Jalan-jalan ke Keraton Surakarta
Jalan-jalan ke Keraton Surakarta

Keraton Surakarta Hadiningrat, lebih akrab disebut sebagai Keraton Solo, merupakan salah satu warisan budaya yang menjadi saksi bisu sejarah panjang Nusantara. Terletak di jantung Kota Solo, Jawa Tengah, istana resmi Kesunanan Surakarta ini didirikan pada tahun 1743 oleh Sri Susuhunan Pakubuwono II.

Bangunan megah ini menggantikan keraton lama yang hancur akibat Perang Geger Pecinan, sebuah konflik besar antara pihak Kerajaan Mataram dan Tiongkok pada abad ke-18.

Mari kita telusuri lebih dalam tentang keunikan Keraton Surakarta, mulai dari sejarah berdirinya, arsitektur yang memukau, hingga tradisi yang terus dilestarikan hingga kini.

Sejarah Singkat Keraton Surakarta

Setelah hancurnya Keraton Kartasura akibat Perang Geger Pecinan pada tahun 1742, Pakubuwono II memutuskan untuk memindahkan pusat pemerintahan kerajaan ke lokasi yang lebih strategis di Desa Sala.

Di sinilah cikal bakal Kota Solo modern dimulai. Keraton baru ini diberi nama Surakarta Hadiningrat.

Sejak awal berdirinya, Keraton Surakarta tidak hanya berfungsi sebagai pusat pemerintahan, tetapi juga sebagai pusat kebudayaan Jawa yang sarat akan nilai-nilai tradisional.

Kerajaan Surakarta adalah bagian dari pecahan Kerajaan Mataram Islam yang pada masanya terpecah menjadi tiga kerajaan besar: Surakarta Hadiningrat, Kasultanan Yogyakarta, dan Praja Mangkunegaran.

Meskipun terpecah, ketiganya tetap memiliki akar budaya yang sama dan hingga kini menjadi simbol kejayaan peradaban Jawa.
Arsitektur Keraton Memadukan Tradisi dan Filosofi Jawa

Jalan-jalan ke Keraton Surakarta
Keraton Surakarta mempertahankan arsitektur aslinya dari masa ke masa

Ketika memasuki area Keraton Surakarta, kita langsung disambut oleh kemegahan bangunan dengan arsitektur khas Jawa yang kental.

Elemen-elemen utama seperti pendopo, pagelaran, dan bangunan inti keraton dirancang dengan penuh filosofi, mencerminkan hubungan antara manusia, alam, dan Sang Pencipta.

Salah satu bangunan ikonik di keraton adalah Panggung Sangga Buana, yang berbentuk menyerupai pagoda bertingkat.

Konon, bangunan ini digunakan oleh para raja untuk bermeditasi dan berkomunikasi secara spiritual dengan Nyi Roro Kidul, Sang Ratu Laut Selatan.

Jalan-jalan ke Keraton Surakarta
Panggung Sangga Buwana berbentuk pagoda segi delapan

Selain itu, pasir yang digunakan di halaman keraton adalah pasir laut dari pantai selatan. Pasir ini dianggap keramat, sehingga semua pengunjung wajib melepas alas kaki ketika memasuki area ini.

Tradisi ini juga melambangkan kesopanan dan penghormatan terhadap nilai-nilai spiritual yang dijunjung tinggi di keraton.

Menurut pemandu wisata yang membawa kami, fakta bahwa Keraton Surakarta dibangun di atas pondasi yang ditanami pasir sekelilingnya sangat menarik.

Ini berhubungan dengan fungsi pasir sebagai elemen yang membantu sistem drainase alami dan meningkatkan keamanan saat terjadi gempa bumi.

Jalan-jalan ke Keraton Surakarta
Pasir di halaman Keraton Surakarta memiliki filosofi tersendiri

Pemanfaatan pasir di pondasi keraton menunjukkan pengetahuan lokal yang luar biasa. Surakarta dikenal memiliki curah hujan cukup tinggi dan risiko banjir di beberapa area cukup besar.

Para arsitek keraton ternyata telah memperhitungkan ini dan mencari cara untuk memanfaatkan bahan alami seperti pasir sebagai solusi efektif.

Pasir memungkinkan aliran air mengalir ke tanah tanpa hambatan sehingga mengurangi tekanan pada permukaan tanah serta mencegah air menggenang. Inilah kenapa Keraton Surakarta tidak pernah kebanjiran.

