalam. Cinta segitiga yang terjadi antara Mei Lin, Murong Jinghe, dan Yue Qin menambah ketegangan emosional yang mempengaruhi keputusan-keputusan penting dalam hidup mereka.

Keberadaan dua pria yang sangat berbeda dalam hidup Mei Lin menambah lapisan kompleks dalam ceritanya, memunculkan pertanyaan apakah Mei Lin akan memilih cinta atau kesetiaan pada misinya, serta bagaimana takdirnya akan terbentuk di antara intrik politik dan perasaan pribadi yang bertentangan.

Bi Wenjun sebagai Putra Mahkota Xiyan, Yue Qin

Di tengah ketegangan cinta segi tiga yang penuh intrik ini, hadir juga kisah tragis dari Murong Xuanlie, Putra Mahkota Dinasti Yan yang terperangkap dalam ambisi dan delusi.

Sejak kecil, Murong Xuanlie hanya memiliki satu tujuan dalam hidupnya: meraih tahta dan mendapatkan cinta sejatinya, Luo Mei. Luo Mei, yang diperankan oleh Zhao Xiaotang, adalah seorang jenderal wanita yang terkenal dengan kepiawaiannya dalam bertempur dan keberaniannya di medan perang.

Sejak masa kecil, ia telah menjadi cinta pertama Murong Xuanlie, namun hubungan mereka terjalin dalam ketegangan, karena Luo Mei lebih memilih untuk setia pada tugas dan negaranya daripada pada cinta pribadi.

Ambisi Murong Xuanlie untuk meraih tahta membawanya pada perjalanan yang penuh kebohongan dan pengkhianatan, termasuk berusaha merebut hati Luo Mei dengan segala cara, meski ia tahu bahwa cinta wanita itu lebih terikat pada negaranya.

Takdir memisahkan mereka dalam cara yang paling tragis, ketika Murong Xuanlie akhirnya jatuh ke tangan musuh dan dipenjara. Ironisnya, di dalam penjara, Murong Xuanlie menemui ajalnya di tangan Luo Mei, sosok yang telah lama ia dambakan cintanya.

Hal ini menjadi akhir yang memilukan bagi kisah cinta yang tak pernah terbalas, sebuah kisah penuh penderitaan dan pengorbanan, namun berakhir dengan ironi yang menyedihkan.

Murong Xuanlie dan Luo Mei

Bagian tiga dari kisah “Kill Me Love Me” ini mengisahkan perjalanan penebusan Qingzhou, yang menjadi titik balik dalam hidup Murong Jinghe. Setelah sekian lama dilanda kesalahan masa lalu, Murong Jinghe memutuskan untuk mengabdikan dirinya sebagai Gubernur Qingzhou, sebuah kota yang sedang terpuruk dan membutuhkan perhatian penuh.

Ia mulai membangun kota ini dari awal, memperbaiki infrastruktur yang rusak, dan menciptakan lapangan pekerjaan bagi warga. Selain itu, ia juga berusaha mendamaikan berbagai pihak yang selama ini terpecah akibat permasalahan yang rumit.

Selama proses tersebut, Murong Jinghe menyadari bahwa penebusan dirinya tak hanya bergantung pada keberhasilannya sebagai seorang pemimpin, tetapi juga pada bagaimana ia memperbaiki hubungan dengan orang-orang yang dulu pernah ia lukai.

Di tengah perjuangannya, Murong Jinghe juga berupaya memenuhi janji yang pernah ia buat kepada Mei Lin, seorang wanita yang sangat berarti dalam hidupnya.

Mei Lin, yang selama ini memiliki impian besar untuk membuka toko kue, akhirnya melihat impian itu terwujud berkat bantuan Murong Jinghe. Ia membuka toko kue untuk Mei Lin, bukan hanya sebagai bentuk penghormatan terhadap janji, tetapi juga sebagai simbol kedamaian yang lama mereka nantikan.

Toko kue ini menjadi simbol harapan baru dan kebahagiaan yang mulai tumbuh di Qingzhou, serta menjadi bagian dari perjalanan penebusan Murong Jinghe, yang kini tidak hanya mengubah kota, tetapi juga kehidupannya sendiri.

