Sistem imunitas tubuh anak dan seluruh anggota keluarga sedang diuji. Suatu pagi di akhir Agustus 2022, saya bangun tidur dengan kondisi pilek dan tenggorokan sakit. Ini sangat tiba-tiba karena tidak ada gejala sebelumnya.
Hal sama terjadi pada putri saya yang berusia 6 tahun. Saya pikir kami kena alergi dingin berhubung tidur di kamar ber-AC. Jadi, saya tunggu sampai siang, si kakak izin enggak masuk sekolah. Ternyata, kondisi kami malah tambah parah.
Sehari, dua hari, tiga hari, kok makin menjadi-jadi batuknya? Demam pun naik turun, enggak jelas, ini mau sembuh atau malah makin parah sakitnya? Akhirnya, hari keempat suami membawa kami ke rumah sakit. Dokter umum menyarankan putri saya cek darah.
Takutnya DBD atau tipus. Kami juga tes swab karena khawatir terkena twindemic, yaitu flu dan covid sekaligus. Alhamdulillah, hasil semuanya negatif. Kami pun diresepi masing-masingnya obat dan antibiotik.
Seminggu kemudian sembuh, eh malah gantian si kembar yang sakit. Gejalanya sama, batuk, flu, dan pas diperiksa ternyata mereka juga radang tenggorokan. Kembali, anak diresepi obat dan antibiotik. Keadaan ini tentunya memberi beban pada sistem imunitas tubuh mereka.
Kejadian sama berulang di bulan berikutnya, September, Oktober, November. Rangin, salah satu putra kembar saya bahkan opname tiga hari di rumah sakit karena rupanya kena infeksi saluran pernapasan. Jumlah bakteri jahatnya dua kali lipat dari normal, benar-benar menguji imunitas tubuh Rangin.
Saya enggak sanggup harus cerita bagaimana kerempongan ibu anak tiga jika anaknya harus dirawat di rumah sakit. Anak pertama sekolah, anak kembar yang satu harus terapi dan satunya lagi diopname.
Rasanya pengen membelah diri jadi tiga, tapi apa daya bisanya cuma di khayalan saja. Namun, saya tetap berusaha menjaga sistem imunitas keluarga dengan memperhatikan asupan gizi dan istirahat yang cukup.
Keluar dari rumah sakit, dua minggu kemudian Rangin kena batuk lagi. Saya sampai pindah rumah sakit dan ikut cek darah tepi karena takut anak kena pertusis (batuk rejan).
Alhamdulillah, negatif. Meski begitu, sistem imunitas tubuh Rangin terus diuji dengan berbagai penyakit yang datang silih berganti.
Tiga bulan terakhir anak-anak sudah 3-4 kali minum antibiotik. Rasanya kesal setiap menerima botol antibiotik itu. Belum lagi sempat booming kasus sirup obat batuk yang menyebabkan gagal ginjal akut. Makin keringatan setiap saya nyuapin anak obat.
Soalnya obat mereka semuanya kemarin sirup. Semua ini menambah kekhawatiran saya terhadap kesehatan dan imunitas tubuh mereka yang terus-menerus terpapar berbagai penyakit.
Kenapa sih sekarang anak gampang sakit?
Saat mengantar ketiga anak saya berobat, saya berkonsultasi dengan dr Fijri Aulia, SpA. Beliau mengatakan saat ini anak-anak gampang sakit karena sedang terjadi benturan sistem imunitas post-covid setelah kita menjalani periode isolasi dua tahun lebih.
Tubuh kita kewalahan ketika berhadapan dengan sejumlah kuman baru sekaligus di luar rumah. Anak-anak sebetulnya hanya terkena flu biasa, tetapi tubuh anak terkesan ‘lupa’ dengan virus flu tersebut karena orang tua berhasil mencegahnya selama pandemi, yaitu menahan anak di dalam rumah.
Lalu, kapan orang tua pantas khawatir dengan kondisi sakit anaknya?
Dokter bilang, sebetulnya tak perlu buru-buru bawa anak ke dokter. Influenza biasanya berlangsung 10-15 hari dan bisa lebih lama dari itu karena tengah dalam masa post-covid. Bisa sampai tiga minggu loh.
Buatlah janji temu dengan dokter apabila:
- Gejala batuk flu belum membaik setelah tiga minggu
- Anak panas tinggi berhari-hari tak kunjung turun. Biasanya suhunya di atas 39 derajat celsius.
- Anak sesak napas, sukar bernapas, atau nyeri dada.
Anak-anak adalah sumber penularan virus utama. Alasannya karena anak-anak enggak seperti orang dewasa. Saya misalnya, selama batuk dan flu tetap mengenakan masker di dalam rumah, rajin mencuci tangan juga muka.
Kalau anak-anak? Mereka suka ngupil sembarangan, menggosok mata dan hidung dengan tangan kosong, kemudian lupa mencucinya. Kadang, abis ngupil, mereka membuang upilnya ke bawah meja, lap upil ke karpet, ke seprei, ke bantal, dan sebagainya.
