“Apakah sudah dilakukan penghilangan bahan-bahan kimia di lingkungan anak, bu?” Tanya dr Rudy pada saya 3 Agustus lalu. Waktu itu saya baru saja sehari sampai di Bekasi dan masih harus isolasi mandiri 14 hari berikutnya sebelum memulai sesi terapi Rashif di KIDABA.
“Sudah dok, tapi belum semua. Anak saya masih pakai sabun mandi yang wangi. Kemarin kami masih ngepel pakai obat pel dok, tapi anak-anak saya bawa ke kamar. Kalo kosmetik, saya emang gak suka pakai aneh-aneh. Cuma bedak, pelembab, dan lipstik doang. Kalo dandan cuma pas keluar rumah saja.”
“Ibu tidak bisa tanpa lipstik dan bedak?” Beliau bertanya kembali.
Saya potong sampai di sini saja petikan chat saya bersama dr Rudy waktu itu. Kalo saya lanjut ceritakan panjangnya debat kusir saya sama sang dokter, ujung-ujungnya saya hanya mempermalukan diri sendiri. Betapa miskinnya ilmu saya waktu itu soal pantangan-pantangan untuk putera saya yang autisi.
Banyak arahan dr Rudy tentang diet kimia autisi awalnya tampak aneh di mata saya. Orang tua gak boleh pakai kosmetik lah, cuci piring cuma boleh pakai sabun colek lah, cuci baju juga pakai sabun colek, ngepel rumah pakai sabun colek, nyeterika baju gak boleh pakai pewangi spray, sendok makan anak pakai sendok kayu, masaknya pakai wajan kaca, tepung beras untuk cemilan anak harus bikin sendiri, gak boleh pakai tepung pabrikan yang pakai pemutih dan pengawet, banyak lagi pantangan lainnya.
Dari sekian banyak poin diet kimia yang disebutkan dr Rudy, jujur, larangan memakai kosmetik, minimal lipstik dan bedak itu paling bikin saya gerah.
Kok lipstik dan bedak saja gak boleh sih? Saya kan perempuan. Emangnya gak boleh dandan tipis-tipis, minimal buat suami di rumah? Saya kok cuma boleh pakai deodorant Dove yang warna putih tutupnya biru, atau pakai bedak Hibka? (Bukan pesan sponsor) Rasanya hidup saya seperti dilempar ke masa 20-30 tahun lalu.
Sekarang setelah empat bulan kemudian, barulah saya mengerti semuanya. Kalo ada yang baca artikel ini sama bingungnya seperti saya dahulu, semoga bisa mengerti sesudahnya.
Saya coba bahas spesifik tentang diet kimia autisi, khususnya larangan memakai kosmetik bagi orang tua saat bersama anak autisi di rumah dan di luar rumah.
Mengapa Anak Autis Harus Diet Kimia?
Penelitian Profesor Dorota A Crawford dari York University di Toronto, Kanada mengingatkan ibu-ibu hamil untuk menghindari paparan bahan kimia di rumah, khususnya kosmetik. Kosmetik pada umumnya mengandung bahan kimia yang berpotensi memengaruhi tumbuh kembang bayi dengan genetik autisme selama masa kehamilan dan meningkatkan risiko autisme setelah dilahirkan.
Produk-produk berbahan kimia di rumah yang berbahaya bagi autisi, antara lain:
- Cairan kimia untuk pembersih
- Pestisida
- Obat antiinflamasi nonsteroid, seperti asam asetiksalisilat (aspirin), misoprostol (obat yang digunakan untuk menginduksi persalinan), bisfenil poliklorinasi (PCB) yang digunakan untuk bahan pelumas dan plastik.
- Polibrominasi difenil eter yang ditemukan pada industri kayu dan tekstil
- Ftalat atau phthalate
Profesor Dorota mengatakan perkembangan otak manusia, termasuk yang masih dalam bentuk janin membutuhkan gen tertentu pada waktu tertentu dan pada tingkat ekspresi gen tertentu. Paparan bahan kimia tertentu dapat mengubah ekspresi gen, khususnya pada janin atau anak yang secara genetik memiliki autisme.
