Begitu nonton episode pertama “Love Game in Eastern Fantasy” (LGIEF) yang dibintangi Yu Shuxin dan Ding Yuxi, otak rasanya langsung bilang, “Eh, ini kayak musim kedua ‘The Romance of Tiger and Rose (TROTAR),’ deh!” Kamu juga ngerasain vibes yang sama nggak, nih?
Bayangin aja, si pangeran pemarah Han Shuo sekarang menjelma jadi Mu Ziqi, dan si putri ketiga Chen Qianqian berubah jadi Ling Miaomiao. Kalau kamu dulu suka banget sama TROTAR, dijamin otomatis jatuh cinta sama LGIEF. Sesimpel itu.
Nggak heran, serial ini bikin internet di China heboh selama berhari-hari. “Love Game in Eastern Fantasy” sukses mencetak hits 30 ribu poin di platform streaming, angka yang sebelumnya cuma diraih aktris-aktris besar dari generasi Post-80’s Flowers seperti Yang Zi (Lost You Forever), Zhao Liying (The Legend of Shen Li), dan Liu Yifei (The Tale of Rose).
“Love Game in Eastern Fantasy” juga menyedot perhatian pemirsa, mengalahkan “The Story of Pearl Girl” milik Zhao Lusi yang tayang pada waktu bersamaan.
Sebagai bagian dari generasi Post-90’s Flowers, bareng Zhao Lusi dan Bai Lu, Yu Shuxin (Esther Yu) berhasil bikin gebrakan yang nggak main-main.
Bahkan, dia jadi yang pertama dalam generasinya yang mencetak hot streak di tiga platform streaming besar sekaligus, yaitu “Love Game in Eastern Fantasy” di WeTV, “Love Between Fairy and Devil” di iQiyi, dan “A Romance of the Little Forest” di Youku. Semuanya punya skor konsisten di atas 10 ribu. Keren banget, kan?
Oke, sekarang fokus ke pembahasan LGIEF yang baru aja tamat untuk pelanggan VIP dengan total 32 episode. Udah siap buat bahas kisahnya yang bikin geregetan ini?
Detail Drama
- Judul: Love Game in Eastern Fantasy
- Episode: 32
- Tayang: 1-17 November 2024
- Platform: WeTV
- Durasi: 45 menit per episode
- Pemeran: Yu Shuxin, Ding Yuxi, Zhu Xudan, dan Yang Shize.
Sinopsis “Love Game in Eastern Fantasy”
Ling Miaomiao (Yu Shuxin) adalah seorang gadis ceria yang selalu penuh dengan ide-ide tak terduga. Dia adalah penggemar berat novel “Monster Hunting” karya Fu Zhao, sebuah karya yang sudah ia ikuti selama 10 tahun.
Meskipun mencintai cerita tersebut, Miaomiao sebenarnya memiliki banyak keluhan. Dia merasa plot dan ending novel itu tidak masuk akal.
Tidak hanya itu, romansa yang digambarkan dalam cerita tersebut menurutnya sangat biasa dan klise, sedangkan karakter Lin Yu yang dianggapnya terlalu dibesar-besarkan sebenarnya adalah seorang antagonis yang seharusnya tak mendapat perhatian sebesar itu.
Suatu malam, setelah membaca bagian cerita yang membuatnya semakin jengkel, Miaomiao pun meluapkan segala unek-uneknya di laman fan page Fu Zhao.
Komentar yang ia tulis benar-benar pedas dan tanpa ampun. Dia mengkritik habis-habisan mengenai plot yang amburadul, penokohan yang terasa datar, serta romansa yang baginya terkesan murahan.
Bahkan, ia menuduh Fu Zhao hanya mengejar keuntungan finansial tanpa mempertimbangkan kualitas cerita. Miaomiao juga tidak segan-segan menyatakan bahwa protagonis utama dalam cerita itu sama sekali tidak menarik dan jauh dari kata “greget.”
Tak disangka, setelah menekan tombol “submit,” komputer yang digunakan Miaomiao tiba-tiba error. Saat itulah, sesuatu yang sangat aneh terjadi. Miaomiao merasa tubuhnya tersedot ke dalam layar dan seketika terbangun di dunia yang selama ini ia kritik, dunia dari novel “Monster Hunting” itu sendiri.
