Seekor bangau bluwok (Mycteria cinerea) tampak kelelahan. Tubuhnya berwarna putih susu. Kulit wajahnya tanpa bulu dan bersemu merah jambu. Dia baru saja sampai di rumahnya, Cagar Alam Pulau Dua di Desa Sawah Luhur, Kecamatan Kasemen, Serang, Banten setelah menyeberangi Suaka Margasatwa Pulau Rambut di Kepulauan Seribu.
Perjalanan lebih dari 60 kilometer itu sudah biasa dia lakukan. Sang bangau merasa nyaman dengan tempat itu. Pulau Dua tak hanya shelter semata. Salah satu kawasan konservasi lahan basah di Indonesia itu juga habitat, tempat di mana dia istirahat, makan, minum, bahkan berkembang biak dengan tenang.
Burung yang begitu anggun kala terbang ini kian langka karena konversi habitat dan perburuan liar. Konon, dagingnya lezat disantap dan bergizi tinggi. Bangau bluwok juga diburu untuk dijadikan satwa koleksi.
Sayangnya, burung ini tidak bisa pindah ke sembarang tempat karena hidupnya begitu terikat dengan habitat lahan basah. Kondisi ini turut meningkatkan peluangnya untuk diburu.
Bangau bluwok termasuk jenis burung dalam daftar merah The International Union for Conservation of Nature (IUCN). Kategorinya terancam punah (endangered) dengan tren populasi terus menurun dan diperkiraan hanya tersisa 1.500 individu saja di Indonesia dan kurang dari dua ribu individu di dunia.
Sepanjang 18 April hingga 15 Oktober 2020, sekelompok peneliti Indonesia melakukan observasi bangau bluwok di Pulau Dua. Ini adalah penelitian paling intensif yang pernah dilakukan dalam 45 tahun terakhir. Tiga orang di antara peneliti tersebut merupakan orang-orang yang saya kagumi. Beliau adalah Ibu Ani Mardiastuti (ahli burung dari IPB University), Bapak Yus Rusila Noor dan sahabat saya, Ragil Satriyo Gumilang dari Wetlands International Indonesia.
Pada tempat dan waktu berbeda, sekelompok pemerhati burung (birdwatcher) dalam perhelatan World Migratory Bird Day (WMBD) 2017 ditantang menemukan keberadaan bangau sandang lawe (Ciconia episcopus) di Provinsi Gorontalo. Secara fisik, bangau satu ini berukuran besar dengan warna bulu hitam dan leher putih. Bangau hitam ini biasa dijumpai bersama kelompok jenis bangau lain.
Sebagian birdwatcher berusaha mencari burung air ini di Danau Limboto yang luasnya mencapai 3.334,11 hektare (ha). Sebagian lain memantau di Cagar Alam Tanjung Panjang, Kabupaten Pohuwato yang luasnya mencapai tiga ribu ha.
Bangau sandang lawe juga masuk daftar merah IUCN dan memang kian jarang dijumpai. Sejak menjadi birdwatcher 2006 sampai hari ini, tak sekali pun saya pernah melihat langsung bangau sandang lawe meski beberapa kali melakukan pengamatan burung-burung air bersama teman-teman pemerhati.
Namun, orang bijak berkata, jangan pernah putus harapan. Saya percaya di sejumlah lokasi lahan basah Nusantara, bangau bluwok, bangau sandang lawe, dan burung-burung air lainnya masih lestari di bumi pertiwi.
Perubahan iklim makin hari makin memengaruhi bumi dan seisinya. Burung (aves) salah satu keanekaragaman hayati paling sensitif yang terdampak karenanya. Peningkatan suhu, konversi hutan, dan cuaca ekstrem menyebabkan perubahan signifikan dari habitat esensial burung. Inilah dalam banyak kasus yang mendorong penurunan populasi dan perubahan perilaku satwa avifauna ini.
Pulau Rambut selama ini dikenal sebagai habitat terakhir bangau bluwok di Pulau Jawa. Penemuan kembali sejumlah individu dan sarang bangau bluwok di Pulau Dua seakan memberi harapan pelestarian di tengah dentang lonceng kepunahan spesiesnya.
Bangau sandang lawe tersebar di Indonesia, mulai dari Pulau Sumatra, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, hingga Sulawesi. Sebagaimana bluwok, sandang lawe juga tidak senang bersarang dengan koloni. Dia cenderung soliter dan membangun sarang dari tumpukan ranting pada pohon-pohon bertajuk tinggi dalam hutan bakau.
