Autisme di Indonesia bukanlah penyakit umum yang mudah dikenali. Tidak semua orang paham tentang autism spectrum disorder (ASD), tapi entah kenapa begitu buruknya stigma sosial yang melekat pada anak-anak dengan gangguan perilaku dan komunikasi ini.
Innocent Witness mencoba menggambarkan kondisi tersebut melalui konstruksi drama ruang sidang di sebuah pengadilan di Korea Selatan. Seorang gadis remaja dengan gangguan autisme bernama Im Ji Woo duduk sebagai saksi kasus pembunuhan. Semua orang memandangnya skeptis dan meragukan kesaksiannya.
Berikut para pemain Innocent Witness. Film produksi 2019 ini ditayangkan eksklusif di iQIYI.
- Jung Woo Sung sebagai Yang Soon Ho, pengacara pembela terdakwa.
- Kim Hyang Gi sebagai Im Ji Woo, saksi kasus pembunuhan.
- Lee Kyu Hung sebagai Lee Hee Jung, jaksa pembela Im Ji Woo.
- Yeom Hye Ran sebagai Oh Mi Ran, terdakwa.
- Jang Young Nam sebagai Hyun Jung, ibu Im Ji Woo.
- Jung Won Joong sebagai Lee Byung Woo, Kepala Kantor Pengacara.
- Park Geun Hyung sebagai Yang Gil Jae, ayah Yang Soon Ho.
- Song Yoon Ah sebagai Kim Soo In, sahabat sekaligus kekasih Yang Soon Ho.
- Kim Seung Yoon sebagai Shin Hye, sahabat Im Ji Woo.
- Choi Jong Ryul sebagai Kim Eun Taek, korban pembunuhan.
- Kim Jong Soo sebagai Kim Man Ho, anak Kim Eun Taek.
Sinopsis Innocent Witness
Yang Soon Ho seorang advokat yang bekerja di kantor pengacara hukum prestisius, Lee & U Law Firm. Sebelumnya dia lama berkiprah di Lembaga Bantuan Hukum (LBH), memberi bantuan hukum bagi masyarakat miskin.
Kepindahan Soon Ho ke Lee & U Law Firm didorong kebutuhan finansial. Dia harus melunasi utang ayahnya yang terbilang besar.
Citra Lee & U Law Firm sebagai firma hukum di mata publik tidak terlalu baik. Soon Ho kerap berhadapan dengan situasi yang berlawanan dengan hati nuraninya.
Lee Byung Woo, sang pimpinan mengatakan banyak klien tidak nyaman berada di dekat Soon Ho. Itu karena pengacara 46 tahun yang belum menikah ini tak mau ternoda.
Soon Ho menolak terlibat dengan kasus permainan uang dan suap menyuap. Lee Byung Woo mengatakan, jika Soon Ho ingin sukses di masyarakat, dia harus rela sedikit kotor. Nasihat ini bagi Soon Ho sebatas masuk telinga kanan dan keluar telinga kiri.
Suatu hari Lee & U Law Firm menangani kasus pro bono tentang pembunuhan seorang lansia bernama Kim Eun Taek. Soon Ho diminta sebagai pengacara pembela terdakwa, Oh Mi Ran, pembantu rumah tangga sekaligus pengasuh korban.
Oh ya, sebagian mungkin belum tahu, kasus pro bono itu apa sih?
Pro bono atau pro bono publicano adalah bantuan hukum yang diberikan kepada pihak yang dianggap tidak mampu dan tanpa dikenakan pungutan biaya. Artinya, pengacara membela kliennya secara sukarela.
Lee Byung Woo memercayakan kasus ini pada Soon Ho untuk memperbaiki citra firma hukumnya yang dianggap negatif, sebagai bidak penguasa di mata publik. Jika Soon Ho berhasil memenangkan kasus ini, dia akan dipromosikan dan naik gaji.