Anak-anak dengan cepat mencemari rumah dengan berbagai macam virus dan bakteri. Mereka adalah pabrik kuman yang membawa banyak patogen. Inilah pentingnya membiasakan anak rajin mencuci tangan sekali pun di rumah sendiri.
Jaga sistem imunitas tubuh di musim batuk flu
Setiap kali anak mencium atau dicium orang lain, minimal 10 detik, lebih dari 80 juta bakteri berpindah dari bibir atau mulut. Ketika kita ke kantor, kemudian bilang “hai” atau cipika cipiki dengan rekan kerja di sebelah tempat duduk kita, kita akan disambut 10 juta bakteri.
Musim batuk dan flu sudah datang. Kuman baru, virus baru menghampiri kita. Jagalah sistem imunitas tubuh kita dan keluarga tetap optimal dengan menjalankan tips berikut.
1. Jangan merokok
Covid-19 selama ini menyerang kekebalan sistem pernapasan kita. Maka dari itu, bagi yang sudah berhasil stop merokok selama pandemi, please sekarang jangan merokok lagi ya. Ini membuat tubuh kita dan orang-orang sekitar kita berisiko infeksi lebih lanjut.
2. Makan banyak buah dan sayur
Jagalah isi piring makan kita tetap berwarna, yaitu dengan aneka sayuran dan buah. Sayuran dan buah diperkaya nutrisi dan mineral penting yang memberikan tubuh kita energi ketika dibutuhkan.
3. Tidur cukup
Obat terbaik untuk flu adalah istirahat. Jadi, usahakan anak-anak di rumah tidur cukup. Kurangi jam bermainnya. Kalau anak susah tidur, gampang, bikin perutnya kenyang dulu, nanti anak akan tertidur sendiri.
Tidur bukan cuma mengatur ulang sistem tubuh, melainkan komponen penting untuk menjaga keseimbangan dan membantu kekebalan atau sistem imunitas tubuh berfungsi dengan baik.
4. Kurangi stres
Tingkat stres yang tinggi bisa meningkatkan tekanan darah dan mengacaukan sistem imunitas tubuh bahkan kesehatan mental. Lepaskan stres berlebih di pikiran dan tubuh dengan cara berolah raga dan jalan-jalan secara teratur.
5. Cobalah bersosialisasi
Sebagian besar hari kita telah dihabiskan untuk mengisolasi diri. Kita menghabiskan lebih banyak waktu di dalam rumah selama 2-3 tahun terakhir. Kini, luangkan waktu kita untuk bersosialisasi dengan saudara, teman, dan anak-anak.
6. Pakai masker di rumah
Masker membantu mengurangi penyebaran flu dan batuk, serta covid-19. Pilek dan flu menyebar melalui tetesan atau droplet dari saluran pernapasan. Ketika orang yang terinfeksi batuk, flu, pilek bersin tanpa memakai masker, mereka lebih mungkin menyebarkan droplet ini dan menularinya pada orang lain.
Saya sendiri selama batuk flu, tidur saya pakai masker. Setidaknya bagian mulut saya tertutup. Jadi, ketika malam saya batuk, droplet saya enggak terbang kemana-mana mengingat di kiri kanan saya ada tiga anak kecil gelendotan.
Sistem kekebalan tubuh kita belajar mengatasi bakteri dan mikroba secara alami. Pernah dengar ungkapan, “tubuh butuh kuman untuk meningkatkan kekebalan tubuh” ??? Maka dari itu, saat divaksin, tubuh kita sengaja dipapar virus dalam dosis kecil.
Sistem imunitas tubuh itu sama seperti otak. Ada yang bawaan (genetik) dari lahir dan ada yang baru adaptif ketika tubuh kita terpapar dari lingkungan luar.
Dokter Fijri bilang, sistem imunitas tubuh anak belum matang sepenuhnya sampai anak remaja. Anak usia 6 tahun seperti Maetami adalah masa-masa kritis perkembangannya.
Dokter kasih resep obat apa untuk anak-anak?
- Obat batuk 3×1 hari
- Obat demam (diminum jika demam) 4×1 hari
- Obat flu 3×1 hari
- Vitamin D3 1×1 hari
- Zat besi (iron) 1×1 hari, saya pakai Biosanbe for baby.
- Breathy nasal spray atau semprotan hidung 4×1 hari, 2 puff per lubang hidung.
- Berjemur minimal 15-20 menit pukul 09.00-10.00 WIB
Jangan buru-buru menggempur batuk flu anak dengan antibiotik. Ini tuh sama kayak orang tua maunya jalan pintas yang membahayakan tubuh anak. Obati perlahan dan sesuai standar.
Anak dikasih antibiotik, mungkin sembuh lebih cepat, tetapi peluang untuk terkena penyakit sama lebih cepat sangat tinggi. Ya inilah yang dialami anak-anak saya. Cuma jeda 7-10 hari, langsung batuk flu lagi. Belum lagi ancaman resistensi antibiotik yang menakutkan.
Leave a Comment