Penurunan fungsi ginjal pada anak autis
Penurunan fungsi ginjal pada anak autis

Mohon maaf, judulnya serius amat. Hehehe. Saya pengen curhat dikit tentang penurunan fungsi ginjal pada autisi. Soalnya saya sempat waswas dengan hasil pemeriksaan lab Rashif beberapa waktu lalu.

Kita mungkin pernah mendengar beberapa jenis gangguan ginjal, salah satunya penurunan fungsi ginjal. Sepasang ginjal yang kita miliki itu sangat berharga.

Ginjal adalah organ penting yang terletak di bawah tulang rusuk kita. Fungsinya menyaring zat-zat racun yang tidak dibutuhkan oleh tubuh.

Sekiranya racun-racun tadi tidak dikeluarkan, maka tubuh kita akan mengalami gangguan yang ujungnya memengaruhi kesehatan. Makanya penting banget mengantisipasi penyebab penurunan fungsi ginjal.

Kebiasaan seperti suka menahan buang air kecil, sering minum minuman beralkohol, merokok, kurang minum yang memicu dehidrasi, konsumsi garam berlebihan, dan pengaruh obat-obatan yang dikonsumsi dalam jangka waktu lama bisa memicu penurunan fungsi ginjal.

Ada dua jenis penurunan fungsi ginjal. Pertama, penurunan fungsi akut yang terjadi tiba-tiba. Kedua, penurunan fungsi ginjal kronik yang terjadi perlahan dan bertahap sampai akhirnya terjadi gagal ginjal. Nah, kali ini saya mau bahas yang kedua.

Penyakit Ginjal Kronik

Penyakit ginjal kronik adalah penyakit ginjal dengan kerusakan ginjal minimal tiga bulan dengan atau tanpa penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG). Defisini ini mengacu pada The National Kidney Foundation’s Kidney Disease and Outcome Quality Initiative (NKF-KDOQI).

Ini menjadi masalah kesehatan serius pada anak dengan morbiditas dan mortalitas yang semakin meningkat, serta menimbulkan masalah sosial ekonomi signifikan.

Kualitas hidup anak dengan penyakit ginjal kronik lebih rendah dibanding anak sehat, baik secara fisik, emosional, sosial, hingga prestasi belajar. Orang tua dengan anak yang memiliki penyakit ginjal kronik kerap hidup dalam kecemasan. Mereka lelah secara fisik dan mental menghadapi ketidakpastian mengenai prognosis anaknya.

Belum lagi masalah finansial. Ya, kita tahu lah biaya pengobatan ginjal anak di Indonesia tuh mahal banget.

NKF-KDOQI membagi penyakit ginjal kronik dalam lima stadium.

  • Stadium-1: kerusakan ginjal dengan LFG normal, atau peningkatan LFG sama atau lebih dari 90 ml/ menit/ 1,73 m2
  • Stadium-2: kerusakan ginjal dengan penurunan LFG ringan 60-89 ml/ menit/ 1,73 m2
  • Stadium-3: kerusakan ginjal dengan penurunan LFG sedang 30-59 ml/ menit/ 1,73 m2
  • Stadium-4: kerusakan ginjal dengan penurunan LFG berat 15-29 ml/ menit/ 1,73 m2
  • Stadium-5: gagal ginjal dengan penurunan LFG kurang dari 15 ml/ menit/ 1,73 m2

Klasifikasi penurunan ginjal kronik di atas digunakan untuk anak di atas dua tahun. Ini sehubungan dengan proses pematangan ginjal yang masih berlangsung.

Riwayat Pemeriksaan Ginjal Rashif

Rashif mulai menjalani terapi Applied Behavior Analysis (ABA) pada Agustus 2020. Waktu itu untuk mengetahui kondisi kesehatan Rashif, dr Rudy Sutadi menyarankan Rashif menjalani pemeriksaan darah standar, fungsi hati, dan fungsi ginjal.

Pada tabel berikut saya crop hasil pemeriksaan fungsi ginjal Rashif.