Lahan basah dan burung air bagai dua sejoli yang tak bisa dipisahkan. Sebagai salah satu negara pemilik lahan basah terluas di dunia, Indonesia menjadi negara penting bagi burung air yang keberadaannya menjadi bioindikator kualitas lahan basah.
Bagaimana perubahan iklim mengancam pelestarian keanekaragaman hayati, khususnya burung-burung di dunia?
1. Burung kehilangan habitat
Hilangnya habitat salah satu dampak nyata perubahan iklim. Habitat burung di berbagai tutupan hutan dan lahan kian mengkhawatirkan.
Peningkatan suhu bumi secara global membuat hutan bakau, rawa, dan lahan basah mengering. Naiknya permukaan air laut memicu banjir dan menghilangkan tipe habitat satu ini. Hal ini sudah dialami sejumlah desa di Pantai Utara Jawa. Sebagian area lahan basah dan rawa yang biasa dihampiri burung-burung air untuk bersarang dan mencari makan telah berubah intensif menjadi lahan pertanian, tambak ikan dan udang, serta peruntukan lainnya.
Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2017 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Provinsi Danau Limboto menyebutkan danau yang menjadi salah satu habitat burung air di Pulau Sulawesi itu memiliki luas 3.334,11 ha. Bentuknya berupa laguna atau cekungan rendah yang menampung air dari lima sungai besar dan 23 anak sungai kecil.
Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung (BPDASHL) Kabupaten Bone Bolango menyebutkan sebagian besar DAS di Limboto rusak karena perubahan tata guna lahan, pertambahan jumlah penduduk, dan terbatasnya anggaran rehabilitasi. Akibatnya, kuantitas atau debit air sungai fluktuatif antara musim hujan dan kemarau.
Pada 1932, rata-rata kedalaman Danau Limboto mencapai 30 meter (m) dengan luas awal mencapai 8.000 ha. Pada 1955, rata-rata kedalaman danau 16 m, kemudian berkurang menjadi 15 m pada 1970 dengan luasan 4.500 ha.
Medio 2012-2018, rata-rata kedalaman Danau Limboto hanya 2,5 m dengan luas 2.537 ha. Ini berarti dalam kurun waktu 50 tahun, luas danau berkurang hingga 4.304 ha atau lebih dari 60 persen dari luasan semula. Hal yang paling ditakutkan dalam beberapa tahun ke depan Danau Limboto yang menjadi habitat burung-burung air seluruhnya berubah menjadi daratan.
Tanpa tempat-tempat persinggahan lahan basah ini, burung-burung air seperti bangau bluwok dan bangau sandang lawe makin sulit mempertahankan populasi.
2. Perilaku kawin dan bertelur burung berubah
Perubahan iklim juga mengubah pola kawin dan bertelur burung. Studi terbaru the Australian National University (ANU) meneliti dampak tersebut pada 60 spesies burung berbeda di Inggris dan Belanda.
Hasilnya, hampir seluruh burung yang menjadi objek penelitian bertelur lebih awal akibat perubahan iklim. Burung Chiffchaff (Phylloscopus collybita) misalnya, bertelur dua pekan lebih awal dalam 50 tahun terakhir.
Karena iklim terus berubah, beberapa jenis burung mencari rumah baru. Itu berarti mereka pindah ke tempat lebih tinggi yang suhunya lebih sejuk, seperti daerah pegunungan sehingga membuat peluang perjumpaan dengan mereka makin jarang.
Pencarian rumah baru menghadapi risiko besar, seperti predator, cuaca buruk hingga kelelahan. Risiko lainnya, burung-burung ini harus menghadapi persaingan antarspesies, yaitu burung-burung lokal yang lebih dahulu tinggal di sana.
Tetangga baru mereka ini belum tentu ramah. Konsekuensinya, hewan-hewan bersayap ini perlu menyesuaikan diri di tempat baru dan tak sedikit dari mereka kesulitan hingga akhirnya gagal bertahan hidup.
3. Burung kekurangan pakan
Pemanasan global mengancam ketersediaan pakan burung. Contohnya, musim semi yang terasa lebih hangat dari biasanya menyebabkan burung-burung migran datang lebih awal. Ini dibuktikan sejumlah penelitian ilmiah di Eropa di mana burung-burung migran datang dua hingga tiga pekan lebih dahulu dibanding kebiasaan mereka tiga dekade lalu.