Oh Mi Ran didakwa sebagai pembunuh Kim Eun Taek berdasarkan keterangan saksi bernama Im Ji Woo, gadis remaja 15 tahun yang mengidap autisme. Ji Woo adalah saksi tunggal yang menyaksikan peristiwa nahas itu.
Oh Mi Ran bersikeras dirinya bukan pembunuh. Dia berdalih hendak menyelamatkan tuannya yang mencoba bunuh diri dengan cara menutupi kepala dengan plastik kedap udara berisi gas sianida.
Korban pembunuhan adalah lansia yang istrinya meninggal dunia dua tahun lalu. Menurut keterangan Oh Mi Ran, korban sering berkata ingin menyusul istrinya. Semua tetangga mereka juga mengetahui keinginannya itu, bahkan korban pernah dirawat karena depresi.
Pernyataan Oh Mi Ran diperkuat keterangan informasi dari tetangga korban. Si tetangga meyakinkan Soon Ho bahwa Oh Mi Ran tak mungkin membunuh Kim Eun Taek yang sudah dianggapnya seperti ayah sendiri.
Menahan seorang perempuan tak berdaya hanya mengandalkan keterangan anak gadis bermental tak sehat, sebut tetangga itu adalah sebuah kesalahan besar.
Soon Ho mendengar cara Ji Woo berbicara seperti anak berumur lima tahun. Dia pun percaya kesaksian kliennya lebih kredibel.
Pendapat berbeda ditemukan Soon Ho dari seorang dokter perempuan yang juga psikolog ahli, diperankan Choo Kwi Jung. Sang dokter mengatakan Ji Woo memang autis, tapi keterangannya sangat logis.
Ji Woo tak sama seperti anak autis kebanyakan. Dia memiliki kecerdasan tinggi layaknya profesor kecil, meski sering terlihat tidak fokus.
Sayangnya, sebut dokter tersebut, Soon Ho akan kesulitan menempatkan Ji Woo di kursi saksi karena anak autis hidup di dunianya sendiri.
Mendekati Ji Woo
Mau tak mau Soon Ho berupaya mendekati Im Ji Woo supaya mau kooperatif bekerja sama dengannya. Target Soon Ho adalah Ji Woo hadir langsung sebagai saksi di pengadilan, bukan melalui rekaman video semata.
Sayangnya sejak hari pertama Soon Ho kesulitan mendekati Ji Woo. Tidak mudah baginya memulai perkenalan dengan seorang autisi. Belum apa-apa Ji Woo sudah kabur menghindarinya.
Soon Ho mencoba berhubungan dengan Lee Hee Jung, jaksa pembela Im Ji Woo. Pasalnya Hee Jung paling mengerti cara berkomunikasi dengan Ji Woo. Ini karena Hee Jung juga mempunyai saudara yang mengidap sindrom serupa.
Hee Jung awalnya menolak, tapi akhirnya menyarankan Soon Ho untuk menjangkau Ji Woo dan mau beradaptasi dengan dunianya.
Sun Ho tak menyerah begitu saja. Dia belajar mengenal pribadi anak autis dari berbagai buku dan bacaan. Soon Ho juga didukung Shin Hye, satu-satunya sahabat Ji Woo di sekolah.
Setiap hari menjelang persidangan, Soon Ho mengunjungi Ji Woo di sekolah. Mereka selalu pulang bersama.
Sedikit demi sedikit, bermula dari permainan tebak-tebakan jam 5 sore setiap harinya, Ji Woo mulai terbuka pada Soon Ho. Gadis itu akhirnya mau hadir di persidangan. Ji Woo menolak menjadi manusia lemah dengan cara berani menaklukkan rasa takut yang dimiliki.
Sedari awal Ji Woo dan ibunya tahu, meski sekarang Ji Woo dan Soon Ho sudah berteman, tapi mereka harus berhadapan sebagai lawan di pengadilan. Satu-satunya yang Ji Woo percaya adalah Soon Ho bukanlah orang jahat. Soon Ho adalah pengacara jujur dan adil.
