Bawa bekal dari rumah

Sebagai perempuan yang menjalankan profesi ibu rumah tangga delapan tahun terakhir, aku tahu bahwa menyederhanakan pilihan makanan, seperti makan menu yang sama dalam sehari bisa membantu keluargaku hidup lebih sehat. Misalnya, makan menu yang sama saat sarapan dan makan siang tentu memudahkanku bawa bekal makan siang untuk dibawa anak ke sekolah atau dibawa suami ke kantor.

Bawa bekal sendiri lebih ramah lingkungan karena baik untukku, untuk keluargaku, untukmu yang membaca artikel ini serta untuk bumi. Alasannya, karena lebih sehat, menggunakan lebih sedikit sumber daya, dan menghasilkan lebih sedikit sampah. Be green. Dine in. Begitulah kira-kira.

Selama delapan tahun berumah tangga, jika dihitung kasar, ibu sepertiku sudah menyiapkan lebih dari empat ribu piring sarapan untukku dan suami. Jika ditambah dengan kehadiran tiga buah hati kami empat tahun terakhir, kalikan saja.

Itu baru sarapan saja, belum makan siang, makan malam, lengkap dengan camilan. Keluarga kami bisa dibilang makan dengan seimbang, terutama buah. Ya, kami semua frugivora, terlebih dua putra kembarku. Makan buahnya mungkin lebih banyak dari makan nasinya.

You are what you eat

“Kamu adalah apa yang kamu makan.” Pernah dengar ungkapan ini? Kalimat sederhana, tapi penuh makna. Coba bayangkan, segala sesuatu yang kita masukkan ke dalam tubuh, baik makanan maupun minuman—adalah bahan bakar utama untuk tubuh kita berfungsi.

Apa yang kita makan akan diolah menjadi energi untuk bergerak, membantu memperbaiki sel-sel yang rusak, dan memastikan semua sistem tubuh bekerja optimal. Kalau bahan bakarnya berkualitas buruk, bisa kebayang dong gimana dampaknya ke tubuh kita?

Nah, di era serba cepat seperti sekarang, banyak dari kita mungkin sering memilih makanan cepat saji atau jajan sembarangan karena praktis.

Padahal, pilihan ini sering kali nggak hanya kurang sehat tapi juga bisa berdampak buruk dalam jangka panjang, terutama untuk kesehatan keluarga.

Lalu, kenapa bawa bekal makanan sendiri atau istilah kerennya be green, dine in, bisa jadi solusi yang ampuh untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan keluarga?

Pertama, dengan membawa bekal sendiri, kamu punya kendali penuh atas apa yang masuk ke tubuhmu dan keluarga. Kamu bisa memilih bahan-bahan yang lebih sehat, bebas dari pengawet atau bahan kimia berbahaya.

Kedua, bawa bekal itu hemat biaya sekaligus hemat energi karena mengurangi ketergantungan pada makanan olahan yang nggak ramah lingkungan. Dan yang nggak kalah penting, bawa bekal buatan sendiri menciptakan kebersamaan dan rasa cinta dalam setiap suapannya.

Jadi, nggak cuma soal makan sehat, tapi juga soal membangun gaya hidup yang lebih ramah lingkungan, lebih hemat, dan tentu saja lebih baik untuk masa depan keluarga.
Yuk, kita bahas lebih dalam kenapa membawa bekal bisa jadi langkah kecil yang membawa dampak besar.

1. Kualitas makanan terjamin

Saat ibu berada di dapur, ada sesuatu yang luar biasa yang sedang terjadi. Setiap langkah yang ia ambil, mulai dari memilih bahan-bahan segar hingga mengatur suhu kompor, selalu penuh perhatian.

Bagi ibu, memasak bukan hanya soal menyiapkan makanan, tetapi tentang memastikan setiap hidangan yang disajikan penuh dengan cinta dan perhatian. Ia tahu betul apa yang ada di dalam masakannya, dari bahan dasar yang digunakan hingga cara memasaknya.

