Ketakutan berlebihan akan Covid-19 membuat kita sebagai orang tua lupa akan jadwal vaksin anak. Akibatnya anak tidak diimunisasi pada waktunya. Ini tentu saja menimbulkan risiko tinggi terjangkitnya penyakit-penyakit yang seharusnya bisa dicegah dengan vaksin, seperti campak dan polio.
Padahal sebetulnya banyak solusi inovatif mengatasi masalah ini. Kita tahu sekarang rumah sakit dan fasilitas medis sudah menerapkan protokol kesehatan yang ketat untuk imunisasi anak di masa pandemi. Vaksinasi anak juga bisa dilakukan drive-through, bahkan anak bisa divaksin di rumah.
Sayangnya banyak orang tua malah pilih menunda imunisasi anak dan terus menunggu sampai kondisi kembali normal. Mau sampai kapan? Sekarang aja udah 1,5 tahun pandemi loh. Artinya selama itu pula anak kita tidak divaksin. Gak was-was kah kita, parents?
Kenapa Harus Vaksin?
Senang sekali saya bisa bergabung bersama ratusan peserta webinar 101 Vaksinasi: Kupas Tuntas Vaksinasi Anak bersama dr Attila Dewanti, SpA (K) dipandu Mom Seleb, Sissy Prescilia. Talkshow vaksinasi yang mengusung tagar #LindungikuLindungimu ini dipersembahkan dalam rangka World Immunization Week oleh The Asian Parent Indonesia bekerja sama dengan Kenapa Harus Vaksin by Sanofi Pasteur.
Ada banyak alasan kenapa anak kita harus divaksin. Apa aja tuh?
Pertama, vaksin memperkuat sistem imun si kecil.
Begitu kuman yang sudah dilemahkan dalam bentuk vaksin dimasukkan ke dalam tubuh anak kita, maka tubuh mereka akan mengingat kuman tersebut. Jika sewaktu-waktu kuman yang sama masuk lagi, anak sudah memiliki kekebalan tubuh yang bagus.
Kedua, vaksin menghindarkan si kecil tertular penyakit berbahaya.
Vaksin mencegah lebih dari 26 penyakit. Contohnya saja vaksin influenza.
Kita tahu vaksin Covid-19 sementara ini belum tersedia untuk anak. Meski demikian, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menganjurkan anak untuk mendapatkan vaksin influenza dan pneumonia (PCV).
Ketiga, vaksin tidak hanya melindungi si kecil, tapi juga orang-orang di sekitarnya.
Bayangkan kalo kita egois, gak mikirin vaksin anak, kita gak cuma gagal melindungi anak kita, tapi juga membahayakan orang-orang sekitar kita.
Dengan kita memberi vaksin pada diri kita, keluarga, dan anak, maka kita juga akan melindungi semua orang dari penyakit-penyakit berbahaya.
dr Attila Dewanti, SpA (K)
Keempat, vaksin menghemat waktu dan biaya.
Kita gak perlu bayar mahal untuk rumah sakit ketika anak sakit. Tahu gak? Biaya pengobatan anak sakit itu lebih mahal dari biaya vaksin loh.
Tujuan vaksin anak atau imunisasi saat pandemi adalah menciptakan kekebalan kelompok (herd immunity). Kekebalan ini sasarannya adalah populasi yang lebih besar.
Vaksin untuk balita misalnya, akan memberi kekebalan kelompok untuk usia lain. Walaupun anak balita yang divaksin, dia akan melindungi keseluruhan, mulai dari bayi, anak-anak, remaja, dewasa, hingga dewasa tua. Dengan demikian anak kita ikut serta mencegah terjadinya penyebaran penyakit yang bisa berubah menjadi kejadian luar biasa (KLB), bahkan wabah.
Kekebalan kelompok sangat penting untuk melindungi orang-orang sekitar kita yang tidak bisa mendapatkan vaksin tertentu karena alasan medis. Ketika cukup banyak orang yang divaksinasi, penyakit berbahaya bisa hilang sama sekali.