Tinjauan Profesor Crawford dan timnya juga mencatat bahan kimia berbahaya dapat terus ditularkan ke bayi setelah lahir melalui ASI. Setelah membaca ini saya jadi paham mengapa dokter di KIDABA menganjurkan saya menjalankan diet sama seperti Rashif sekiranya Rashif masih minum ASI.
Artinya, saya harus makan seperti yang Rashif makan, menjalankan diet low phenol, bahkan mungkin RnE Diet untuk memastikan nutrisi yang mengalir melalui ASI saya aman dikonsumsi Rashif. Untungnya Rashif sudah cerai ASI – tanpa disapih – sejak usianya masih 1 tahun 3 bulan.
Penelitian Profesor Crawford bersama dua rekannya, yaitu Christine Wong dan Joshua Wais berjudul Prenatal exposure to common environmental factors affects brain lipids and increases risk of developing Autism Spectrum Disorders. Risetnya diterbitkan dalam European Journal of Neuroscience.
Secara terpisah, dr Rudy Sutadi yang merupakan dokter anak sekaligus konsultan ahli autisme dari KIDABA menerangkan bahwa faktor genetik dan lingkungan diibaratkan peluru dalam pistol dan pelatuknya.
Peluru adalah dasar genetik yang tidak akan meledak jika tidak ada pemicu (pelatuk), yaitu faktor lingkungan. Demikian juga sebaliknya, tidak mungkin terjadi ledakan jika tidak ada peluru, yaitu dasar genetik.
Artinya, pada janin atau anak yang tidak memiliki genetik autisme, tidak akan mungkin menjadi autisme karena berbagai faktor lingkungan tadi, termasuk paparan bahan kimia.
dr Rudy Sutadi, SpA, MARS, SpdI
Perumpamaan ini, kata dr Rudy menerangkan kontroversi hubungan antara autism spectrum disorder (ASD) dengan vaksin yang mengandung thimerosal atau air raksa, misalnya komponen campak pada vaksin MMR dan komponen pertusis pada vaksin DPT.
Vaksin tidak menyebabkan autis. Hati-hati dalam menyampaikan sesuatu yang kita tidak tahu secara jelas. Penyebab autisme pada dasarnya adalah genetik, yang dipicu faktor lingkungan, salah satunya vaksin. Jadi, harapan dibedakan agar kita tidak salah dalam berucap.
dr Rudy Sutadi, SpA, MARS, SPdI
Zat Kimia Berbahaya untuk Autisi
Autisme memang disebabkan faktor genetik. Namun, faktor lingkungan berkontribusi signifikan terhadap risiko autisme. Bahan-bahan kimia berbahaya mengganggu sistem kerja endokrin yang berefek negatif pada perkembangan saraf otak anak autisi.
1. Asap rokok
Asap rokok adalah campuran kompleks dari ribuan bahan kimia, termasuk nikotin, senyawa organik yang mudah menguap, dan logam, seperti kadmium dan timbal.
Susunan kimiawi dari asap yang dihirup perokok (aktif) dan bukan perokok (pasif) mengandung racun berbeda. Kesamaan keduanya adalah sama-sama mengganggu perkembangan sistem saraf yang menyebabkan defisit konsentrasi dan cacat intelektual pada anak autisi.
Interaksi antara nikotin pada rokok dengan reseptor neurotransmiter asetilkolin di otak anak autisi berdampak pada sistem kekebalan tubuh, gangguan homeostasis folat, stres oksidatif, perubahan epigenetik, dan aliran darah ke plasenta pada janin dengan genetik autisme.
Buat bapak, ayah, papa, bapak yang mempunyai anak autisi dan sampai hari ini masih aja merokok, please, hentikan kebiasaan tersebut sebagai bentuk ikhtiar untuk anak kita. Jangan lagi merokok di rumah, juga di luar rumah.
