Autism spectrum disorder (ASD) atau autisme pada dasarnya memang gangguan neurobiologis berat yang memengaruhi komunikasi dan perilaku. Namun, diet yang diterapkan pada anak autis atau autisi bisa berdampak signifikan pada kesembuhan mereka.
Makanan tertentu bisa memperbaiki atau justru memperburuk kondisi kesehatan anak autis. Pada postingan sebelumnya saya sempat membahas tentang leaky gut syndrome pada anak autisi yang dipaparkan oleh dr Diana Dewi dari KIDABA.
Leaky gut syndrome salah satu faktor yang menyebabkan regresi atau kemunduran pada anak autisi. Ini disebabkan jamur candida albicans, masalah enzim, dan kebocoran usus akibat bahan-bahan makanan yang tidak boleh dikonsumsi tetap masuk ke saluran pencernaan anak, seperti susu, gula, terigu, jagung, kedelai, makanan berpengawet, pemutih, pewarna, dan penguat rasa.
Masalah Perilaku Makan Anak Autisi
Sebagai orang tua yang baru tahu soal diet komprehensif pada autisi, wajar jika awal-awal kita khawatir anak bakal makan apa kalo semua makanan kesannya dilarang? Saya pun pernah berpikir demikian.
Dokter Rudy Sutadi, dokter spesialis anak dan konsultan anak autisi dari KIDABA pernah membahas ini. Beliau sebel banget setiap bahas soal diet untuk anak autis, komentar pertama yang muncul dari orang-orang adalah, “Trus, anaknya makan apa?”
Kesannya seolah makanan di dunia ini tuh cuma susu, terigu, gula, kedelai, jagung, dan berbagai makanan berbahan kimia buatan, seperti makanan bermicin, ber-pemanis buatan, atau makanan ber-pewarna.
Pada orang tua yang mau berpikir, mereka pasti mulai mendata makanan yang tidak dibolehkan, kemudian menyusun menu makanan yang dibolehkan untuk anaknya yang autisi.
DR RUDY SUTADI, SPA, MARS, SPDI
Memang benar, untuk membiasakan anak autisi mau mengonsumsi menu makanan lebih beragam, itu perlu pembiasaan. Kalo dietnya benar, anak kita pada akhirnya tidak akan pilih-pilih makanan.
Berikut adalah beberapa perilaku makan yang bermasalah pada anak autisi, sepanjang pengalaman saya mendampingi Rashif.
1. Anak autis gak suka minum air putih
Rashif itu susaaaaah banget kalo disuruh minum. Mungkin karena dia masih bayi dan sebelumnya terbiasa minum susu formula, sehingga gak suka sama air putih.
Supaya Rashif rutin minum air putih, saya sampai-sampai harus ‘sedikit’ memaksa. Biasanya saya akan menandai jadwal Rashif minum air putih di luar jam makan.
Pertama saya akan mengambil dan mendudukkan Rashif di pangkuan saya, kemudian menyodorkannya segelas air putih. Sebelah tangannya akan saya kepit di ketiak saya. Jika tak demikian, Rashif bakal menolak, bahkan berontak, dan ujung-ujungnya gak minum.
2. Anak autis cenderung suka makanan kering
Rashif kalo dikasih cemilan keripik atau kerupuk yang saya buat home-made, itu dalam sekejap bisa langsung habis. Begitu makanannya diganti sama yang teksturnya agak basah sedikit, misalnya bakso, atau sup-sup-an, si abang langsung berubah jadi picky eater.
Rashif itu ngunyahnya lama. Kalo menunya gak dia suka, bisa-bisa makanan di mulut baru selesai dia telan sampai bedug maghrib. Hehehe.
3. Hipersensitif terhadap warna, bau, dan rasa.
Bukan cuma tekstur doang, anak autis kadang hipersensitif terhadap warna, bau, dan rasa makanan. Rashif pemilih banget sama buah. Awal-awal menjalani diet, dia cuma bisa makan buah srikaya saja. Mungkin karena rasanya manis, sehingga enak di lidah.
Padahal, saya menyiapkan tujuh jenis buah berbeda untuk dietnya selama seminggu, mulai dari srikaya, markisa, daging buah kelapa muda, jambu kristal, jambu air hijau, sirsak, dan bengkuang. Tetap saja Rashif hanya lahap makan srikaya.
Saya sampai-sampai harus mengolah beberapa jenis buah yang low phenol itu menjadi makanan berbeda, seperti jambu hijau kristal saya buat menjadi pilus jambu kristal, bengkuang saya buat jadi bakwan bengkuang.
Rashif sangat lama mengunyah daging buah kelapa muda. Dia seringnya hanya mengisap-isap air kelapanya doang, sementara daging buah kelapa setelah manisnya habis pasti dilepeh.
Jika dietnya benar, anak autisi semestinya tidak menjadi pemilih makanan. Berkat kesabaran, saya coba sajikan terus buah-buah tersebut kepada Rashif, sehingga sekarang dia bisa suka sama yang namanya markisa dan jambu air hijau.
4. Pilih-pilih ikan, daging merah, dan unggas.
Beberapa anak autisi sensitif terhadap daging merah, unggas, bahkan ada yang alergi terhadap ikan. Ikan yang saya maksud di sini adalah ikan air tawar, bukan ikan laut, sebab sebelumnya saya sempat membahas larangan sementara anak autisi mengonsumsi ikan laut dan hewan-hewan laut lain yang bisa dimakan.
Pada menu RnE Diet atau Rotasi dan Eliminasi Diet yang dijalani Rashif, saya selalu menyertakan satu jenis ikan dan satu jenis daging/ unggas setiap hari. Contohnya Senin, saya menyiapkan menu ikan lele dan daging bebek untuk Rashif.