Bisa dilihat kondisi ureum dan kreatinin Rashif masih normal. Nilai kreatininnya sedikit di bawah batas minimal, tapi menurut dr Rudy itu tak masalah. Rashif diminta rajin mengonsumsi daging merah supaya kreatininnya bisa naik.

Mengapa daging merah?

Jawabannya karena daging merah mengandung jaringan otot hewan yang secara alami memang mengandung kreatin. Ketika daging merah dimasak, kreatin tadi akan berubah menjadi kreatinin, sehingga jumlah kreatinin dalam tubuh kita akan meningkat setelah memakannya.

Barulah pada Januari 2021 Rashif perdana mengonsumsi obat dan suplemen khusus untuk autisi. Berikut daftar obat dan suplemen yang saya berikan.

  • Piracetam
  • Moprin
  • Prinol
  • Spectrum Complete II, produksi KIRKMAN.
  • Calcium with Vitamin D3 Unflavored Powder, produksi KIRKMAN.

Selain diet komprehensif, saya merasakan sekali manfaat pemberian obat dan suplemen di atas terhadap kemajuan kesehatan Rashif. Fokus Rashif meningkat, stimming jauh berkurang bahkan beberapa sudah hilang, dan tidak muncul lagi perilaku self injury atau melukai diri.

Tiga bulan setelah mengonsumsi obat dan suplemen, Rashif kembali menjalani pemeriksaan darah, fungsi hati, dan fungsi ginjal. Ini protokol wajib yang harus dijalankan seluruh autisi yang menjadi pasien dr Rudy. Jadi, gak ada cerita orang tua asal memberikan obat dan suplemen untuk anak.

Berikut hasil pemeriksaan ginjal Rashif tiga bulan kemudian, yaitu Maret 2021.

Bisa dilihat, jika dibandingkan dengan Tabel 1, ureum dan kreatinin Rashif turun cukup signifikan. Ureum berkurang hampir separuhnya, dari 33 menjadi 19 mg/dl, tapi ini masih dalam rentang normal.

Kreatinin berkurang dari 0,6 menjadi 0,4 mg/dl. Nah, ini sudah di bawah batas minimal. Saya kembali mengatasinya dengan menambah konsumsi daging merah untuk Rashif. FYI, Rashif mengonsumsi daging sapi, daging kambing, dan daging kerbau masing-masingnya pada hari Rabu, Kamis, dan Jumat.

Sebulan setelah periksa lab kedua, tepatnya April 2021, dokter meresepi Rashif suplemen tambahan yang sebagian besar diberikan hanya per tiga bulan. Berikut daftar obat dan suplemen yang diberikan.

  • Vermoran (obat cacing)
  • Azythromycin 500 mg (antibiotik)
  • Biofilm Defense, produksi KIRKMAN.
  • Probiotik berisi 8 strain bakteri baik untuk usus autisi, produksi ENZYMEDICA.

Tiga bulan kemudian, tepatnya 17 Juli 2021 Rahif kembali periksa lab ketiga. Alhamdulillah, ureum dan kreatinin Rashif normal. Namun, kembali timbul pertanyaan di hati saya, kenapa nilai estimasi LFG atau GFR-nya rendah? Angkanya tertulis 69 ml/menit/1,73 m2.

Saat saya berkonsultasi dengan dr Rudy Sutadi terkait nilai ini, beliau langsung menyarankan saya menghentikan semua konsumsi obat dan suplemen untuk Rashif.

Saya ingat Rashif mulai puasa obat dan suplemen sejak 23 Juli 2021. Selanjutnya dr Rudy meminta Rashif periksa lab untuk mengetahui hasil  Cystatin-C Rashif. Saya langsung ke Prodia pada 31 Juli 2021.

Berikut adalah rumus perhitungan LFG yang digunakan Prodia. Saya mendapatkan rumus ini setelah mengonfirmasi langsung petugas laboratoriumnya.