Kepercayaan Ji Woo runtuh seketika di pertengahan sidang. Tim kuasa hukum Oh Mi Ran menyudutkannya sebagai saksi yang tidak kredibel karena memiliki cacat mental kronis.
Orang-orang menyebut jaksa dan pengacara bagaikan tombak dan perisai. Namun, mari kita lupakan itu dan jadilah baju zirah yang seimbang.
Yang Soon Ho
Oh Mi Ran pun bebas dari segala tuduhan yang dilemparkan kepadanya. Jaksa penuntut umum mengajukan banding dan akan bersidang kembali pada waktu ditentukan.
Kebenaran Pasti Terungkap
Begitu sidang ditutup, Soon Ho tanpa sengaja melihat kontak mata tak biasa antara Oh Mi Ran dengan Kim Man Ho, putra korban Kim Eun Taek.
Jiwa investigasinya muncul. Soon Ho menelusuri jejak korban mulai dari kegiatan sosial Kim Eun Taek di sebuah rumah sakit anak. Kepala rumah sakit, diperankan Seo Kwang Jae menyebut Tuan Kim adalah donatur tetap mereka setiap tahun.
Tuan Kim menyatakan keinginannya untuk mewariskan seluruh hartanya untuk membantu anak-anak sakit yang membutuhkan dukungan finansial di sana.
Soon Ho menduga kematian Tuan Kim ada hubungannya dengan ini. Sang pengacara pun menemukan fakta Oh Mi Ran memiliki seorang anak angkat yang dibesarkan seperti anak sendiri. Anaknya itu membutuhkan dukungan finansial. Belum lagi fakta Kim Man Ho, akuntan sekaligus putra Tuan Kim yang sangat menggilai uang.
Surat dari sang ayah menggelorakan semangat Soon Ho untuk berani menyuarakan kebenaran. Dia bertekad membalikkan keadaan saat sidang banding kedua nanti.
Soon Ho menyadari kasus pembunuhan ini hanya formalitas belaka. Pimpinannya sudah menyiapkan kasus lebih besar untuknya yang bahkan suka tak suka membuat Soon Ho harus melawan idealismenya sendiri. Dia harus mengotori kesucian profesinya sebagai pengacara, meski pun sebagai balasannya dia akan dipromosikan.
Ketulusan Ji Woo membuat Soon Ho kembali mempertanyakan, apakah dia benar-benar harus menempatkan uang di atas segalanya?
Alih-alih menyudutkan Ji Woo di mimbar saksi, Soon Ho malah membeberkan berbagai keistimewaaan anak autis seperti Ji Woo yang tidak dimiliki anak tipikal atau anak normal pada umumnya.
Salah satunya fakta tentang pendengaran anak autis sangat tajam. Itu salah satu kemampuan khusus yang sering ditemukan pada pengidap autisme.
Seorang anak autis memberitahu Soon Ho bahwa kepakan seekor kupu-kupu terdengar seperti guntur di telinganya. Kondisi ini sama seperti Ji Woo yang pada persidangan pertama begitu terganggu dengan suara detik jarum jam di ruang sidang. Jaksa bahkan meminta izin hakim untuk menurunkan jam dinding tersebut.
Suasana sidang sempat memanas mana kala Lee Byung Woo mengamuk meminta hakim memberi sanksi pada Soon Ho karena tidak menghormati profesinya sebagai pengacara terdakwa. Soon Ho bersikeras dia bersedia dihukum seberat-beratnya asal diberi kesempatan membuktikan kebenaran kesaksian Ji Woo.
Ending film ini sudah bisa ditebak. Ji Woo dengan kejeniusannya dapat mengingat seluruh kalimat yang dilafalkan Oh Mi Ran saat membunuh Tuan Kim. Ji Woo melafalkannya kembali di depan peserta sidang, tanpa terlupa satu kata pun.
Ji Woo memiliki kemampuan mendengar super sensitif. Dia dapat mendengar suara orang berbisik, termasuk suara rintihan Tuan Kim dan suara Oh Miran, meski rumah mereka cukup berjarak.