Lebih mengejutkan lagi, ia bukan hanya berada dalam dunia itu sebagai penonton, melainkan sebagai karakter yang ia kritik keras, Lin Yu, tokoh wanita antagonis yang menurutnya adalah tokoh yang tidak menarik dan berlebihan.
Miaomiao pun terjebak dalam situasi yang sangat tidak terduga, kini harus menjalani kehidupan sebagai karakter yang sebelumnya ia benci. Dunia yang pernah ia anggap penuh kebingungannya kini menjadi kenyataan yang harus ia hadapi.
Tiba-tiba, suara misterius yang datang dari sistem mengejutkan Miaomiao. Suara itu seolah-olah datang dari dunia lain, menginstruksikan Miaomiao untuk menyelesaikan serangkaian misi demi bisa kembali ke dunia nyata.
Misi utama yang harus dia selesaikan adalah menaklukkan hati Mu Sheng, atau dikenal juga dengan nama Mu Ziqi. Namun, siapa sangka bahwa tugas ini tidaklah mudah.
Mu Sheng (yang diperankan oleh Ding Yuxi) bukanlah karakter sembarangan, melainkan second lead yang penuh dengan aura misterius dan sisi gelap yang sulit dipahami.
Setiap kali Miaomiao gagal dalam misi untuk mendekati Mu Sheng, dia harus kembali ke titik awal dan memulai semuanya dari awal lagi. Hal ini membuat perjalanannya menjadi semakin menantang dan penuh rintangan.
Salah satu momen yang paling mengejutkan adalah saat Miaomiao harus mengulang misi belasan kali. Gagal berkali-kali membuatnya merasa sudah kebal dengan rasa sakit dan kematian, namun justru di saat itulah kejenakaan dan kekocakan cerita ini muncul.
Miaomiao tidak sendirian dalam petualangannya. Dia bergabung dengan tiga karakter utama yang memiliki peran penting dalam ceritanya. Pertama ada Mu Ziqi/Mu Sheng yang selalu tampak cool namun menyimpan banyak rahasia.
Kedua adalah Mu Yao (Zhu Xudan), seorang gadis yang berasal dari keluarga pemburu siluman dan juga kakak angkat Mu Sheng, yang memiliki kemampuan luar biasa dalam bertarung.
Terakhir, ada Liu Fuyi (Yang Shize), seorang pemburu siluman tangguh yang sangat berbakat dan tidak mudah terpengaruh oleh situasi.
Bersama-sama, mereka menghadapi berbagai tantangan dan ancaman yang datang dari dunia siluman yang penuh bahaya. Namun, meskipun penuh rintangan, Miaomiao tetap berusaha keras untuk menyelesaikan misinya, tanpa menyerah pada kenyataan pahit yang harus dia hadapi berulang kali.
Mereka membentuk tim yang berjuang menghentikan rencana jahat Ratu Siluman Mu Ronger, seorang “Wanita Pedendam” yang mengancam dunia.
Uniknya, misi mereka nggak cuma soal memburu siluman. Seiring waktu, mereka justru belajar bekerja sama dengan para siluman untuk menyelamatkan dunia.
Hubungan antara manusia dan siluman yang tadinya penuh permusuhan perlahan berubah, hingga akhirnya mereka berhasil merombak cerita tragis menjadi akhir yang bahagia, bahkan menyelamatkan dunia dari kehancuran.
Review “Love Game in Eastern Fantasy”
Sejak episode pertama, “Love Game in Eastern Fantasy” langsung bikin penonton terperangah.
Tanpa basa-basi, kamu langsung dibawa masuk ke dalam aksi seru yang bikin deg-degan.
Ceritanya serius, eh tiba-tiba Miaomiao dihadapkan pada situasi “game over” berkali-kali yang malah bikin ngakak! 😂
Awalnya, aku sempat sedikit ragu waktu masuk episode 3-5 karena pace-nya agak lambat dan masih muter-muter di misi pemula Yu Shuxin. Tapi, begitu udah masuk episode 7, wah, udah deh, gak ada kata skip! Semua episode jadi wajib tonton!