Selain untuk menyerap air, pasir juga menjaga kestabilan pondasi bangunan. Tanah yang basah dan mudah berubah bentuk bisa melemahkan struktur bangunan.

Dengan memberi lapisan pasir eksta, struktur keraton tetap kokoh meski diterpa hujan deras dan gempa bumi.

Jalan-jalan ke Keraton Surakarta
Para sultan yang pernah memimpin Keratpn Surakarta

Tradisi dan Kehidupan di Dalam Keraton

Keraton Surakarta hingga kini masih berfungsi sebagai tempat tinggal keluarga kerajaan. Saat ini, penguasa keraton adalah Susuhunan Pakubuwono XIII yang sudah berusia 75 tahun.

Kehidupan di dalam keraton sarat akan tradisi yang terus dijaga oleh para abdi dalem. Para abdi dalem ini bekerja secara sukarela, mengabdikan diri demi melestarikan nilai-nilai budaya dan spiritual Jawa.

Meskipun kehidupan di keraton telah banyak berubah seiring perkembangan zaman, tradisi seperti Tari Bedhaya Ketawang, prosesi Sekaten, dan upacara Grebeg Maulud tetap dilaksanakan secara rutin.

Tradisi ini tidak hanya menarik perhatian masyarakat lokal, tetapi juga wisatawan mancanegara yang ingin menyaksikan kemegahan budaya Jawa.

Museum Keraton Surakarta

Bagi pengunjung yang ingin mendalami sejarah Keraton Surakarta, museum keraton adalah tempat yang wajib dikunjungi.

Terletak di dalam kompleks keraton, museum ini menyimpan berbagai koleksi bersejarah, mulai dari foto-foto para raja terdahulu, prasasti kuno, hingga perhiasan dan pakaian adat.

Salah satu koleksi yang paling mencolok adalah pelana kuda Pakubuwono X yang dihiasi emas 24 karat dan berlian. Koleksi ini menunjukkan kemewahan dan kejayaan masa lalu kerajaan.

Selain itu, museum ini juga menyimpan relief-relief yang menggambarkan kehidupan kerajaan di masa lampau, termasuk tata cara perkawinan kerajaan yang bisa berlangsung hingga tujuh hari tujuh malam.

Jalan-jalan ke Keraton Surakarta
Relief di Keraton Surakarta

Prosesi pernikahan di kerajaan dikenal sangat mewah, lengkap dengan pertunjukan wayang kulit yang digelar tanpa henti selama acara berlangsung.

Salah satu koleksi menarik di keraton adalah berbagai kereta kencana yang pernah digunakan oleh para raja terdahulu. Kereta ini tidak hanya digunakan untuk prosesi kerajaan, tetapi juga untuk kunjungan resmi dan perjalanan keliling kota.

Salah satu kereta yang paling ikonik adalah kereta jenazah Pakubuwono X, yang didatangkan langsung dari Belgia dan hanya digunakan sekali saat pemakaman beliau.

Kereta ini kini disimpan dengan baik di museum keraton sebagai salah satu koleksi bersejarah.

Jalan-jalan ke Keraton Surakarta
Salah satu koleksi kereta di Keraton Surakarta

Eksplorasi Kompleks Keraton Surakarta

Kompleks Keraton Surakarta sangat luas, mencapai 147 hektare. Di dalamnya terdapat berbagai bangunan dengan fungsi masing-masing, seperti:

  • Pendopo Sasana Sewaka, tempat raja menerima tamu dan mendengarkan laporan para abdi dalem.
  • Kamar Selir, tempat tinggal para selir raja di masa lalu.
  • Taman Sari, area taman dan kolam renang kerajaan.
  • Pasar tradisional dan sekolah, bagian dari kompleks keraton yang menunjukkan fungsi keraton sebagai pusat kehidupan masyarakat.

Meskipun sebagian besar area keraton terbuka untuk wisatawan, ada beberapa bagian yang tertutup dan hanya diperuntukkan bagi keluarga kerajaan.

Biasanya ini terletak di area dekat Panggung Sangga Buana, ditandai dengan garis polisi berwarna kuning atau tali biru yang tidak boleh dilintasi. Bagian-bagian ini tetap dijaga ketat untuk menjaga privasi dan kelestarian tradisi.