Sebelum bersaksi, Ji Woo mengatakan bahwa terdakwa mengucapkan 52 kata di hari peristiwa pembunuhan itu terjadi. Untuk meyakinkan hakim bahwa dirinya memiliki kemampuan hebat itu, Ji Woo dalam hitungan detik membuktikan bahwa dia bisa mengalkulasi jumlah titik yang terdapat pada sapu tangan milik Soon Ho.
Dengan lantang Ji Woo membuat Oh Mi Ran bertekuk lutut. Wanita paruh baya itu tak bisa lagi menyembunyikan kejahatan yang dilakukannya. Semua peserta yang hadir di ruang sidang bertepuk tangan dan menyambut Ji Woo penuh suka cita.
Review Innocent Witness
Innocent Witness film yang bagus dan layak direkomendasikan karena karakter-karakternya mudah diingat. Para aktor dan aktris yang terlibat memainkan perannya sangat baik.
Jung Woo Sung buat saya pribadi seperti Keanu Reeves versi Korea. Perannya sebagai Soon Ho mungkin terkesan monoton dengan wajah hambar. Namun, begitu emosinya muncul, aktingnya menjadi solid dan sosoknya berubah penuh pesona.
Soon Ho berhasil menggambarkan pribadi baik yang sempat tersesat, tapi kata hati membawanya kembali ke jalan benar. Semua tak lebih karena kita manusia yang pernah berbuat salah.
Salut saya untuk Kim Hyang Gi yang begitu mendalami peran sebagai anak berkebutuhan khusus (ABK). Saya yakin aktris satu ini melakukan riset cukup banyak untuk menjiwai karakter Ji Woo yang autis.
Buat saya nonton film ini tuh kayak lagi baca buku. Saya ingin terus membalik halaman berikutnya saking penasaran apa yang akan terjadi.
Chemistry antara Soon Ho dan Ji Woo menjadi daya tarik utama film berdurasi 2 jam 9 menit ini. Interaksi mereka mungkin tampak aneh bagi sebagian orang, tapi hubungan sosial timbal balik antara keduanya jelas terlihat.
Kita bisa saksikan bagaimana Ji Woo selalu tepat waktu membuat panggilan telepon untuk Soon Ho. Kita bisa lihat bagaimana anak autis itu sangat rigit dan pakem, sehingga mereka tidak nyaman mendapati kondisi yang tidak sesuai dengan seharusnya.
Misalnya, Ji Woo kecewa karena mendapati Shin Hye yang setiap hari selalu tersenyum padanya, tiba-tiba berubah jahat.
Ji Woo berpikir keras untuk menebak teka-teki Soon Ho karena dia harus menemukan jawabannya sebelum jam 5 sore setiap hari. Banyak lagi kondisi di film yang menunjukkan sifat saklek dari anak autis.
Innocent Witness mengajarkan bagaimana selayaknya kita mau menyesuaikan diri dengan kondisi anak-anak spesial, bukannya merundung dan mengucilkan mereka.
Saat Ji Woo bertanya pada Soon Ho di awal perkenalan mereka, “Apakah Anda orang baik?” Suara Ji Woo ketika mengucapkan itu seperti terus bergema di hati saya sampai film berakhir.
Ji Woo sangat hangat. Meski dia spesial, tapi saya sama sekali tak terlalu emosional apalagi mengasihaninya. Ji Woo bersinar dengan caranya sendiri. Ji Woo adalah Ji Woo dan dia bisa menghapus pandangan buruk orang akan autisme yang dideritanya.
Innocent Witness mengajarkan pada kita bahwa anak autis sekali pun mempunyai hak sama, salah satunya mendapat perlindungan hukum. Anak autisi juga bisa menjadi saksi penting di pengadilan. Mereka memang berbeda, tapi bukannya tak bisa dipercaya.