Ini adalah hasil pemeriksaan Rashif menggunakan rumus di atas. Cystatin-C Rashif adalah 0,86, dikategorikan normal karena masih masuk dalam rentang 0,56-0,98 mg/l.

Hal yang mengejutkan adalah setelah dua minggu puasa obat dan suplemen (23-31 Juli 2021), nilai LFG Rashif naik dari awalnya 69 ml/menit/1,73 m2 menjadi 81 ml/menit/1,73 m2.

Rentang normal LFG adalah 90-116 ml/menit/1,73 m2. Nah, menurut keterangan yang tertulis di hasil pemeriksaan Prodia di atas, jika nilai LFG berada dalam kisaran 60-89 ml/menit/1,73 m2 selama tiga bulan berturut-turut, maka ini mengindikasikan terjadi penurunan fungsi ginjal ringan pada anak. Ini yang dialami Rashif.

Jika nilai LFG di bawah 60 ml/menit/1,73 m2 selama tiga bulan berturut-turut, maka ini mengindikasikan terjadi penyakit ginjal kronik pada anak.

Saya mulai resah membaca keterangan Prodia di atas. Saya kembali berkonsultasi dengan dr Rudy.

Jawaban dr Rudy, beliau menduga rentang normal LFG 90-116 ml/menit/1,73 m2 yang digunakan Prodia itu berlaku untuk pasien dewasa, bukan pasien anak.

Dokter Rudy mengacu pada penelitian Prof Dr Sudung O Pardede, SpA (K). Beliau adalah dokter ahli ginjal anak (nefrologis) dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Kebetulan Prof Sudung kakak kelas dr Rudy saat masih sama-sama kuliah di UI.

Menurut Prof Sudung, dalam makalah beliau yang dimuat dalam Majalah Kedokteran UKI 2020 Volume 36 Nomor 1, penentuan LFG pada anak berbeda dengan dewasa karena tidak mudah mengumpulkan urin per hari pada anak. Perlu formula baru untuk mempermudah menentukan LFG anak.

Banyak peneliti telah melakukan penelitian untuk menemukan rumus penentuan LFG pada anak dengan mudah dan praktis. Pemeriksaan LFG biasanya dilakukan berbasis klirens kreatinin, kemudian belakangan dilakukan dengan pemeriksaan Cystatin-C, seperti yang saya lakukan pada Rashif.

Nilai Normal LFG Anak

Laju filtrasi glomerulus (LFG) atau glomerular filtration rate (GFR) adalah salah satu indikator untuk mendeskripsikan fungsi ginjal, memantau progresivitas penyakit ginjal, dan menentukan dosis obat yang sesuai pada pasien dengan kelainan ginjal.

LFG atau GFR menggambarkan kecepatan volume plasma yang difiltrasi oleh ginjal untuk setiap unit waktu. Secara umum ini dijelaskan dalam unit mililiter (ml) per menit.

Nilai yang didapat disesuaikan berdasarkan luas permukaan badan dan diekspresikan dalam unit milimeter per menit per 1,73 m2 atau ml/menit/1,73m2. Makanya dr Rudy sebelumnya meminta saya mengukur dengan akurat tinggi badan dan berat badan Rashif.

Mengapa mengacu pada berat dan tinggi badan anak?

Jawabannya karena berat dan tinggi badan anak adalah parameter pengganti massa otot. Kreatinin merupakan produk destruksi dari massa otot yang dapat berubah nilainya seiring dengan bertumbuhnya anak.

Menurut Prof Sudung, penanda yang biasa digunakan pihak laboratorium untuk mengukur LFG, mencakup chromium 51-labeled ethylenediaminetetraacetic acid (51Cr-EDTA), technetium 99-labeled diethylenetriaminepentaacetic acid (99mTc-DTPA), iodine 125-labeled iothalamate (125I-iothalamate), serta zat kontras radiografik, seperti ioheksol dan iotalamat.

Berikut adalah nilai klirens chromium ethylenediaminetetraacetic acid (Cr-EDTA) pada anak normal berdasarkan usia. Saya mengutipnya dari penelitian Prof Sudung.