Aku harus bilang, naskah cerita “Love Game in Eastern Fantasy” ini luar biasa! Pas aku cari tahu siapa penulisnya, ternyata Bai Jinjin yang juga menulis naskah buat “Love Between Fairy and Devil” (2022) dan “Destined” (2023). Kedua drama ini juga sukses besar di Asia, jadi udah pasti naskahnya nggak main-main.
Kelebihan “Love Game in Eastern Fantasy”
1. Chemistry Pemain yang Bikin Baper
Ini adalah kali kedua Yu Shuxin dan Ding Yuxi jadi pasangan di drama china. Sebelumnya mereka barengan di “Moonlight” (2021), yang juga hits besar.
Soal akting, Yu Shuxin tuh emang juara banget! Dia bisa banget bikin kita terpesona dengan pesona lucu dan manisnya, plus nggak lupa manjanya yang bikin gemes.
Sementara itu, Ding Yuxi tampil dengan postur tubuh yang lebih berisi di drama ini, dan serius deh, kalau bukan karena gaya rambutnya yang beda, rasanya aku kayak liat Ding Yuxi versi Han Shuo di “TROTAR.”
Tatapan matanya tuh bener-bener intens! Apalagi pas dia marah, cemburu, atau lagi jadi manusia dan siluman, ekspresinya benar-benar beda banget.
Pokoknya, chemistry antara Yu Shuxin dan Ding Yuxi tuh makin kuat di sini, bahkan lebih kuat dari “Moonlight.”
Jadi, kalau kamu udah suka mereka berdua di drama sebelumnya, di “Love Game in Eastern Fantasy” ini dijamin bakal makin baper deh!
2. Plotnya Bikin Penasaran dan Unik
Aku suka banget sama cara plot di “Love Game in Eastern Fantasy” disusun. Ceritanya emang kompleks, tapi seru banget buat dipikirin. Bahkan, aku nggak pernah merasa capek, malah makin penasaran sepanjang jalan ceritanya.
Dari awal sampai akhir, aku terus berusaha nebak siapa yang sebenernya baik, siapa yang jahat, siapa yang jadi kawan, dan siapa yang jadi lawan.
Tapi setelah nonton sampai akhir, aku bisa bilang dengan yakin, kalau drama ini tuh nggak punya karakter antagonis yang jelas. Siluman sekalipun, selalu punya sisi yang positif dari mereka.
Dan hal yang bikin beda, rivalitas antara female lead dan second female lead yang biasanya tuh penuh dengan cinta segitiga yang memanas di serial China kebanyakan, di drama ini nggak ada sama sekali.
Sebaliknya, drama ini justru lebih banyak menyoroti hubungan bromance dan sismance yang kuat. Misalnya antara Ling Miaomiao dan Mu Yao yang keren banget, atau Lu Huaian dan Mu Huaijiang yang bakar semangat banget.
Nggak ketinggalan, Mu Ronger dan Liu Niang juga punya ikatan yang nggak kalah kuat, dan hubungan keluarga di drama ini bener-bener mengharukan.
Kamu bakal lihat gimana kuatnya ikatan antara Mu Yao dan Mu Ziqi sebagai kakak-adik, Qingqing dan Cuicui yang punya hubungan kakek-cucu yang penuh kasih, Ling Miaomiao dan Lin Lushan sebagai ayah dan anak, dan nggak ketinggalan Mu Ronger dan Mu Ziqi sebagai ibu dan anak yang sangat emosional.
3. Pesan Moral yang Nggak Cuma Romance
Yang bikin “Love Game in Eastern Fantasy” beda dari drama china lainnya, adalah banyaknya pesan moral yang bisa kita ambil dari ceritanya.
Nggak cuma soal romance, tapi juga soal self-love dan cara menghadapi sakit emosional yang dalam.