Pernikahan Murong Jinghe dan Mei Lin salah satu adegan favoritku

Konflik puncak dalam cerita “Kill Me Love Me” ini terjadi saat Murong Jinghe, pemimpin dari pasukan Tentara Weibei, menghadapi para pembelot yang berkhianat dari Dinasti Xiyan. Ketegangan mencapai titik tertinggi ketika Yue Qin, Putra Mahkota Xiyan yang sebelumnya dianggap musuh, bergabung dengan Murong Jinghe dan pasukannya.

Aliansi tak terduga ini tercipta karena tujuan yang sama: menghukum para pengkhianat yang telah merusak kehormatan dan kestabilan Dinasti Xiyan. Ini memberikan nuansa dramatis yang penuh dengan konflik internal dan eksternal, serta pengkhianatan yang mengguncang setiap pihak yang terlibat.

Yang lebih mengejutkan lagi adalah peran Yue Qin dalam aliansi tersebut. Sebagai Putra Mahkota yang harusnya menjaga kesetiaan terhadap keluarganya, keputusan untuk bekerja sama dengan Murong Jinghe bukanlah langkah yang mudah.

Tekadnya untuk menegakkan keadilan dan menghukum mereka yang telah merusak dinasti dan rakyatnya membuatnya mengesampingkan perbedaan. Aliansi yang penuh dengan ketegangan ini menunjukkan betapa kadang-kadang, untuk mencapai tujuan yang lebih besar, kita harus berani menjalin hubungan dengan pihak yang sebelumnya dianggap musuh.

Di sisi lain, bagian terakhir cerita ini menjadi klimaks yang sangat emosional, terutama dalam perjalanan cinta Mei Lin dan Murong Jinghe. Sutradara berhasil menyajikan akhir yang penuh dengan keadilan, namun tetap menyentuh hati penonton.

Kehadiran Mei Lin sebagai sosok yang tadinya hanya dipandang sebagai senjata hidup oleh Murong Jinghe, perlahan berubah menjadi sesuatu yang jauh lebih penting dalam hidupnya. Cinta yang tumbuh di antara keduanya penuh dengan dinamika yang rumit, namun akhirnya berujung pada sebuah resolusi yang indah.

Hidup memang sering berjalan di luar rencana, dan hal itu dirasakan dengan kuat oleh Murong Jinghe. Seorang pemimpin yang sebelumnya tak pernah membayangkan akan jatuh cinta pada sosok yang dia bentuk sebagai senjata hidupnya, Mei Lin.

Kisah mereka menggambarkan betapa cinta bisa tumbuh dari tempat yang paling tak terduga, bahkan dalam situasi yang penuh dengan pertempuran dan pengkhianatan.

Adegan romantisnya juaraaa

Ironisnya, wanita yang kini dicintainya adalah orang yang, tanpa ampun, ia racuni dengan racun nadi tinta untuk memastikan kesetiaannya.
Rasa bersalah yang mendalam mendorong Murong Jinghe melakukan segala cara mencari obat penawar, bahkan rela menjadi subjek uji coba.

Sayangnya, meski sudah berkorban sedemikian rupa, semua itu tak membuahkan hasil. Racun nadi tinta di tubuh Mei Lin tetap tak dapat disembuhkan.

Saat harapan sembuh sirna, keduanya memutuskan untuk berhenti mencari jalan keluar dan mulai merangkul waktu yang tersisa, mewujudkan mimpi-mimpi Mei Lin yang sederhana. Salah satunya adalah menikahi pria yang bersedia hidup matrilokal di kampung halamannya, Qingzhou.

Murong Jinghe meninggalkan kehormatannya sebagai Putra Mahkota Dinasti Yan demi tinggal bersama keluarga sang istri sebagai rakyat jelata.

Maka, meskipun Murong Jinghe telah dinobatkan sebagai Putra Mahkota, dia tidak membawa Mei Lin ke istana sebagai permaisuri. Sebaliknya, dia memilih hidup sederhana di Qingzhou, menjalani hari-hari layaknya pria biasa di sisi istrinya.

Putra Mahkota yang rela melepas gelar jadi rakyat biasa, demi bisa menikah ke keluarga calon istri.

Dalam adat China, pria matrilokal biasanya pindah ke rumah keluarga istri, menjadi bagian dari komunitasnya. Tradisi ini jarang dilakukan dalam masyarakat patrilineal, tetapi pilihan Murong Jinghe ini menunjukkan betapa ia bersedia menyerahkan segalanya demi Mei Lin.