Dokter Rudy menjelaskan kepada saya bahwa rentang normal LFG untuk Rashif yang berusia 2,5 tahun bukanlah 90-116 ml/menit/1,73 m2. Itu adalah rentang LFG untuk pasien dewasa.

Rentang normal LFG untuk anak seusia Rashif (lihat kotak merah muda pada tabel di atas) adalah 61,7 kurang lebih 14,3 atau 47,4 – 86,0. Artinya, hasil LFG Rashif yang 69 (tabel 3) atau 81 (tabel 4) masih dalam rentang normal. Kesimpulannya adalah ginjal Rashif baik-baik saja.

Pengaruh Obat dan Suplemen terhadap Penurunan Fungsi Ginjal

Namanya juga emak-emak ya, kalo ketemu sedikit yang janggal sama anaknya, langsung kepo to the max. Syukur alhamdulillah dr Rudy sama sekali gak keberatan, malah menyarankan saya mencari second opinion dari dokter lain.

Beliau menganjurkan saya memilih dokter ahli ginjal anak (nefrologis), bukan dokter ahli ginjal biasa yang mengurusi pasien dewasa. Oke lah, pencarian dokter yang bisa menjelaskan kepada saya tentang penurunan fungsi ginjal pun dimulai.

Dokter pertama yang menjadi target saya tentu saja dr Sudung. Secara dr Rudy mengacu pada penelitian beliau. Awalnya saya hepi banget tuh, ternyata dr Sudung praktiknya di Rumah Sakit Hermina Bekasi.

Saya pun reservasi konsultasi dengan beliau dan dijadwalkan ketemu 13 Agustus 2021. Qadarullah, sehari sebelum periksa pihak RS Hermina Bekasi menghubungi saya. Dokter Sudung ternyata tidak praktik di rumah sakit selama pandemi ini.

Beliau sementara ini tidak menerima konsultasi online dengan pasien baru. Artinya, beliau hanya melayani pasien lama yang sebelumnya sudah menjadi pasien beliau.

Ya Rabb, saya sediiih sekali. Namun, saya gak mau nyerah. Saya coba mencari alternatif dokter lain. Perkara shopping doctor ini saya udah khatam. Sejak awal Rashif didiagnosis autisme di Surabaya, saya udah ‘mengembara’ konsultasi cari dokter dan tempat terapi kemana-mana. Harusnya kali ini gak masalah ya.

Eh ternyata, nyari dokter ahli ginjal anak itu gak mudah, Marimar! Suliiiit sekali.

Saya udah ngubek-ngubek aplikasi kesehatan online, mulai dari Halodoc, Sehatq, Alodokter, eh cuma nemu tiga nama dokter ahli ginjal anak di Jabodetabek. Beliau adalah dr Partini P Trihono, SpA (K) di RSIA Bunda Jakarta, dr Eka Laksmi Hidayati, SpA (K) di RS Premier Bintaro, dan tentu saja dr Sudung. Dokter lain sih ada banyak, tapi rata-rata praktiknya di luar Pulau Jawa.

Akhirnya saya putuskan menghubungi dua nama di atas. Alhamdulillah, saya dapat konfirmasi dr Partini bersedia konsultasi online. Saya pun dijadwalkan telekonsultasi lewat Zoom dengan beliau pada 19 Agustus, pukul 13.00 WIB.

Hasilnya?

YES, BETUL, dr Partini membenarkan bahwa penentuan LFG pada anak berbeda dengan dewasa. Ini berarti rentang normal LFG untuk Rashif tidak bisa menggunakan rumus ginjal orang dewasa.

Rasanya separuh beban di pundak saya hilang dalam sekejap. Namun, saya tak bisa berpuas diri.

Pasalnya dr Partini masih menggarisbawahi bahwa nilai LFG yang paling aman tetap saja di atas 90 ml/menit/1,73 m2. Kondisi Rashif tidak bisa dibiarkan berlama-lama, karena usianya akan terus bertambah.