Di Indonesia misalnya, hampir 95 persen penduduk kita perlu divaksin campak untuk menghentikan penularan virus tersebut. Ketika jumlah orang yang seharusnya divaksin turun drastis di masa pandemi sekarang ini, seluruh komunitas di sekitar kita berada pada risiko wabah campak.
Kita tentunya gak mau kejadian 1980 terulang. Waktu itu ada 20 juta orang terinfeksi campak yang menyebabkan 2,6 juta kematian per tahun. Indonesia kini termasuk 10 besar negara dengan kasus campak tertinggi di dunia.
Jangan-jangan karena kita malas memvaksin anak sepanjang pandemi Covid-19 ini, kelak ketika Covid-19 berakhir, kita justru bertemu dengan penyakit mematikan lainnya. Wallahualam.
Cara Baca Jadwal Imunisasi IDAI 2020
Dokter Attila mengatakan sebetulnya jadwal imunisasi anak sekarang dengan sebelumnya sama saja, sedikit saja perbedaannya. Vaksin BCG dulu diberikan untuk bayi di atas usia satu bulan, sekarang bayi yang baru lahir pun sudah bisa diberikan vaksin BCG.
Beberapa vaksin wajib diberikan untuk anak yang tinggal di daerah endemis. Waktu saya sekeluarga menetap di Denpasar, dokter anak saya mewajibkan Maetami, putri saya yang kala itu berusia sembilan bulan untuk mendapatkan vaksin Japanese Encephalitis (JE).
Alasannya Bali adalah daerah endemis JE. Vaksin JE adalah vaksin terbaru untuk mencegah penyakit radang otak (ensefalitis).
Jadwal vaksin hepatitis-A sebelumnya baru diberikan ketika anak berumur dua tahun. Nah, jadwal vaksin terbaru IDAI 2020 membolehkan pemberian vaksin ini sejak anak berumur setahun.
Parents di rumah harus tahu nih cara membaca jadwal imunisasi IDAI 2020, biar gak bingung.
Berikut adalah makna warna dalam jadwal vaksin anak.
1. Biru
Warna biru menandakan vaksinasi primer. Ini adalah vaksin yang harus diberikan untuk anak tepat pada usia tersebut, atau idealnya diberikan saat itu juga. Contohnya adalah vaksin BCG, vaksin DT, dan vaksin polio.
2. Merah muda
Warna merah muda menandakan vaksin booster atau vaksin penguat. Contohnya ketika anak kita lahir diberikan vaksin tertentu, maka nanti akan ada pengulangan saat dia berumur 18 bulan.
Pengulangan artinya vaksin tersebut hanya memberi kekebalan optimal hingga anak berumur 18 bulan. Setelah itu, kekebalan tubuh anak berkurang, sehingga perlu diberikan booster.
3. Kuning
Warna kuning menandakan catch up. Contohnya orang tua takut membawa anak vaksin ke rumah sakit gara-gara pandemi. Akibatnya jadwal imunisasi anak mundur. Anak yang seharusnya divaksin hepatitis-B ketika berumur lima bulan, masih boleh diundur Ketika anak berumur enam bulan atau tujuh bulan.
4. Oranye
Warna oranye menandakan vaksin wajib bagi anak yang berada di wilayah endemis, atau daerah yang diketahui banyak terjangkit penyakit tersebut. Vaksin JE diwajibkan bagi anak yang berada di sembilan daerah di Indonesia, di antaranya Jakarta, Bandung, dan Bali.
Jangan lupa membaca keterangan pada jadwal imunisasi anak. Perhatikan juga urutan imunisasi bayi, atau konsultasikan secara aktif tentang jadwanya ke dokter spesialis anak.
Parents, gak usah takut anaknya divaksin. Vaksin aman kok.