Konsekuensinya adalah burung-burung migran ini kawin lebih awal dan telurnya menetas lebih cepat. Sayangnya, sumber-sumber pakan burung ini tidak bisa mengikuti laju perkembangbiakannya. Akibatnya, burung-burung makin bersaing memperebutkan pakan. Mereka tidak bisa menyiapkan makanan cukup untuk anak-anaknya.
Di Indonesia, kenaikan permukaan air laut mempersempit areal pencarian pakan burung-burung air, termasuk burung-burung migran di pesisir. Bentuk-bentuk tubuh mereka terspesialisasi.
Burung-burung migran secara tampilan lebih langsing untuk mendukung mobilisasi mereka yang terbang dalam jarak jauh, lintas negara, bahkan lintas benua. Tubuh seperti ini sangat diperlukan untuk efisiensi dalam mengantisipasi ketersediaan makanan di habitatnya.
Kelompok burung ini biasanya makan dalam suatu kelompok besar di daerah yang dipengaruhi pasang surut air laut. Dalam kondisi normal, mereka hanya dapat mencari dan menemukan makanan pada saat air laut sedang surut. Waktu ‘mampir’ yang terbatas, ditambah banyaknya ‘saingan’ membuat burung-burung migran yang tubuhnya relatif kecil ini harus menggunakan anggota tubuh dengan efisien.
Jika kita masih ingin menyaksikan kepak sayap mereka, masih belum puas melihat koloni burung-burung migran yang spektakuler, masih rindu kicauan merdu mereka dalam hutan, masih membutuhkan kehadiran mereka sebagai bioindikator lingkungan maka kita perlu mewakili mereka mengambil langkah-langkah pelestarian. Biarkan sang paksi (burung, bahasa sansekerta) tetap lestari, bukan hanya tinggal memori. Percayalah, setiap langkah pasti berarti.
Makin banyak negara di seluruh dunia merasakan dampak perubahan iklim, seperti kekeringan panjang, badai topan, gelombang panas, dan kebakaran hutan. Ancaman ini mengantarkan kita pada tantangan kedua, yaitu hilangnya keanekaragaman hayati dan degradasi ekosistem.
Dari sudut pandang kita sebagai manusia, perubahan iklim yang cepat mendorong hilangnya keanekaragaman hayati yang berisiko terhadap keamanan dan kesejahteraan umat manusia. Lalu, apa hubungannya?
Manusia tentu mengalami perubahan besar pada rantai makanan. Sumber air makin berkurang, surut, atau hilang. Obat-obatan dan sumber daya lain yang bahan bakunya biasa diperoleh dari hutan lebih sulit didapatkan karena flora dan fauna di dalamnya berkurang atau hilang.
Upaya mengatasi krisis kembar ini membutuhkan usaha global yang terkoordinasi. Berikut beberapa aksi nyata yang bisa kita lakukan untuk memitigasi perubahan iklim bersama.
1. Hindari praktik jual beli satwa dan tumbuhan dilindungi
Perdagangan satwa dan tumbuhan dilindungi masih marak di dunia, tak terkecuali Indonesia. Sayangnya, tidak semua pelanggaran terendus pihak berwenang dan terjerat sanksi. Sengaja atau tidak sengaja, kita bisa saja terlibat sebagai penjual atau pembeli.
Jika kita menemukan pihak-pihak tak bertanggung jawab memperdagangkan hidupan liar dilindungi, langkah pertama tentu mengedukasi dan memberi pelaku pemahaman. Barangkali yang bersangkutan belum mengetahui peraturan pemerintah tentang jenis-jenis dilindungi.
Jika pelaku tak kunjung memahami, jangan sungkan melaporkan pelaku kepada pihak berwajib, seperti Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) setempat atau kepolisian.
2. Kampanye pelestarian flora dan fauna langka
Setiap tahun, ada sejumlah hari besar lingkungan hidup dan kehutanan yang bisa kita manfaatkan untuk kampanye pelestarian keanekaragaman hayati. Kapan saja itu?