2. Polutan udara
Polutan yang menyebar bebas di udara mengandung ratusan bahan kimia berupa partikulat, tetesan, atau gas. Sebagian besar polutan ini muncul dari aktivitas manusia, seperti asap pabrik, pembakaran limbah, asap kendaraan bermotor, pemanas dan pendingin ruangan, dan sebagainya.
Polutan udara masuk ke tubuh anak autisi atau ibu yang mengandung janin dengan genetik autisme melalui aktivitas bernapas dan translokasi langsung dari hidung ke otak melalui bola olfaktorius, yaitu saraf yang membawa rangsangan bau untuk indera penciuman.
Ini juga alasan anak autisi tidak boleh sembarangan bermain di luar rumah. Selama hampir delapan bulan #dirumah aja, saya baru tiga kali berani membawa Rahif ke tempat terbuka, yaitu dua kali di Surabaya dan satu kali di Jakarta.
Sejak menjalani diet komprehensif, dr Rudy tidak lagi membolehkan Rashif bermain di luar rumah setidaknya selama menjalani sesi terapi 1-2 tahun ke depan. Lebay banget gak sih? Mungkin begitu anggapan banyak orang, tapi inilah ikhtiar kami semua demi kesembuhan abang.
3. Volatile organic compound
Volatile organic compound (VOC) adalah senyawa organik yang mudah menguap yang ditandai dengan bau, misalnya solvent dan tiner. Keduanya sering digunakan sebagai bahan campuran cat.
Solvent membuat cat menjadi mudah diaduk, mudah diaplikasikan ke dinding, dan cepat kering. Solvent akan menguap setelah cat dioleskan ke permukaan benda yang dicat. Pasti kita semua pernah mencium aroma ruangan dalam rumah yang baru selesai dibangun atau direnovasi.
Gas atau uap yang dihasilkan membutuhkan waktu lama untuk benar-benar hilang dari udara dalam ruangan. Uap solvent dan tiner jika berlebihan dapat mengganggu kesehatan, seperti kanker, kerusakan hati, dan gangguan sistem saraf pada orang normal dan anak autisi.
Konsentrasi VOC umumnya 2-5 kali lebih tinggi di dalam ruangan dibanding luar ruangan. Makanya VOC sering diistilahkan menyebabkan Sick Building Syndrome.
Keluarga yang memiliki anak autisi dilarang menggunakan bahan-bahan cat off gas. Gunakan cat tembok, cat kayu, atau cat minyak yang No-VOC, bukan yang Low-VOC. Jangan gunakan kayu lapis dan fernis.
Saya jadi ingat pengalaman dr Diana Dewi yang mengalami sendiri regresi (kemunduran) kesembuhan pada puteranya yang autisi, Dastan. Waktu itu keluarga dr Diana baru saja pindah ke rumah baru, sehingga rumah tersebut masih berbau cat, suara bising tukang yang bekerja merenovasi rumah setiap hari.
Semua itu dalam sekejap membuat Dastan yang tadinya berangsur menunjukkan perbaikan kembali ke kondisi lama seperti sebelum diterapi.
Ada juga VOC berbasis minyak bumi, seperti benzena, toluena, etil benzena, dan xilena. VOC juga dihasilkan dari produk-produk home care, seperti pewangi ruangan, pewangi mobil, cat rambut, cat kuku, krim kosmetik, lilin aromatik, dan perlengkapan salon kecantikan. Mungkin ini juga alasan kenapa ibu hamil tidak disarankan sering ke salon dan berlebihan memakai kosmetik.
4. Minyak sulingan
Minyak sulingan adalah produk yang dihasilkan industri minyak bumi. Minyak hasil destilasi ini sering digunakan dalam produk maskara, foundation, lipstik, parfum, sabun mandi, dan produk aromatik yang tak terlalu berdampak negatif pada orsng normal, tapi bisa bersifat racun bagi otak anak autisi.
Anak autisi dilarang mencium minyak aromatik, mau itu diklaim minyak herbal, minyak esensial, dan sebagainya.