Berikut dr Attila menjawab beberapa pertanyaan yang mungkin hadir di pikiran ibu-ibu kebanyakan terkait imunisasi anak.
Kapan anak tidak boleh divaksin?
- Anak dengan keganasan (kanker), atau sedang menjalani kemoterapi. Sebaiknya vaksin anak ditunda sampai kemoterapi selesai.
- Anak yang sedang mengonsumsi obat-obatan immunoterapi, seperti anak dengan penyakit lupus.
- Anak dengan riwayat alergi berat pada pemberian vaksin yang sama pada dosis sebelumnya.
Anak dengan sakit gejala ringan tetap dapat divaksin, meski pun sedang menderita demam subferis, gejala batuk pilek, dan diare. Tenang, vaksinasi tidak memperburuk penyakit anak kok, parents.
Anak yang tengah minum antibiotik juga boleh melakukan vaksin.
Apa saja efek samping vaksin?
Efek samping vaksin umumnya adalah demam biasa hingga demam tinggi. Parents harus tahu bahwa demam setelah vaksinasi merupakan reaksi normal.
Gejala demam menunjukkan vaksin sedang bekerja membentuk antibodi dalam tubuh anak. Reaksi ini biasanya menghilang dalam rentang 24-36 jam.
Vaksin dengan reaksi demam tinggi, antara lain DTP dan campak. Ada dua jenis vaksin DTP, yaitu vaksin DTP yang berisiko menimbulkan demam tinggi, dan vaksin DTaP yang meminimalisir demam pada anak setelah imunisasi.
Keduanya sama-sama bagus kok. Hanya saja DTP berisi sel bakteri Pertusis utuh dengan ribuan antigen, termasuk antigen yang tidak diperlukan, sedangkan vaksin DTaP berisi bagian bakteri Pertusis yang tidak utuh dan berisi sedikit antigen yang dibutuhkan saja.
Pemberian ASI dapat menurunkan kejadian demam pascaimunisasi. Saya rutin nih ‘gempur ASI’ setiap bayi-bayi saya selesai divaksin. ASI dan skin to skin contact terbukti andal mengatasi demam pada anak pascaimunisasi.
Sekiranya anak kita tetap demam tinggi, di atas 38 derajat, silakan beri obat penurun panas, berupa paracetamol dan sejenisnya.
Jika anak tetap demam tinggi tiga hari pascaimunisasi, dr Attila berpesan bawa segera anak ke dokter. Kemungkinan besar anak demam bukan karena vaksin, melainkan faktor lainnya.
Boleh gak anak divaksin lebih dari sekali dalam waktu bersamaan?
Banyak orang tua khawatir ketika anaknya menerima banyak suntikan vaksin sekaligus, sebab katanya berbahaya. Padahal, jumlah kuman yang sudah dilemahkan yang terkandung dalam setiap dosis vaksin sangat sangat kecil, bahkan lebih kecil dibanding kuman dan zat polutan yang dihirup, dimakan, dan diminum anak kita setiap harinya.
Semua vaksin tanpa terkecuali dapat diberikan pada waktu berbarengan. Syaratnya, imunisasi dilakukan di bagian tubuh berbeda, misalnya paha, lengan kiri, lengan kanan, serta menggunakan alat suntik berlainan.
Bila tidak diberikan bersamaan, maka jarak antara dua injeksi vaksin hidup yang dilemahkan adalah 18 hari, sedangkan vaksin mati tidak ada jarak khusus.
Bentuknya bisa vaksin ganda (multiple injection) dan vaksin kombinasi. Kementerian Kesehatan sudah merekomendasikan dua hal ini dalam pelayanan imunisasi.
Apa bedanya vaksin ganda dengan vaksin kombinasi?
Imunisasi ganda adalah pemberian lebih dari satu jenis imunisasi dalam satu kali kunjungan yang bermanfaat untuk mempercepat perlindungan anak, meningkatkan efisiensi pelayanan, dan orang tua tidak perlu datang berulang kali ke fasilitas kesehatan.