Dapur menjadi tempat di mana kreativitas dan kehati-hatian bertemu, dan ibu selalu menjaga kebersihan, memastikan semua peralatan dapur siap untuk digunakan. Bahkan, soal bumbu pun ibu sangat teliti, mulai dari garam, gula, hingga penyedap rasa.

Beberapa ibu bahkan memilih untuk menghindari MSG, berusaha membuat makanan yang sehat dan alami untuk keluarga. Setiap masakan yang ibu buat bukan hanya soal rasa, tapi juga soal cinta yang ia tuangkan di dalamnya.

2. Ukuran dan porsi pas

Bicara soal porsi makan, siapa lagi yang lebih tahu ukuran yang pas selain istri dan ibu? Kalau soal suami, pasti istri tahu betul seberapa banyak nasi yang pas untuk mengisi perutnya.

Begitu juga dengan anak-anak, ibu adalah ahli dalam menentukan seberapa banyak ikan dan sayur yang tepat untuk mendukung pertumbuhan mereka.

Meskipun masing-masing anggota keluarga punya selera yang berbeda, istri dan ibu selalu bisa menakar porsi dengan pas, tidak kurang, tidak lebih. Inilah salah satu rahasia agar asupan kalori keluarga tetap terjaga dengan baik setiap harinya.

Porsi yang sudah terukur memungkinkan pola makan keluarga bisa lebih konsisten, meskipun tentu ada sedikit plus-minus. Tapi yang penting, semua tetap seimbang dan sesuai dengan kebutuhan masing-masing.

Jadi, meski kita sering meremehkan hal-hal kecil seperti ukuran porsi, ternyata ini punya peran besar dalam menjaga kesehatan keluarga, lho!

3. Menguatkan ikatan atau bonding

Bonding adalah salah satu kunci penting dalam mempererat hubungan keluarga, dan salah satu cara paling menyenangkan untuk mewujudkannya adalah lewat makan bersama.

Bayangkan, sejenak melepaskan diri dari hiruk-pikuk dunia digital dan berkumpul di meja makan dengan orang-orang terdekat.

Momen ini memberi kesempatan bagi setiap anggota keluarga untuk berbagi cerita, tawa, dan kebersamaan yang mungkin sulit terwujud di tengah rutinitas harian yang sibuk.

Makan bersama bukan hanya sekadar menikmati hidangan, tetapi juga menjadi waktu berharga untuk mempererat ikatan emosional.

Terkadang, hal-hal yang terasa berat atau sulit untuk dibicarakan bisa menjadi lebih ringan ketika diungkapkan dengan santai di meja makan.
Di sinilah rasa kebersamaan terjalin dengan cara yang menyenangkan dan tak terlupakan.

Jadi, yuk manfaatkan waktu makan untuk lebih dekat lagi dengan keluarga, karena itulah salah satu cara terbaik untuk memperkuat ikatan kalian.

4. Makan yang tersaji di depan mata

Bawa bekal makanan sendiri di rumah bukan hanya soal menghemat waktu atau uang, tapi juga soal menjaga kesehatan keluarga.

Tanpa harus khawatir dengan minuman manis kemasan atau camilan tidak sehat yang sering bikin tergoda, kita bisa memastikan apa yang masuk ke tubuh anggota keluarga adalah makanan yang bergizi dan terjamin kebersihannya.

Di rumah kami, kulkas selalu penuh dengan bahan makanan sehat, tanpa ada stok chiki, chips, atau minuman manis yang biasanya bikin anak-anak susah menahan diri. Mereka tahu, kalau mau makan, ya makan apa yang ada, makanan yang dimasak ibu di rumah.

Ini jadi kesempatan untuk mereka belajar lebih banyak tentang menghargai masakan rumahan, mengucap syukur atas apa yang tersedia, dan belajar berkata “cukup” meskipun godaan makanan enak ada di luar sana.

Tentu, kalau lapar lagi, anak-anak biasanya lari ke buah-buahan segar seperti jeruk, melon, atau mangga. Dan kalau masih kurang, mereka dengan kreatif memanfaatkan sisa ikan atau ayam yang ada di dapur untuk dijadikan makanannya. Sehat, kan?