Ada satu kalimat dari Fu Zhao di novel yang bikin aku terharu banget, tepat di episode terakhir. Kurang lebih begini makna kata-katanya: “Kapan kamu bisa mencintai seseorang 100 persen? Jawabannya adalah ketika kamu sudah bisa mencintai dirimu sendiri sepenuhnya. Baru setelah itu, kamu bisa memberikan cinta yang tulus pada orang lain.” Wow, ini bener-bener mendalam!
Selain itu, ada juga pesan yang disampaikan Master Lu Huaian ke muridnya Liu Fuyi: “Jangan mengejar yang sudah lewat, karena masa depan masih panjang.” Ini bener-bener ngena banget, ya!
Terus, ada kalimat yang bikin kita berpikir lagi dari Ling Miaomiao kepada Mu Ziqi: “Memang ada banyak hal yang tidak bisa kita kendalikan. Jadi, serahkan sedikit pada Langit (Tuhan). Itu mungkin bisa membawa kejutan untuk kita.”
Wow, drama ini nggak cuma kasih hiburan, tapi juga ngajarin kita banyak hal soal hidup dan cinta.
4. Favorability Score yang Bikin Ketawa
Sebagai drama bertema dunia virtual, elemen permainan ditampilkan dengan detail yang memikat, membuat penonton merasa seolah-olah ikut bermain.
Nah, yang paling seru dari drama ini adalah adanya favorability score untuk misi utama Ling Miaomiao. Setiap kali ada perkembangan dalam hubungan mereka, kita bisa lihat perubahannya dalam angka persentase.
Dari yang awalnya -200 persen, hingga akhirnya jadi 100 persen di akhir cerita. Naik turunnya angka ini bener-bener bikin ngakak! Bayangin aja, gimana perasaan Mu Ziqi yang awalnya kayak ‘eh, ini siapa sih?’ jadi semakin sayang banget sama Ling Miaomiao.
Dan yang pasti, chemistry antara Yu Shuxin dan Ding Yuxi nggak ada duanya. Mereka berdua tuh, pas banget jadi pasangan di drama ini, bikin penonton makin baper setiap kali mereka tampil bareng.
Pokoknya, “Love Game in Eastern Fantasy” emang full of surprises, mulai dari plot yang unik, pesan moral yang dalam, sampai chemistry yang nggak bisa dianggap remeh.
5. Lagu Soundtrack yang Bikin Terhanyut
Nggak cuma ceritanya yang seru, soundtrack di “Love Game in Eastern Fantasy” juga juara banget!
Semua lagu yang dipakai tuh bener-bener keren dan bikin kita tambah jatuh cinta sama drama ini.
Salah satu yang jadi favoritku adalah lagu “Reshaped” yang dibawakan oleh Baby-J. Bahkan kalau kamu belum nonton serial ini, dijamin tetap bakal suka banget sama lagunya.
Ada juga lagu yang dinyanyikan langsung oleh Yu Shuxin berjudul “Surge,” yang bener-bener bikin hati meleleh.
Lalu ada lagu “Stare Intently” yang dinyanyikan oleh Ding Yuxi, dan lagu ini tuh bener-bener catchy.
Tapi yang paling seru adalah lagu “Send to the Bright Moon” yang dinyanyikan bareng-bareng sama Yu Shuxin, Ding Yuxi, Bambi Zhu, Yang Shize, Li Yizhen, Fei Qiming, dan Lu Yuhao. Kumpulan suara mereka tuh enak banget di telinga, bikin semakin betah nonton.
6. Kehadiran Gillian Chung yang Bikin Terkejut
Siapa sangka, salah satu kejutan terbesar dalam “Love Game in Eastern Fantasy” adalah munculnya Gillian Chung.
Aku sampai dua kali cek, beneran ini Gillian Chung, loh! Kalau kamu anak 90-an, pasti udah nggak asing lagi dengan bintang Hong Kong satu ini, kan?
Di sini, Gillian Chung berperan ganda yang super menarik. Dia main sebagai ibu Mu Ziqi sekaligus Ratu Siluman yang jatuh cinta pada manusia biasa, Adipati Qing Yi.
Dilemanya tuh seru banget, karena dia harus memilih antara menyelamatkan kaumnya dengan risiko kehilangan suaminya atau tetap bersama suaminya dan melihat kaumnya musnah.