Penurunan kadar kreatinin pada ginjal anak tidak bisa diabaikan. Dokter Partini mengatakan kita tidak perlu melihat hasil Cystatin-C untuk mengetahui kondisi ginjal anak, sebab dari perubahan kreatininnya saja sudah bisa dilihat apakah terjadi penurunan fungsi ginjal pada anak.

Cystatin-C, menurut beliau tidak mutlak digunakan sebagai parameter fungsi ginjal secara umum. Cukup kreatinin saja sudah bisa ditarik kesimpulan.

Dokter Partini mengapresiasi dr Rudy yang melakukan pemeriksaan lengkap pada Rashif sebelum memberikan obat dan suplemen, mulai dari beliau melihat darah tepinya, fungsi hatinya, fungsi ginjalnya. Alasannya hati dan ginjal adalah dua organ yang berperan penting mengekskresi sisa obat.

Saran dr Partini yang selanjutnya saya sampaikan ke dr Rudy adalah mohon ditinjau kembali dosis serta jenis obat dan suplemen untuk Rashif. Penurunan fungsi ginjal pada anak autisi sangat mungkin disebabkan obat dan suplemen yang diberikan.

Oleh karenanya imbauan bagi orang tua autisi, jangan sesekali memberikan obat dan suplemen pada autisi tanpa pengawasan dokter. Apalagi obat dan suplemen tersebut langsung diberikan begitu saja tanpa melakukan pemeriksaan lab terlebih dahulu.

Saya tahu anak-anak autisi perlu mengonsumsi obat dalam jangka waktu lama. Namun, mereka harus di bawah supervisi dokter ahli.

dr Partini P Trihono, SpA (K)

Adapun dr Partini dan dr Rudy sama-sama menyarankan penghentian konsumsi obat sementara. Rashif dianjurkan melakukan pemeriksaan lab kembali tiga bulan berikutnya. Emak bakal dag dig dug nih menunggu akhir Oktober.

Dokter Rudy sih optimistis, insya Allah fungsi ginjal Rashif baik-baik saja. Beliau bahkan secara pribadi mencoba menghubungi dr Sudung untuk konsultasi lebih lanjut masalah ini. Aduh, baik banget dok, terima kasih.

Trus, kalo nanti setelah tiga bulan hasil lab Rashif jauh lebih baik dari yang sekarang, apakah pemberian obat dan suplemen bisa dilanjutkan?

Terkait hal ini, dr Partini menyampaikan pandangannya ke saya.

Anggaplah fungsi ginjal Rashif terus membaik hingga 90 ml/menit/1,73 m2 atau lebih. Dokter Partini menyarankan kalo mau memulai pemberian obat lagi harus hati-hati sekali. Ginjal anak seusia Rashif masih dalam proses pertumbuhan.

Mungkin dosis obat atau jenis obat yang diberikan ke Rashif bisa ditinjau ulang. Mungkin saja ada jenis obat yang sama sekali tidak boleh diberikan untuknya.

Saya balik tanya ke dr Partini, suplemen Rashif kan semuanya sudah gluten-free, casein-free, soya-free, dan tidak mengandung zat yang terlarang untuk autisi. Yang paling berpengaruh itu antibiotik, obat, atau suplemennya?

Jawaban dr Partini adalah ini bukan masalah sugar-free, gluten-free, atau casein-free-nya, tapi yang namanya zat kimia, apapun itu, termasuk obat dan suplemen jika dikonsumsi dalam jangka waktu lama bisa menjadi nefrotoksik atau membahayakan ginjal.

Ginjal bisa klenger. Apalagi ginjal anak yang jauh lebih sensitif terhadap obat.

Yang ditinjau bisa dua hal, yaitu jenis obatnya atau dosis obatnya. Ibu dokter mencontohkan, Panadol jika kita minum satu tablet dan hanya diminum saat sakit kepala mungkin aman bagi ginjal. Namun, kalo kita minum 6 tablet Panadol sekaligus, apalagi setiap hari, maka fungsi ginjal kita pasti turun.