- 2 Februari: Hari Lahan Basah Sedunia
- 6 Maret: Hari Strategi Konservasi Sedunia
- 21 Maret: Hari Hutan Internasional
- 22 Maret: Hari Bumi
- 21 Mei: Hari Keanekaragaman Hayati
- 5 Juni: Hari Lingkungan Hidup Sedunia
- 10 Agustus: Hari Konservasi Alam Nasional
- 6 Oktober: Hari Habitat Sedunia
- 5 November: Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional
- 4 Desember: Hari Konservasi Satwa Liar Sedunia
Sebagai blogger yang tergabung dalam Eco-blogger Squad dari Komunitas Blogger Perempuan Network, saya dan teman-teman lain rutin mengampanyekan pelestarian lingkungan lewat platform blog dan media sosial. Sebagai ibu rumah tangga merangkap rimbawan, saya membentuk Komunitas Rimbawan Menulis sejak awal 2022.
Bersama teman-teman, saya menerbitkan antologi perdana Emak Rimbawan. Buku ini kami luncurkan dalam rangka memperingati Hari Bhakti Rimbawan pada 16 Maret 2022 dan Hari Hutan Internasional pada 21 Maret 2022.
Emak Rimbawan berisi 30 cerita berbeda tentang cara ibu mengedukasi putra-putrinya, mulai dari semangat cinta lingkungan, cinta hutan, cinta satwa dan tumbuhan, dan menularkan cinta yang sama pada orang-orang sekitarnya. Sebagaimana diketahui, anak-anak adalah generasi mendatang yang membawa harapan. Kita perlu mendorong mereka menjadi generasi pelestari untuk masa depan yang lebih baik.
Bersamaan perilisan buku ini, saya dan rekan-rekan menggelar sejumlah kampanye lewat LIVE Instagram tentang berbagai topik, seperti serunya animal watching bersama anak, edukasi lingkungan di tengah kesibukan ibu, serta mengasihi satwa dan tumbuhan.
3. Berdayakan masyarakat lokal dalam pengelolaan keanekaragaman hayati
Pelestarian lingkungan dan keanekaragaman hayati hendaknya melibatkan masyarakat lokal. Banyak contoh sukses di Indonesia, salah satunya Kelompok Pelestari Cenderawasih ‘Botenang’ di Sawendui, Distrik Raimbawi, Kepulauan Yapen, Papua.
Kelompok ini berperan melindungi hutan yang menjadi habitat empat jenis burung cenderawasih di Sawendui, yaitu cenderawasih kecil (Paradisaea minor), cenderawasih raja (Cicinnurus regius), cenderawasih belah rotan (Cicinnurus magnificus), dan cenderawasih yobi (Manucodia jobiensis). Mereka memiliki sejumlah pos pemantauan perburuan dan menerapkan aturan ketat bagi pihak yang terbukti melanggar.
Sawendui adalah desa pesisir terpencil di Kepulauan Yapen yang hanya dihuni 14 kepala keluarga. Seluruh masyarakat di sana bahu membahu dan bekerja sama melindungi burung cenderawasih, pohon pakan, juga pohon kawinnya.
Berdasarkan informasi dari Project Coordinator Saireri Paradise Foundation (SPF), Akmal Firdaus Patopang, ada lima jenis pohon pakan cenderawasih yang dilindungi di Sawendui, yaitu ado (Ficus adenosperma), aria (Cananga odorata), mansamuna kuaya (Drypetes neglecta), kamo (Gymnacranthera paniculata), dan oswarareng (Podocarpus neriifolius).
Ada pula sembilan jenis pohon kawin yang dimanfaatkan burung surga ini untuk menari sebelum perkawinan terjadi. Ini berkaitan dengan perilaku kawin cenderawasih yang memamerkan keindahan bulu sambil menampilkan atraksi tarian untuk memikat betina. Gubernur Papua, sebut Akmal telah menetapkan Sawendui sebagai satu dari lima area pengamatan cenderawasih di Papua.
Perubahan iklim akibat musim kering dan konversi lahan mengarah pada krisis air tawar seluruh dunia, tak terkecuali Indonesia. Danau Tamblingan, satu dari tiga danau kembar di Bali juga terdampak dengan menurunnya permukaan air signifikan dari tahun ke tahun.
Kondisi ini memantik inisiatif Masyarakat Adat Dalem Tamblingan bergotong royong merawat danau supaya tetap lestari. Mereka merupakan gabungan dari empat desa, yaitu Desa Munduk, Gesing, Gobleg, dan Umajero.