Jalan-jalan ke Keraton Surakarta
Ada area terlarang di Keraton Surakarta

Hal yang Perlu Diketahui Sebelum Berkunjung ke Keraton Surakarta

Sebelum memasuki Keraton Surakarta, kita diwajibkan membeli tiket dengan harga yang berbeda untuk wisatawan lokal, mancanegara, dan pelajar.

Harga tiket sudah termasuk jasa pemandu yang akan menemani dan menjelaskan setiap sudut keraton. Berikut adalah daftar harga tiketnya.

  • Wisatawan lokal: Rp35.000
  • Wisatawan mancanegara: Rp60.000
  • Pelajar: Rp25.000
Jalan-jalan ke Keraton Surakarta
Salah satu benda sakral di Keraton Surakarta, tidak boleh disentuh.

Beberapa peraturan yang harus dipatuhi pengunjung antara lain melepas alas kaki (khusus sandal), tidak mengambil pasir dari halaman keraton, menggunakan jasa pemandu untuk menghormati tata tertib keraton.

Selain itu, di sekitar area keraton terdapat banyak penjaga kerajaan yang ramah dan bersedia diajak berfoto oleh pengunjung. Harganya murah banget, 100 ribu saja. Kamu bisa berfoto sepuasnya.

Ini menjadi salah satu daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang ingin mengabadikan momen di tempat bersejarah ini.

Keraton Surakarta bukan hanya tempat wisata, tetapi juga simbol identitas budaya Jawa yang kaya akan nilai sejarah. Pohon-pohon tua yang tumbuh di dalam kompleks keraton menjadi saksi bisu perjalanan waktu, tetap berdiri kokoh meskipun zaman telah berubah.

Pemerintah setempat bersama keluarga kerajaan terus berupaya menjaga keaslian bangunan, tradisi, dan koleksi yang ada di keraton ini agar tetap bisa dinikmati oleh generasi mendatang.

Manfaat Seru Mengajak Anak ke Museum Keraton

Mengajak anak jalan-jalan itu asyik banget, apalagi kalau destinasi yang dipilih nggak cuma seru, tapi juga penuh manfaat. Salah satunya adalah museum keraton.

Banyak orang mungkin mikir museum itu tempat yang serius dan membosankan, tapi nyatanya, museum keraton bisa jadi tempat eksplorasi yang bikin anak-anak penasaran. Yuk, simak manfaatnya!

Jalan-jalan ke Keraton Surakarta
Manfaat mengajak anak ke museum

1. Mengenal Sejarah dengan Cara yang Asyik

Di museum keraton, anak-anak bisa melihat langsung peninggalan sejarah seperti kereta kencana, pakaian adat, atau senjata tradisional.

Ketimbang belajar sejarah lewat buku teks, mereka bisa langsung menyentuh (dengan izin, tentu saja) atau melihat langsung benda-benda asli peninggalan kerajaan.

Dengan begitu, cerita tentang raja-raja dan kehidupan di masa lampau terasa lebih hidup dan mudah dimengerti.

2. Mengembangkan Imajinasi dan Kreativitas

Museum keraton sering kali punya arsitektur yang unik dan dekorasi yang megah. Hal ini bisa menginspirasi anak untuk berimajinasi, misalnya membayangkan kehidupan di istana atau menjadi seorang pangeran dan putri raja.

Bahkan, bagi anak-anak yang hobi menggambar, suasana di museum bisa jadi sumber ide baru untuk dituangkan ke dalam karya mereka.

3. Menanamkan Rasa Bangga terhadap Budaya Lokal

Dalam era serba digital seperti sekarang, budaya lokal sering kali kalah saing dengan budaya luar.

Mengajak anak ke museum keraton adalah cara efektif untuk memperkenalkan kekayaan tradisi kita.

Saat melihat betapa megahnya keraton dan beragam koleksi di dalamnya, anak-anak akan merasa bangga menjadi bagian dari bangsa yang punya sejarah panjang dan budaya kaya.

4. Belajar Etika dan Disiplin

Saat berkunjung ke museum, anak-anak juga belajar tentang aturan seperti tidak berlari-larian, tidak menyentuh benda tanpa izin, atau berbicara dengan suara pelan.

Kebiasaan sederhana ini melatih mereka untuk lebih menghargai tempat umum dan orang lain.

5. Momen Kualitas Bareng Keluarga

Terakhir, perjalanan ke museum keraton adalah waktu yang tepat untuk bonding bersama keluarga. Sambil jalan-jalan, orang tua bisa bercerita tentang sejarah yang menarik atau sekadar berdiskusi ringan.