Anak Autis Sulit Berbohong
Profesor Psikologi, Beth Kelley dan mahasiswa PhD Psikologi, Annie Lie dari Queen’s University melakukan studi ilmiah pertama tentang kebohongan dan autisme. Studi ini dipublikasikan di Journal of Autism and Developmental Disorders.
Studi ini melibatkan 19 anak autis dengan 30 anak normal berusia 5-12 tahun di Ontario Selatan, Kanada. Keduanya menyimpulkan anak-anak autis tidak bisa menutupi kebohongan mereka, meski terkadang mereka terpaksa berbohong untuk menjaga perasaan orang lain.
Dr Kelley mengatakan ada anggapan bahwa anak autis tidak bisa membaca pikiran orang lain dan tidak bisa menghargai perasaan orang lain. Ini karena mereka kesulitan mengenal emosi.
Pada tes pertama, peneliti mengatakan kepada sekelompok anak autis bahwa mereka akan mendapat hadiah istimewa. Tiba-tiba peneliti hanya memberikan masing-masing mereka satu buah sabun batang.
Ketika ditanya, apakah mereka menyukai hadiah tersebut? Sebagian dari anak autis mengangguk menjawab ya, alih-alih mengatakan mereka kecewa cuma mendapat sabun, atau mereka tidak menyukai hadiahnya.
Dr Kelly menilai jawaban yang diberikan anak-anak istimewa tersebut adalah bentuk kebohongan yang pro-sosial. Kebohongan yang dianggap kebohongan putih atau white lies ini bertujuan untuk menjaga hubungan baik dengan orang lain.
Pada tes kedua, anak-anak autis dicampur dengan anak-anak non-autis. Mereka diberi instruksi dari pusat suara.
Anak-anak disuruh menebak nama benda yang peneliti sembunyikan itu. Peneliti sengaja tidak berada di ruangan yang sama untuk melihat reaksi anak-anak dari pantauan kamera pengawas (CCTV).
Hasilnya, peneliti melihat rata-rata anak-anak di ruangan mengintip benda yang disembunyikan itu. Peneliti pura-pura tidak tahu.
Akhirnya peneliti bertanya, apakah anak-anak tersebut mengintip benda yang mereka sembunyikan? Rata-rata anak-anak autis dan non-autis berbohong dengan mengatakan mereka tidak sekali pun mencoba mengintip benda itu.
Peneliti kemudian mengubah pertanyaan, kira-kira apa nama benda yang disembunyikan itu? Hampir seluruh anak autis bisa menjawab dengan benar, yaitu Santa dan pohon natal. Tanpa sadar mereka telah membuka fakta bahwa mereka sebetulnya mengintip di kesempatan sebelumnya.
Penelitian ini membuktikan kepada kita bahwa anak autis sulit menyembunyikan kebohongan. Mereka tidak pandai berbohong, atau menyembunyikan kebenaran.
Jika dikaitkan dengan Innocent Witness, kita bisa melihat Ji Woo sedari awal berusaha mengungkapkan kebenaran. Hanya saja orang tidak bisa membaca apa maksudnya. Saat di rumah Ji Woo beberapa kali menirukan kalimat yang diucapkan Oh Mi Ran saat membunuh Tuan Kim, ibu Ji Woo malah menyebut Ji Woo mengulang dialog film atau drama yang ditontonnya.
Innocent Witness adalah film ringan. Ada sedikit misteri kecil, plot sederhana, tapi dieksekusi secara impresif oleh para pemerannya, sehingga saya tak bisa berhenti menonton sampai habis.
Lee Han sebagai sutradara memang tidak banyak mengeksplorasi konflik di film ini. Dia menggunakan keterbatasan ji Woo untuk membuat penonton ikut merasakan bagaimana tertekannya perasaan anak autisi berada di lingkungan yang terus menuntutnya untuk tampak normal.
Apa film mengharukan yang baru kamu tonton akhir-akhir ini? Ditunggu ceritanya di kolom komentar ya. Terima kasih.
Leave a Comment