Masyarakat Adat Desa Tamblingan sangat memuliakan air. Mereka percaya hutan yang mereka sebut Alas Mertajati yang mengelilingi Danau Tamblingan adalah sumber kehidupan sesungguhnya. Hutan adalah penangkap air yang mengalirkannya ke lahan-lahan pertanian, perkebunan, juga rumah-rumah mereka.
4. Mendukung pembangunan kembali hutan tropis melalui Indonesia’s FOLU Net Sink 2030
Hutan tropis merupakan daerah ‘perlindungan iklim’ bagi keanekaragaman hayati Indonesia. Kawasan konservasi, seperti taman nasional, cagar alam, suaka margasatwa, taman burung, atau hutan lindung terbukti menjadi tempat di mana efek perubahan iklim tak begitu signifikan.
Artinya, kita perlu membangun kembali hutan tropis negara kita yang sebagian besar sudah rusak. Saya mengapresiasi langkah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yang meluncurkan Rencana Operasional Indonesia’s Forestry and Other Land Use (FOLU) Net Sink 2030.
Paradigma lingkungan hidup ke depannya tak sekadar menanam pohon, melainkan secara sistematis dan terukur membangun kembali hutan tropis di Indonesia. Targetnya adalah penambahan luas tutupan hutan di Indonesia dari tahun ke tahun hingga 2030.
Ada tiga aksi utama untuk mewujudkan Indonesia’s FOLU Net Sink 2030 yang perlu kita dukung, yaitu:
- Mengurangi emisi melalui penurunan angka deforestasi dan pencegahan kebakaran hutan dan lahan.
- Mempertahankan kualitas hutan yang ada untuk serapan karbon.
- Meningkatkan fungsi serapan dengan gerakan membangun hutan Indonesia.
Banyak cara bisa kita lakukan untuk terlibat menyukseskan program ini, salah satunya donasi dan adopsi bibit pohon lewat berbagai lembaga lingkungan hidup yang memfasilitasi.
Pada April 2022 misalnya, saya mengadopsi 20 bibit pohon cempedak (Artocarpus integra) melalui sebuah lembaga nirlaba untuk dipelihara dan kelak saat cukup umur akan ditanam di lokasi reboisasi sekitar Taman Nasional Gunung Palung, Kalimantan Barat. Saya mengatasnamakan pohon-pohon ini untuk putri dan putra kembar saya.
Mengapa saya memilih pohon buah, seperti cempedak? Alasannya, cempedak salah satu buah kesukaan mamalia primata, seperti orangutan, bekantan, enggang, rangkong, dan burung-burung lain yang ada di Kalimantan.
Bisa dibayangkan, satwa-satwa dilindungi ini kelak menikmati buah-buah cempedak dari bibit-bibit pohon yang saya tanam. Masyaallah, pahalanya juga kita bawa sampai ke akhirat.
5. Meningkatkan ketahanan pangan, akses pekerjaan, pendidikan, layanan kesehatan untuk mengentaskan kemiskinan bagi penduduk sekitar hutan.
Hutan merupakan bagian penting dari teka-teki kehidupan masyarakat. Jika kita ingin menyejahterakan hutan dan keanekaragaman hayati di dalamnya, kita harus menyejahterakan masyarakat sekitarnya.
Artinya, kita harus mampu memberdayakan masyarakat sekitar hutan dengan menggabungkan berbagai kegiatan layanan dan konservasi hutan, mulai dari meningkatkan ketahanan pangan, akses pekerjaan, pendidikan hingga layanan kesehatan.
Banyak lembaga nonprofit dan social movement saat ini melakukan gerakan-gerakan nyata untuk mengentaskan kemiskinan penduduk sekitar hutan. Ada yang memberikan layanan kesehatan gratis, pendidikan gratis untuk anak-anak usia sekolah, dan pendampingan usaha mikro kecil menengah untuk masyarakat sekitar hutan.
Industri asuransi merupakan sektor besar dan kompleks. Ada banyak jenis asuransi di Indonesia dan satu yang paling dikenal adalah asuransi umum. Asuransi umum adalah asuransi yang memberikan ganti rugi kepada tertanggung sendiri atas kerusakan atau kerugian harta benda.
Asuransi umum atau general insurance tidak hanya menanggung kerusakan, kerugian, atau kehilangan barang tertanggung, melainkan juga ketika pihak tertanggung mengalami sakit atau kecelakaan tertentu yang mengharuskannya mengeluarkan uang tak sedikit.