5. Logam berat
Timbal dan merkuri adalah dua logam berat yang terbukti kuat merusak perkembangan saraf, mengurangi tingkat IQ, dan menimbulkan masalah perilaku pada anak autisi. Logam lainnya yang meski tidak termasuk golongan berat, tapi berbahaya bagi autisi adalah arsenik, aluminium fluorida, dan mangan.
Ini juga alasan anak autisi dianjurkan tidak makan makanan yang dimasak dengan panci logam, seperti aluminium. Mereka harus makan makanan yang dimasak dengan wadah kaca dan sendok kayu.
6. Pestisida
Ada lebih dari 20 ribu produk pestisida dijual komersial berdasarkan fungsinya, mulai dari insektisida, herbisida, fungisida, rodentisida, fumigan, dan repelan. Paparan pestisida berlebihan bisa memicu neurotoksisitas.
Insektisida misalnya menaklukkan serangga dengan merusak sistem saraf serangga. Mungkin saja dampaknya tidak langsung dirasakan oleh orang normal, tapi kondisinya berbeda pada anak autisi yang sangat sensitif terhadap zat kimia.
7. Pengawet makanan
Anak autisi sangat sensitif terhadap makanan. Berbagai penelitian di luar negeri menunjukkan faktor makanan selama puluhan tahun berperan pada perbaikan atau perburukan perilaku anak autisi.
Jangan memberikan anak autisi makanan yang mengandung pewarna, perasa makanan artifisial, terlebih berpengawet. Olah sendiri makanan yang akan dikonsumsi anak autisi kita.
Sebaiknya tidak membelikan anak makanan yang dibuat pabrik atau industri rumahan yang mengklaim menjual makanan untuk autisi atau makanan untuk anak berkebutuhan khusus, kecuali kita sebagai ibu kenal langsung dengan orang yang membuatnya dan melihat langsung proses pengolahan di dapur yang bersangkutan.
8. Paraben
Paraben adalah bahan kimia pengganggu endokrin yang berpotensi memengaruhi perkembangan saraf anak dengan gangguan spektrum autisme.
Bahan kimia ini sering digunakan untuk membuat produk kosmetik supaya tetap tampak segar dengan cara menghambat pertumbuhan kuman, bakteri, dan jamur. Paraben dalam waktu lama digunakan dalam produk sampo, pelembab kulit, gel cukur, bahkan pasta gigi.
Relatif mudah mengetahui apakah paraben terkandung dalam produk home care atau skin care kita di rumah. Periksa label dan cari bahan-bahan, seperti propylparaben, benzylparaben, methylparaben, atau butylparaben. Itu semua adalah nama lain dari paraben.
9. Ftalat
Ftalat atau phthalate adalah sekelompok bahan kimia yang dipakai sebagai plasticizer, sehingga memberi fleksibilitas pada berbagai produk. Ftalat memiliki banyak label, seperti 2-ethylhexyl (Di), phthalate (DEHP), dietil phthalate (DEP), atau dibutil ftalat (DBP).
Penggunaan ftalat sangat luas. Ftalat digunakan pada berbagai produk kosmetik dan perawatan kulit (skin care), seperti parfum, cat kuku, sabun, sampo, lotion, dan hair spray.
Jenis ftalat paling umum yang ada pada kosmetik adalah DEP. Kosmetik yang diklaim non-aromatik sekali pun belum tentu bebas ftalat loh. Makanya paling aman ya sementara kita puasa kosmetik dulu.
Ftalat juga digunakan sebagai pelapis pil pada bidang farmasi. Dalam hal ini saya sudah diperingatkan dokter untuk mengikis manual dengan pisau, kemudian membuang lapisan salut gula jika menemukannya pada obat-obatan Rashif.
Ribet ya diet kimia anak autisi itu? Saya pun sedikit-sedikit masih kecolongan. Namun, saya berusaha semaksimal mungkin mendisiplinkan diri dan keluarga. Ini bentuk ikhtiar untuk kesembuhan anak kita.
Leave a Comment