Di Qingzhou, Murong Jinghe menjalani hidup tanpa gelar, menghabiskan hari-hari berharga bersama Mei Lin hingga akhir hayatnya.

Setelah Mei Lin meninggal dunia, barulah Murong Jinghe kembali ke istana sebagai raja. Akan tetapi, dia memilih tidak menikah lagi seumur hidupnya. Mei Lin adalah, dan akan selalu menjadi, permaisuri dalam hidupnya.

Jabatan Putra Mahkota Dinasti Yan pun dia serahkan kepada keponakannya, memastikan bahwa cintanya untuk Mei Lin tetap menjadi bagian abadi dari sejarah hidupnya yang tak tergantikan.

Dari sekian banyak drama china dengan ending menggantung atau bahkan menyayat hati, sutradara “Kill Me Love Me” berhasil menghadirkan sesuatu yang benar-benar berbeda.

Selamat untuk seluruh pemain dan kru, serialnya keren!

Buatku, ini pertama kalinya aku merasa puas dengan akhir yang sedih di “Kill Me Love Me.” Bukannya protes, aku justru merasa ini adalah “happy ending” terbaik yang mungkin pernah ada. Rasanya cocok banget dan meninggalkan kesan mendalam. Kalau ini jadi tren baru buat ending drama-drama china lainnya, aku bakal senang banget!

Jadi, gimana? Kamu udah nonton belum? Kalau belum, aku serius deh, “Kill Me Love Me” wajib masuk daftar tontonanmu. Dijamin, kamu bakal suka!

Share:

7 responses to “Puas dengan Endingnya! ‘Kill Me Love Me’ Semoga Ciptakan Tren Baru Drama China”

  1. Iim Rohimah Avatar

    Sekarang lagi tren drama China. Dulu banget sering nonton film-filmnya semasa SD. Sekarang dramanya bertebaran. Saya lagi suka banget nonton di aplikasi DramaBox yg versi short gitu. Meski beda sama drama asli, tapi lumayan buat hiburan saat nunggu antrean, saat pengen rehat tapi ga nguras waktu banget.

  2. Alfida Husna Avatar

    Sekarang banyak banget ya dracin bagus yang bermunculan. Ini kisahnya rumit banget, udah ketahuan dalangnya tapi proses membuktikannya yang butuh waktu dan bikin penasaran tiap episode ya. Banyak banget yg review dracin, aku jadi pengen nonton, haha.

  3. Hani Avatar
    Hani

    Film-film yg akhirannya begini, aku suka becanda di rumah, happy endingnya sedih…Ternyata mbak Muti, malah inilah “happy ending”. Emang ya film Asia jagonya bikin drama yg akhirannya kayak gini. Hum…32 episode kalo bikin melongo pastinya engga kerasa yah. Apalagi sukanya nonton drama dengan setting istana gini, bajunya bagus-baguuuus…hehe

  4. Susindra Avatar

    Belum nonton drama yang ini tapi akting Wu Jinyan memang bagus sekali, sih. Kesengsem pertama saat di Yanxi Palace. Kalau The Double sudah menonton, tapi lupa endingnya.
    Beberapa dracin yang serius seperti ini dibuat ending menggantung seperti ini namun memuaskan penonton (yg bukan genzi). Ga semua sih. Misalnya judul yg dibintangi Xu Kai, sekarang banyak yang ngikutin selera genzi.

    Saking banyaknya kasta dracin, terpaksa bikin statement di atas. Hehehehe.

  5. Adi Ratna Punggawa Ningrum Avatar
    Adi Ratna Punggawa Ningrum

    Episode 17 dan ending kuulang terus 2 an….
    haluusss banget cerita ini.
    sedih tapi happy ending.

  6. Eka Fitriani larasati Avatar

    rekomendasi dracin bagus nih, kebetulan sebulan ini saya lagi seneng nonton dracin garagara sering nonton cuplikan dracin di youtube, hehehe. kill me love ini mirip mirip game of throne ala cina ya

  7. Jihan Avatar

    Duh aku tuh sukaa sebenernya drama2 china gini, apalgi dlu Putri HuanZhu jadi kesayangan bangett wkkww, skrg kek mau nonton udah ngga ada tenaganyaa :(( padahal bagus kalo baca reviewnya

Leave a Comment