Contoh asuransi umum, antara lain asuransi kendaraan bermotor, asuransi kecelakaan diri, asuransi perjalanan, asuransi rumah, dan asuransi kesehatan.
Perusahaan asuransi umum memiliki kewajiban substansial yang berasal dari pembayaran polis asuransi yang mereka jual. Cotohnya, mereka harus membayar pemegang asuransi rumah jika pemilik asuransi mengalami kerusakan pada rumah mereka. Perusahaan asuransi umum dalam hal ini harus menginvestasikan sebagian besar pendapatan yang mereka terima dari pembayaran premi di pasar modal.
Seperti perusahaan finansial lainnya, perusahaan asuransi umum berpotensi menghadapi tiga bentuk risiko terkait perubahan iklim.
1. Risiko fisik
Risiko fisik akibat kerugian finansial yang disebabkan perubahan nyata dalam pola cuaca atau iklim, seperti kenaikan permukaan air laut atau kejadian bencana alam. Perusahaan asuransi menghadapi kerugian lebih tinggi karena meningkatnya kerusakan fisik akibat bencana iklim.
2. Risiko transisi
Risiko transisi akibat hilangnya nilai aset karena kebijakan pemerintah dan swasta bergeser ke arah ekonomi rendah karbon. Perusahaan asuransi tentu saja harus menyediakan eksposur khusus terhadap risiko kewajiban yang dihasilkan dari litigasi atas upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.
Perusahaan asuransi menghadapi kerugian jika preferensi konsumen berubah. Praktik bisnis atau kebijakan publik menyebabkan penurunan permintaan pasar untuk industri padat karbon.
3. Risiko operasional
Kita selama ini selalu dibayangi ancaman tenggelamnya ibu kota. Sebanyak 90 persen wilayah Jakarta, khususnya bagian utara diprediksi bakal tenggelam pada 2050 apabila dampak perubahan iklim terus berlanjut tanpa langkah mitigasi apa pun.
Perusahaan asuransi dalam hal ini akan menghadapi risiko operasional. Bencana iklim berdampak negatif pada kemampuan perusahaan asuransi menjalankan fungsi dasar karena kerusakan properti fisik, gangguan pada sistem teknologi informasi, sumber daya energi, dan sejenisnya.
4. Risiko reputasi
Perusahaan asuransi mungkin juga menghadapi risiko reputasi. Publik makin selektif pada penjaminan emisi dan investasi perusahaan asuransi di klien perusahaan yang masih memprioritaskan bahan bakar fosil misalnya. Mereka tentu mempertimbangkan apakah layak memiliki asuransi di perusahaan asuransi tertentu yang tidak menerapkan green economy dan adaptasi perubahan iklim.
MSIG Indonesia adalah perusahaan asuransi umum yang berdiri sejak 1975. Hingga 2022, MSIG Indonesia empat kali dinobatkan sebagai general insurance market leaders secara nasional.
Peringkat teratas dari 15 perusahaan asuransi umum di tanah air ini konsisten mencatatkan pencapaian terbesar dalam tiap laporan keuangan dari tahun ke tahun. Keberhasilan ini membawa perusahaan menciptakan grup asuransi dan jasa keuangan terkemuka di dunia sesuai visi misi berkelanjutan.
Kata ‘berkelanjutan’ di sini termasuk di dalamnya menjemput peluang untuk meningkatkan nilai-nilai perusahaan, tak terkecuali di bidang pelestarian lingkungan dan keanekaragaman hayati, serta mitigasi perubahan iklim.
Ada empat jenis asuransi umum MSIG Indonesia, yaitu asuransi rumah, asuransi kendaraan bermotor, asuransi kecelakaan diri, dan asuransi perjalanan.
1. Asuransi rumah (home shield)
Produk pertama MSIG Indonesia ini memberi perlindungan menyeluruh atas rumah tinggal beserta anggota keluarga. Beberapa risiko paling umum yang dihadapi rumah tiap hari adalah kebakaran, sambaran petir, ledakan, pipa pecah, perampokan, banjir, longsor, gempa bumi, dan sangat mungkin risiko bencana alam lainnya akibat perubahan iklim. Kita bisa melindungi rumah dan harta pribadi kita dari kehilangan akibat risiko-risiko tersebut.