Anak-anak nggak cuma belajar soal makanan sehat, tapi juga nilai-nilai penting yang bisa mereka bawa hingga dewasa nanti.

Bawa bekal hemat waktu, hemat uang!

Alasan nomor satu orang bilang mereka nggak bisa masak karena nggak sempat alias kehabisan waktu. Padahal, mereka punya waktu untuk main video game, browsing, balas chat, buka media sosial, ngobrol sama orang lain di telepon.

Hei, kalau kamu segitu nggak punya waktu untuk melakukan hal-hal dasar untuk diri sendiri atau keluargamu, sesederhana olahraga singkat atau menyiapkan sarapan, bisa dibilang hidupmu benar-benar sudah di luar kendali.

Coba atur lagi, manajemen ulang waktumu. Semua hal butuh komitmen karena tidak ada yang tidak bisa dilakukan. Kesehatan dan kesejahteraan keluargamu sangat berharga.

Meski belum sempurna, berikut adalah praktik keseharianku menyiapkan makanan dan bekal untuk keluarga kecilku. Semoga sedikit banyak bisa menginspirasimu.

1. Anak bawa bekal ke sekolah

Putriku yang kini duduk di bangku kelas dua sekolah dasar selalu membawa bekal makan siang ke sekolah. Meskipun pihak sekolah menyediakan katering, aku tetap memilih untuk memasak sendiri makanan untuk anakku.

Bagi aku, ini lebih dari sekadar soal makan. Ini adalah cara untuk memastikan anakku mendapatkan makanan sehat yang aku pilih sendiri, sekaligus mengajarkan nilai-nilai penting sejak dini.

Sejak usia lima tahun, si kakak sudah terbiasa membawa kotak jajan, kotak makan siang, dan botol minum sendiri ke sekolah. Kebiasaan ini sudah aku tanamkan sejak dia di taman kanak-kanak.

Memang, sedikit merepotkan. Kadang harus bangun lebih pagi untuk menyiapkan bekal dan memastikan semuanya lengkap, tapi aku tahu semua itu sebanding dengan manfaat yang akan dia dapatkan. Lebih dari sekadar menyiapkan makanan, ini adalah bagian dari proses pendidikan.

Membiasakan anak untuk membawa bekal makan siang ke sekolah ternyata memberikan banyak manfaat. Pertama, anak tahu persis apa yang dia makan. Ini penting untuk membangun kebiasaan makan sehat.

Kedua, anak belajar membuat pilihan-pilihan yang lebih baik dalam hidupnya, termasuk dalam memilih makanan. Dengan bawa bekal sendiri, dia belajar tentang gizi yang baik dan manfaat dari pola makan yang sehat.

Dan yang tak kalah penting, bawa bekal sendiri mengajarkan anak tanggung jawab, karena dia akan berusaha menghabiskan makanan yang sudah disiapkan untuknya, menghargai usaha yang aku lakukan, dan tidak menyia-nyiakan makanan.

Meskipun sepele, kebiasaan bawa bekal makanan ini menjadi fondasi yang penting dalam pembentukan karakter dan pola hidup sehat di masa depan.

2. Ketika jalan-jalan, tetap bawa bekal dari rumah.

Aku yakin, banyak ibu rumah tangga dengan tiga anak yang bisa banget relate sama kondisiku. Kalau kita mau jalan-jalan, entah itu ke mall, taman, atau sekadar wisata kuliner di akhir pekan, satu hal yang pasti: kita harus bawa bekal makanan dari rumah.

Bawa bekal bukan cuma soal kenyamanan, tapi lebih dari itu, terutama buat aku yang punya dua anak spesial. Asupan yang masuk ke tubuh mereka sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang mereka. Jadi, menyiapkan bekal bukan lagi pilihan, melainkan keharusan.