Menariknya, sebagai Ratu Siluman, Mu Ronger bisa melihat masa depan dan tahu bahwa dia akan berakhir menjadi jahat, bahkan mati di tangan putranya sendiri.
Sisi antagonis Gillian Chung muncul dengan sempurna, dan dia sudah siap menerima nasibnya ketika dia berubah menjadi “Wanita Pendendam” yang rohnya bersemayam di tubuh Mu Yao. Tuh, kompleks banget kan ceritanya. Makanya, kamu sebaiknya nonton sendiri.
Selain Gillian Chung, aktor dan aktris pendukungnya juga nggak kalah keren. Chen Duling, yang biasanya jadi female lead, kali ini tampil berbeda sebagai Siluman Cermin di episode pertama.
Ada juga Leon Lai yang berperan sebagai Pendeta Tao Ying, serta Xu Gaiqiao yang main sebagai Zhao Qinghuan, Adipati Qing, suami Mu Ronger dan ayah Mu Ziqi.
Kekurangan “Love Game in Eastern Fantasy”
1. Alur yang Lambat di Episode 2-6
Meskipun episode pertama “Love Game in Eastern Fantasy” langsung mengajak penonton terjun ke inti cerita, sayangnya alur di episode 2 sampai 6 terasa sedikit lambat.
Di bagian ini, meski humornya seru banget, plot ceritanya agak stuck di situ-situ aja, terutama di rumah Ling Miaomiao.
Buat yang baru pertama kali nonton dan nggak terlalu familiar dengan Yu Shuxin dan Ding Yuxi, bisa jadi mereka bakal kehilang minat atau malah skip ke bagian pertengahan cerita yang lebih seru.
2. Ending yang Bukan Ending
Satu hal yang bikin aku agak kecewa adalah ending-nya yang terasa nanggung. Bahkan banyak penggemar yang masih bingung, ini sebenarnya happy ending atau open ending?
Di scene terakhir, setelah Yu Shuxin sudah keluar dari dunia cerita, ada momen di mana male lead memanggil nama female lead dan dia menoleh, tapi sayangnya wajah Ding Yuxi nggak diperlihatkan sama sekali di situ.
Jadi, kalau kamu berharap ada penutupan yang jelas di bagian ini, sayangnya agak meninggalkan tanda tanya besar.
Miaomiao sendiri sudah “memperingatkan” kita di awal cerita bahwa ending cerita ini seperti scam. Dan benar saja, akhir serial ini adalah lingkaran yang membawa kita kembali ke awal di mana Mu Ziqi berjanji untuk selalu menemukan Miaomiao di mana pun berada.
Miaomiao pun memilih untuk mendukung Mu Ziqi dalam setiap kesempatan. Jadi, ibarat permainan yang selalu start ke awal, endingnya pun begitu.
Aku sempat baca beberapa protes dari penonton yang ngeluh kenapa adegan romantis antara Mu Ziqi dan Ling Miaomiao di drama ini bisa dibilang jarang banget, bahkan cuma ada secuil banget di closing episode terakhir.
Mungkin mereka lupa kalau plot drama ini ditulis oleh Fu Zhao pas usia dia masih remaja. Iya, kamu nggak salah denger, penulisnya tuh masih usia muda banget pas menuliskan “Monster Hunting” ini, jadi wajar banget kalau dia nggak langsung masuk ke adegan-adegan dewasa kayak ciuman atau bed scene. Namanya juga penulis remaja, kan?
Jadi, kita harus lebih paham aja sih, kalau yang dia pengen sampaikan itu bukan cuma soal romansa yang bikin baper, tapi juga perasaan dan harapan lewat karakter-karakter yang dia ciptakan.
Semua itu ngasih kita pandangan yang lebih segar tentang cinta yang murni, yang nggak perlu langsung ada adegan-adegan berat.
Makanya, kalau ada yang merasa kurang, ya mungkin ini cara Fu Zhao mengungkapkan kisahnya dari perspektif yang lebih “pure” dan innocent.
Overall, drama ini sangat menyenangkan untuk diikuti, dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Selamat menonton!
Leave a Comment