Ada juga obat lain yang mungkin baru kita minum satu tablet saja sudah berdampak langsung menurunkan fungsi ginjal. Nah, yang berperan di sini adalah dosis obatnya. Bisa jadi juga jenis obatnya yang harus ditinjau ulang.

Saya juga cerita ke dr Partini bahwa Rashif pernah minum antibiotik kurang dari 10 hari. Menurut beliau, antibiotik yang diberikan dalam jangka pendek, itu masih aman.

Oya, buat anak autisi yang saat ini juga mengonsumsi obat dan suplemen seperti Rashif, jangan lupa cukupi kebutuhan cairannya ya.

Rashif misalnya, dr Rudy mengatakan minimal harus minum cairan 1.300 cc per hari. Kalo kurang dari itu, bisa berpengaruh buruk untuk ginjalnya yang sedang mengonsumsi obat dan suplemen.

Buat ibu-ibu yang bingung volume ideal konsumsi cairan untuk anaknya yang autisi, bisa kok kita hitung sendiri, berdasarkan berat badan dan tinggi badan. Googling aja, pasti ketemu rumusnya.

Saya mengakui juga mungkin ini salah satunya yang bikin ureum Rashif fluktuatif. Soalnya minumnya masih kurang. Kalo saya hitung lagi, Rashif mungkin minum air putihnya cuma 1.000 cc per hari. Masih kurang dari volume yang dianjurkan dokter.

Ya, gitu deh kesimpulannya. Jadi, tiga bulan ini saya masih harus nunggu nih. Walau ginjal Rashif baik-baik saja, tetap saja peluang penurunan fungsi ginjal itu ada.

Kondisi Rashif sebulan tidak konsumsi obat dan suplemen gimana?

Saya lihat Rashif jadi lebih sensitif, gampang banget sedihnya. Rashif sekarang cengeng banget. Masa sih, dicolek Rangin dikit aja dia udah nangis histeris, kayak abis dikeplak ditonjok ditendang? Ampuuun deh.

Mohon doanya ya temans. Semoga Rashif selalu dalam lindungan Allah. Tetap semangat buat wonder mom yang dianugerahi Allah SWT dengan anak istimewa. Insya Allah, Tuhan selalu bersama kita.

Share:

12 responses to “Penurunan Fungsi Ginjal pada Autisi”

  1. fernati Avatar
    fernati

    Alhamdulillah terapi anak saya tidak mewajibkan suplemen bun..soalnya juga khawatir klo berpengaruh terhadap ginjap..kasian msh kecil gitu mikirnya..
    Sehat selalu Rashif..😊

    1. Mutia Ramadhani Avatar

      Sejauh ini cuma 2 terapi yg terbukti ilmiah didukung riset otentik yg membantu perbaikan kondisi anak autisi, yaitu Applied Behavior Analysis (ABA) dan Biomedical Intervention Therapy (BIT) dengan menggunakan obat-obatan.

      Saya pribadi tidak anti dengan obat dan suplemen, sebab faktanya memang obat dan suplemen sangat membantu perbaikan perilaku dan kemajuan terapi anak saya. Namun, pada beberapa autisi, konsumsi obat dan suplemen tertentu dalam waktu lama bisa mendorong penurunan fungsi ginjal.

      Makanya kita sebagai orang tua tidak boleh sembarangan kasih obat dan suplemen ke anak. Harus di bawah supervisi dokter. Bayangkan, mungkin Mba Fernati juga mendapati kondisi, begitu banyak orang tua memberikan suplemen ini itu untuk anaknya yg autisi, hanya berdasarkan pada testimoni orang lain. Mereka tidak konsultasi ke dokter, tidak pula melakukan pemeriksaan lab untuk mengetahui fungsi hati dan ginjal anaknya terlebih dahulu. Kalo terjadi penurunan fungsi ginjal, maka ini akan mencederai anak dalam jangka panjang. Jadi, maksud tulisan saya ini adalah sharing sama orang tua agar selalu aware sama pilihan-pilihan terapi dan pemberian obat juga suplemen untuk anak. Jangan asal kasih, apalagi cuma tergoda iklan.