Pernah nggak sih, kamu merasa ragu atau malas untuk bawa bekal? Tapi, kalau dipikir-pikir lagi, nggak bawa bekal itu bisa berakibat fatal. Kenapa? Karena setiap kali keluar rumah, pasti ada saja godaan yang bikin anak-anak kita ingin jajan sembarangan.

Dari jajanan yang kurang sehat, sampai makanan yang nggak tahu kualitasnya. Apalagi kalau kita sudah di luar rumah, dan tiba-tiba anak merengek minta makan atau, lebih parahnya menangis karena kelaparan.

Kalau sudah kayak gitu, rasanya deh, semua perencanaan yang sudah disusun bisa langsung hancur. Mau nggak mau, kita harus menyerah dan membeli makanan yang nggak terjamin kesehatannya.

Makanya, buat aku, bawa bekal dari rumah itu jadi sebuah ritual wajib. Selain lebih hemat, kita juga bisa memastikan apa yang dikonsumsi anak-anak benar-benar sehat dan bergizi.

Nggak cuma itu, bawa bekal buatan sendiri selalu punya rasa kasih sayang yang nggak bisa digantikan oleh makanan dari luar. Jadi, meski ribet, aku tetap memilih untuk menyiapkan bekal sebelum pergi jalan-jalan. Karena kesehatan dan kebahagiaan anak adalah yang utama.

3. Siapkan coffee break sendiri untuk suami

Laki-laki itu sering dibilang punya “perut karet,” alias gampang lapar dan selalu butuh camilan. Tapi, apakah suamimu juga punya kebiasaan seperti itu?

Kalau iya, kamu nggak sendirian. Suamiku juga punya rutinitas yang tak jauh beda. Setiap hari, dia pasti meluangkan waktu untuk coffee break, waktu yang katanya nggak bisa dilewatkan begitu saja.

Biasanya sih, sekitar jam 10-11 pagi sebelum makan siang atau 15-16 sore setelah makan siang, tepat saat perut mulai keroncongan dan mata mulai ngantuk.

Uniknya, suamiku selalu membawa dua tumbler ke kantor: satu untuk air putih dan satu lagi untuk kopi atau teh kesukaannya.

Dia selalu siap dengan stok cairan di meja kerjanya, jadi tidak ada yang namanya paper-cup. Karena baginya, membawa tumbler pribadi lebih ramah lingkungan dan tentunya lebih praktis.

Bukan hanya soal minuman, camilan pun menjadi bagian penting dari rutinitasnya. Kadang, aku yang menyiapkan camilan untuknya, biasanya cake atau pisang bolen, yang selalu aku stok di rumah untuk keluarga. Rasanya lebih enak kalau camilan itu dibuat dengan tangan sendiri, bukan?

Untuk urusan kopi, suamiku adalah orang yang sangat teliti. Dia lebih memilih untuk membuat kopi sendiri di pantry kantor, daripada membeli kopi kemasan yang terkadang rasanya kurang pas.

Biasanya, dia akan mencari waktu di sela-sela kesibukannya untuk menikmati kopi yang dia buat dengan penuh perhatian. Itu sudah jadi bagian dari cara dia menikmati hari, momen kecil yang membuatnya lebih nyaman menjalani rutinitasnya.

4. Bawa bekal makan siang ke kantor

Selama usia produktif bekerja, makan siang di luar bisa menghabiskan uang kita secara signifikan. Katakanlah kita makan siang di luar tiga kali untuk tiga hari kerja dalam sepekan.

Katakanlah tiga hari sisanya kita makan siang dengan gratis atau murah, sebut saja bawa bekal dari rumah, ditraktir bos kantor, makan siang bareng klien, dan sebagainya.

Apabila dalam satu tahun setara dengan 48 minggu aktif untuk bekerja, asumsikan kita disiplin membawa bekal makan siang selama lima tahun bekerja.

Perhitungannya menjadi 3 x 48 minggu = 144 hari x 5 tahun = 720 kali makan siang di luar. Kamu pasti terkejut dengan penghematan yang bisa kamu lakukan.