Asuransi Home Shield juga memberi tambahan pertanggungan berupa akomodasi sementara, biaya pembersihan puing, biaya arsitek, surveyor, konsultan, biaya dinas kebakaran, hingga barang-barang pribadi pramuwisma.
2. Asuransi kendaraan bermotor
Asuransi kendaraan bermotor dari MSIG Indonesia menjamin penggantian terhadap kerusakan rangka yang disebabkan kecelakaan, tabrakan atau benturan, sebab-sebab selama penyeberangan dengan kapal feri, kerusakan terhadap roda ketika menyebabkan kerusakan pada kendaraan akibat kecelakaan. Asuransi ini bisa diperluas fiturnya mencakup pemogokan, kerusakan, huru-hara, terorisme, dan sabotase.
Ada tiga jenis asuransi kendaraan bermotor dari MSIG Indonesia, yaitu Asuransi Kendaraan Bermotor, Asuransi Toyota, dan Ladies’ Car Protection.
3. Asuransi kecelakaan diri
Asuransi kecelakaan diri dari MSIG Indonesia menjamin cidera badan yang disebabkan kecelakaan yang terjadi secara tiba-tiba dan tidak disengaja. Fitur asuransinya termasuk jaminan atas kematian disebabkan kecelakaan, gangguan fisik disebabkan kecelakaan, dan jaminan tambahan meliputi biaya rumah sakit akibat kecelakaan.
Perusahaan akan memberi ganti rugi 100 persen dari jumlah pertanggungan dan ganti rugi proporsional terhadap jumlah pertanggungan.
4. Asuransi perjalanan
MSIG Indonesia memiliki dua jenis asuransi perjalanan, domestik dan internasional. Satu hari dalam hidup, kita pasti ingin melakukan perjalanan ke luar negeri, entah dalam rangka perjalanan bisnis atau murni jalan-jalan. Asuransi perjalanan internasional dari MSIG Indonesia memberi perlindungan lengkap, termasuk ketidaknyamanan perjalanan, sakit, dan kecelakaan.
Penyakit dan kecelakaan yang dimaksud, meliputi biaya medis karena kecelakaan atau sakit, pembayaran tunai tanpa rawat inap, evakuasi dan repatriasi medis darurat, kunjungan belas kasih, dan pelindung anak.
Cakupan ketidaknyamanan di sini termasuk kompensasi untuk kehilangan dan keterlambatan bagasi, pembatalan perjalanan, pengurangan perjalanan, keterlambatan penerbangan, kehilangan dokumen dan paspor, biaya re-rute tambahan atau tiket penggantian karena keterlambatan penerbangan, biaya perjalanan darurat, dan pembajakan.
Perusahaan asuransi umum seluruh dunia kini menaruh perhatian lebih pada dampak langsung dan sistemik perubahan iklim. Pasalnya, bencana alam terjadi lebih sering dan lebih kuat sehingga membahayakan seluruh sistem kehidupan.
Pembayaran klaim asuransi rumah dan properti menjadi lebih banyak dari tahun ke tahun. Contoh paling nyata adalah Banjir Pakistan 2022. Banjir monsun di negara tersebut salah satu bencana iklim terburuk yang pernah ada dan membebani negara hingga 30 miliar dolar AS untuk anggaran pemulihan multisektor.
Kebakaran hutan dan kenaikan permukaan air laut juga bisa menyebabkan klaim asuransi properti jauh lebih besar sehingga menekan aset perusahaan. Oleh sebabnya, model bisnis perusahaan harus beradaptasi.
Perusahaan-perusahaan asuransi tak henti menangkap peluang supaya menjadi lebih kebal terhadap risiko perubahan iklim. Beberapa strategi umum yang dilakukan, antara lain meningkatkan profil risiko perubahan iklim di perusahaan, terus mengembangkan data analitik tingkat lanjut tentang penilaian risiko perubahan iklim, bekerja sama dengan pemegang polis hingga pemerintah yang memegang kebijakan untuk mengurangi risiko dampak perubahan iklim, dan bekerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan untuk mengembangkan kebijakan publik yang memitigasi perubahan iklim.
Mari bergabung, beraksi, meningkatkan kesadaran masyarakat luas tentang pentingnya pelestarian lingkungan dan keanekaragaman hayati untuk mitigasi perubahan iklim. Mari bantu melindungi sumber daya alam Indonesia yang luar biasa ini.
Leave a Comment