      Terima kasih Mba Fernati atas kunjungannya ke blog saya. Tetap semangat Mba membersamai ananda. Semoga sehat selalu 😊🙏

  2. hendrasuhendra176 Avatar

    Sehat-sehat terus ya dede Rashif. Kasian juga harus mengonsumsi obat-obatan dan suplemen jangka panjang. Semoga lekas diberikan kesembuhan dan sehat kembali untuk Rashif, aaamiiin….

  3. yuni1504 Avatar

    Saya selalu happy melihat hubungan Rashif-Rangin dan kakak Mae yang Ibun bagikan di sosial media.

    Agak kaget dengan kondisi ginjal Rashif.

    Saya nggak menyangka ada permasalahan sepelik itu.

    Karena melihat Rashif yang mulai ekspresif. Nggak terlihat cool bangetlah.

    Apapun itu permasalahannya. Sehat terus ya, Abang Rashif. We love you.

  4. supadilah Avatar

    Pengalaman yang sangat bermanfaat bagi banyak orang. Membersih membesarkan anak dengan kondisi yang spesial tentu bukan orang tua yang biasa saja.

    Aku juga banyak dengar orang tua dengan anaknya spesial seringkali memberikan suplemen yang katanya bisa menambah kemajuan anaknya.

    Sepertinya banyak yang tidak sadar bahwa suplemen bahan kimia bisa membahayakan ginjalnya.

    Tapi, nggak cuma untuk anak spesial, siapa pun harus menjaga kesehatan ginjalnya misalnya dengan tidak minumanan beralkohol, tidak merokok bagi laki-laki, atau banyak minum air bening. Terima kasih Mbak artikelnya sangat bermanfaat.

  5. AmirLangit Avatar

    Aku sendiri selalu berusaha untuk hidup sehat dengan cukup istirahat, banyak minum air putih, tidak menahan kencing, alkohol saya tak pernah minum sekalipun karena dalam Islam itu dosa, dan dapat menimbulkan banyak penyakit. Obat-obatan pun saya kurangi Kalau bisa sembuh secara herbal atau tanpa obat, semisal pijat, kenapa enggak?

  6. bayufitri Avatar

    Jadi inget anak teman yg gagal ginjal dampak pemberian suplemen yg tidak konsultasi dulu ke dokter,..emang ya masalah kesehatan terutama anak2 harus jadi perhatian orang tua dengan seksama

    1. Mutia Ramadhani Avatar

      Iya Mba Bayu. Kadang kita berpikir, “Suplemen harusnya kan bagus buat anak ya.” Jadinya suka dibeli sembarangan di luar tanpa konsultasi dengan dokter. Ini salah kaprah. Bukan cuma pemberian obat yg perlu konsul ke dokter.

  7. Richa Miskiyya Avatar
    Richa Miskiyya

    Semangat terus, mom. Semoga Rashif lekas sehat dan gak ada masalah di ginjalnya. Untuk ningkatin minum air putihnya, mungkin bisa beli botol minum yang lucu-lucu dan gambarnya disukai Rashif.

  8. Enny Dudukpalingdepan Avatar

    Salut banget dengan perjuangan mbak. Memang seorang ibu itu mampu melakukan apa saja demi yang terbaik untuk anaknya ya. Sehat terus ya nak Rashif.

  9. sigoeladjawa Avatar

    Alhamdulillah ginjal rashif sehat, semoga rashif juga dalam keadaan sehat dan bahagia selalu. Semangat ibu dan Rashif!

  10. aisyahdianbpn Avatar
    aisyahdianbpn

    Sehat-sehat ya adek Rashid… Semoga Makin Hari Makin bertambah baik kesehatannya. Senang melihat perkembangannya yang Kian membaik ya kak

Leave a Comment