Pertama, dari sisi pengeluaran. Jika kita mengeluarkan uang Rp 40 ribu untuk satu kali makan siang standar Jabodetabek, uang yang kita habiskan adalah Rp 40 ribu x 720 kali = Rp 28,8 juta selama lima tahun.

Ini belum termasuk uang tambahan untuk parkir, BBM motor, terlebih kalau teman mengajak kita makan siang ke restoran atau mall. Wah, yakin deh jumlahnya lebih banyak terlebih asumsi di atas hanya untuk tiga kali makan siang di luar dalam sepekan.

Bagaimana dengan karyawan yang dari Senin sampai Jumat selalu makan siang di luar? Kalikan saja dua, maka hasilnya berlipat menjadi Rp 57,6 juta selama lima tahun. Bisa buat DP rumah tuh.

Kedua, dari faktor kesehatan. Kamu tahu nggak kenapa kita selalu ketagihan makan makanan luar, seperti restoran dan makanan cepat saji?

Jawabannya ya karena bumbu penyedap yang digunakan di atas normal alias over-micin. Itulah yang bikin banyak makanan beli di luar itu enak dan bikin ketagihan.

Sudah tak terhitung berapa banyak riset mengatakan makanan di restoran mengandung lebih banyak kalori dibanding makanan buatan ibu atau yang kita masak sendiri di rumah.

Ketiga, sampah. Industri hotel dan restoran menghasilkan limbah makanan dan kemasan dalam jumlah besar.

Apalagi yang namanya restoran cepat saji, sering kali menyediakan makanan dalam kemasan sekali pakai yang limbahnya berakhir di tempat pembuangan sampah atau sering di pinggir jalan, mulai dari gelas minuman dan tutup plastik, sedotan, sendok garpu plastik, kemasan saus, pembungkus gula, kantung belanja, dan tisu.

Team up for impact, yuk!

Selama bergabung dengan Eco Blogger Squad sejak 2022, aku ikutan banyak challenge untuk menantang diriku melakukan berbagai aksi penyelamatan untuk bumi dengan cara-cara yang aku bisa.

Kali ini, aku mau ajakin kamu untuk melakukan hal sama denganku. Kamu masuk dulu ke website https://teamupforimpact.org/ kemudian buat akun (gratis kok), dan langsung ikutan challengenya.

Apa saja yang bisa kamu lakukan di sana?

1. Team up for impact everyday challenge

Caranya, ikuti challenge pilihanmu setiap hari dan kumpulkan poinnya. Begitu poin yang dikumpulkan sudah mencapai 1.400 poin akan ada satu pohon ditanam atas namamu di hutan.

2. Ikuti semua misi

Ikuti semua misi yang ada di Team Up for Impact Everyday dan dapatkan 100 poin untuk setiap misi yang kamu ikuti dan 100 poin lagi kalau kamu share misimu di media sosial.

3. Hias pohonmu

Buah pohonmu lebih menarik dengan menambahkan aksesori yang ditukar dengan poinmu.

4. Satu pohon ditanam atas namamu

Saat kamu mencapai 1.400 poin, ada satu pohon yang akan ditanam di hutan atas namamu. Kamu akan mendapatkan pemberitahuan melalui email mengenai detail lokasi penanaman pohonmu.

Alhamdulillah aku lagi-lagi berhasil nih menanam pohon di hutan tanpa ke hutan. Semoga kamu juga ya.

Ini adalah ajakan untuk bersama-sama menggalang aksi sesuai kemampuan kita agar selimut polusi bisa kita kikis sampai habis. Are you ready for the battle?

Share:

One response to “4 Tips Bawa Bekal dari Rumah Supaya Lingkunganmu Lebih Ramah”

  1. gendonsuryowongso Avatar

    dalam perjalanan ke kota lain, kami sering liat keluarga / grup yang piknik di pinggir jalan atau di rerumputan dengan bekal sendiri. Sejak itu kami coba kemana2 bawa bekal sendiri, sekarang malah ketagihan. 🙂 plus jadi sangat hemat.

Leave a Comment