Pengalaman seperti ini nggak cuma mempererat hubungan keluarga, tapi juga bikin anak merasa lebih dekat dengan orang tuanya.

Jadi, nggak ada salahnya weekend ini kamu ajak si kecil ke museum terdekat. Nggak cuma dapat ilmu, anak-anak juga bisa pulang dengan segudang cerita seru yang bakal mereka kenang terus.

Jalan-jalan ke Keraton Surakarta

Mengunjungi Keraton Surakarta Hadiningrat adalah perjalanan yang penuh dengan pembelajaran dan apresiasi terhadap kekayaan budaya Nusantara.

Setiap sudut keraton menyimpan cerita, mulai dari sejarah berdirinya, kehidupan para raja, hingga tradisi yang masih dijalankan hingga kini.

Dengan berbagai keunikan yang dimilikinya, Keraton Surakarta menjadi destinasi yang wajib dikunjungi, baik oleh wisatawan lokal maupun mancanegara.

Jadi, jika kamu ingin merasakan pengalaman langsung menyelami sejarah dan budaya Jawa, jangan ragu untuk datang ke Keraton Surakarta.

Siapkan kameramu, lepaskan alas kaki, dan nikmati keindahan serta keagungan warisan budaya yang tak lekang oleh waktu.

Share:

8 responses to “Keajaiban Pasir Keraton Surakarta: Serap Banjir, Tahan Gempa, dan Lestarikan Tradisi.”

  1. Eka Fitriani larasati Avatar

    wow, indah banget ya mba. seru deh ajak anak-anak kesini, belajar sejarah juga dan mengenal warisan leluhur. di Bandung gak ada euy yang seperti ini, ada sih museum sri baduga, tapi gak semenarik keraton Surakarta. Paling bantar ke museum Geologi, hehe

  2. Dian Restu Agustina Avatar

    Aku dulu diajak orangtuaku pas masih kecil ke sini, jadi belum ngeh ternyata pemanfaatan pasir di pondasi keraton itu ada tujuannya. Sekian dekade kemudian sewaktu ke Solo ngajakin anak-anakku ke sini, enggak rezeki, eh sedang ditutup untuk umum karena ada acara internal keraton
    Aku senang mengunjungi tempat bersejarah seperti Keraton Surakarta Hadiningrat ini bersama anak-anak. Selain untuk membangun kedekatan keluarga juga menambah ilmu, wawasan dan pengalaman mereka.

  3. Iim Rohimah Avatar

    Keren sekali nih Keraton Surakarta. Sudah 3 kali ke Surakarta, kayaknya harus ke sana lagi deh. Soalnya jadi tertarik mengunjungi keratonnya. Liburan bareng anak dan suami pasti seru.

  4. Vivi Avatar

    Dari judulnya udah bikin excited mba.
    Pengan juga ngajak anak-anak ke keraton atau meuseum gitu ya.
    Belum ada waktu sih.
    Etapi ini udah mau liburan semester. Bisa lah kita susun rencana ya

  5. Icha Marina Elliza Avatar

    Sungguh keraton Solo ini benar-benar adem banget kak Mutia terlihat dari semua jepretan Poto.
    Eh btw kak, kalo kita lepas alas kaki tapi masih pake kaus kaki, boleh kah kak?

  6. Riana Dewie Avatar

    Oh, ternyata Keraton Solo seperti ini ya dalamnya. Vibesnya mirip Keraton Jogja yaa. Selama ini cuma lewat aja. Jadi pingin mampir ke dalam juga nih mba, apalagi tiketnya masih aman buat dompet hihi

  7. Lifestyle Blogger Avatar

    wah seru sekali ya bisa ke keraton Surakarta pastinya banyak sekali pengalamn dan sejarah yang didapat dari keraton ini, saya belum pernah melihat dalamnya seperti ini an lihatnya setidaknya jadi ada bayangan, semoga kapan-kapan bisa ke sini

  8. Erin Avatar
    Erin

    Jadi pengin berkunjung ke Keraton Solo, apalagi bareng anak. Karena banyak banget hal positif yang bisa diambil ya. Bisa mengetahui sejarah nusantara, menghargai peninggalan Sejarah, dan pastinya bisa praktik langsung dalam menjaga etik dan adab.

Leave a Comment