Pemberian imunisasi ganda sudah terbukti aman, efektif, dan tidak meningkatkan risiko efek samping pada anak. Perlu kita ketahui, ketidaknyamanan akibat rasa nyeri suntikan ketika diberi imunisasi ganda hanya akan dirasakan anak dalam waktu singkat.
Ada juga penggunaan vaksin kombinasi. Saya pernah memberikan ini untuk putri saya, yaitu vaksin Difteri-Pertusis-Tetanus, Hepatitis-B, Haemophilus influenzae (Hib), dan polio. Maetami juga saya berikan vaksin kombo untuk campak rubella (MR atau MMR) saat berusia 15 bulan.
Vaksin kombo menurut saya sangat efektif mempersingkat kunjungan anak ke rumah sakit. Anak saya yang seharusnya menerima enam kali suntikan, menjadi satu kali suntikan saja. Nah, pas pandemi begini, paling enak memberikan anak kita vaksin kombinasi.
Kapan bayi prematur boleh divaksin?
Vaksin sebaiknya diberikan setelah bayi prematur berusia dua bulan, atau berat badannya sudah di atas dua kilogram. Alasannya manfaat vaksin pada bayi prematur yang berat badannya kurang dikhawatirkan tidak optimal. Jadwal vaksinnya sesuai dengan jadwal vaksin IDAI 2020.
Tips Imunisasi Saat Pandemi
Covid-19 masih berada di sekitar kita. Jauh lebih baik kita semua bekerja sama untuk memastikan anak-anak kita mendapat perlindungan maksimal dari penyakit mematikan lainnya melalui imunisasi.
Dokter Attila memberikan tips imunisasi anak di masa pandemi nih. Jadinya kita sebagai orang tua gak perlu ragu lagi mencukupkan perlindungan untuk anak kita.
1. Siapkan kunjungan vaksinasi dengan tetap menjaga protokol kesehatan.
Caranya:
- Pastikan anak dalam kondisi sehat sebelum melakukan kunjungan vaksin. Jika anak demam, khusus selama pandemi ini sebaiknya kita menunda vaksinasi hingga dua pekan.
- Batasi jumlah pendamping saat kunjungan vaksinasi ke fasilitas layanan kesehatan.
- Selalu kenakan masker dan perhatikan etika batuk atau bersin.
- Utamakan kunjungan vaksinasi ke fasilitas layanan kesehatan yang memisahkan pasien sehat dan sakit.
2. Tetap jaga jarak dan higienitas selama berada di fasilitas kesehatan.
Caranya:
- Saat menunggu giliran anak kita divaksin, perhatikan jarak aman di ruang tunggu.
- Jika ruang tunggu terlalu penuh, sebaiknya kita tunggu saja di mobil sampai tiba giliran anak divaksin.
- Selalu cuci tangan dengan benar selama dan setelah selesai keperluan di fasilitas kesehatan.
- Setelah anak selesai divaksin, tunggu 30 menit untuk memantau reaksi yang mungkin terjadi pada anak, misalnya alergi.
3. Tetap jaga kebersihan sampai di rumah.
Caranya:
- Ganti pakaian si kecil dan pendamping setelah selesai kunjungan vaksinasi ke fasilitas kesehatan.
- Pendamping dewasa sebaiknya mandi dan mengganti pakaian sekembalinya dari fasilitas layanan kesehatan.
- Rendam dan cuci pakaian pendamping dan pakaian anak yang digunakan saat kunjungan ke fasilitas layanan kesehatan.
Parents, sepanjang kita berada di masa pandemi yang tidak pasti ini, imunisasi adalah hak anak. Kita sebagai orang tua berkewajiban memberikannya, mau itu vaksin wajib, vaksin tambahan, atau pun vaksin booster untuk buah hati kita.
Leave a Comment