Selasa saya menyiapkan daging ayam dan ikan mujair. Rabu saya menyiapkan daging sapi dan ikan gurame. Begitu seterusnya sampai Minggu.
Mengapa harus dobel-dobel, daging dan ikan?
Pada kebanyakan kasus anak-anak autisi menunjukkan defisit asupan protein dan kalsium. Salah satu faktor penyebabnya adalah diet kasien dan gluten yang dijalani.
Kasein adalah protein yang terdapat pada susu dan produk turunannya, sedangkan gluten adalah protein yang terdapat pada terigu, gandum, dan produk turunannya.
Anak autisi menjalani diet kasein dan gluten untuk memperbaiki masalah perilaku yang berpangkal pada masalah di saluran cerna. Setelah pemberian susu formula pada Rashif dihentikan, saya perlu mencari sumber-sumber protein lebih untuk mendukung pertumbuhan, khususnya perkembangan otaknya. Maka dari itu Rashif perlu diberikan satu jenis ikan dan daging setiap hari.
Defisit kalsium anak autisi paling gampang kita lihat pada bagian kuku. Kuku Rashif, khususnya kuku kaki sangat jelek sekali. Kukunya tipis, kering, lancip ke atas, ada garis-garis lurus samar, juga ada bintik-bintik putihnya. Persis seperti kuku kakek-kakek atau nenek-nenek yang udah jompo.
Lagi-lagi karena susu formula distop, Rashif harus mendapatkan sumber kalsium lain dari makanan, yaitu kacang-kacangan. Sayangnya anak autisi tidak boleh pula sembarangan mengonsumsi kacang-kacangan, sebab mereka kan menjalani diet low phenol.
Namun, sebagai ibu kita tak perlu khawatir. Kita hanya perlu memutar otak untuk mencari alternatif lainnya. Allah SWT menciptakan begitu banyak sumber makanan bergizi untuk anak kita, terlepas apapun kendala yang dihadapi.
Maka dari itu saya menyisipkan menu kacang hijau, kacang panjang, dan sayur buncis untuk mencukupi kebutuhan kalsium Rashif. Ketiga jenis tersebut termasuk kategori low phenol, sehingga relatif aman untuk anak autisi.
Dokter Rudy juga meresepkan Rashif suplemen Calcium with Vitamin D-3 Unflavored Powder yang diproduksi Kirkman. Suplemen ini sudah casein-free, gluten-free, soya-free, corn-free, egg-free, yeast-free, dan bebas bahan pemutih, pengawet, dan perisa tambahan yang sangat mendukung diet komprehensif anak autisi.
5. Susah fokus waktu makan
Anak autisi bermasalah pada konsentrasi. Mereka sulit fokus pada satu hal dalam jangka waktu lama, mirip lah dengan anak ADHD. Makanya gak heran jika anak autisi itu susah duduk manis menghabiskan makanan di piring makannya dari awal sampai akhir.
Saya menyiasati hal ini dengan membuatkan Rashif cemilan atau snack yang bisa dia makan kapan saja dia mau. Apalagi pada usia menginjak dua tahun, dr Rudy tidak membatasi jumlah makanan yang bisa Rashif makan, hanya mengatur mana yang boleh dan tidak boleh dia makan.
Artinya, kapan pun Rashif mau makan, mau ngemil, dibolehkan. Cemilan ini berfungsi menyempurnakan asupan makanan utama, seperti nasi dan lauk pauknya yang mungkin kurang diminati anak.
Cemilan yang kita buat harus cemilan sehat. Sebaiknya jangan membeli cemilan untuk anak kita yang autisi dari luar. Kita gak tahu apakah bahan-bahannya aman untuk anak kita, apakah prosedur memasaknya sudaymh benar dengan menggunakan peralatan masak kaca dan kayu, dan apakah pengolahannya sudah memerhatikan standar kesehatan untuk anak kita. Buat sendiri makanan tersebut di rumah, terlepas dari seberapa pun sibuknya kita.
Bikin snack untuk autisi itu mudah dan gak ribet kok. Wong makanan mereka itu minim bumbu, cuma garam doang, plus kalo mau ditambahin bawang putih, daun bawang, daun seledri, atau kemangi.
Soal rasa mah jangan kaget ya, enaknya gak kalah enak dari cemilan yang banyak bumbunya. Percaya deh, saya saja sering mendapati cemilan Rashif ikut dihabiskan oleh kakak dan papanya di rumah.
Lima hal di atas hanya beberapa masalah pola makan pada anak autisi. Saya yakin banyak lagi tantangan yang dihadapi ibu-ibu lain yang bernasib sama dengan saya. Boleh lah berbagi cerita di kolom komentar ya bu.
Cemilan Sehat untuk Anak Autis
Oke, sampai juga kita pada inti dari tulisan saya kali ini. Saya ingin berbagi beberapa ‘penampakan’ cemilan atau snack untuk autisi yang saya buatkan sesuai menu rotasi Rashif di rumah. Lebih jelasnya bisa follow Instagram saya di bawah ini.
Umumnya menu-menu berikut berupa keringan alias keripik, kerupuk, atau pilus. Cara membuatnya hampir sama semua, hanya bahan dasarnya saja berbeda. Sebagian berbahan dasar daging, sebagian ikan, dan sebagian unggas.
Demikian sedikit tips dan contoh snack untuk anak autisi yang bisa kita bikin sendiri di rumah. Kelihatannya aja yang ribet, tapi hal seribet apapun pasti akan terasa mudah ketika kita benar-benar niat dan langsung kerjakan sendiri di rumah. Insya Allah, anak-anak kita yang autisi sembuh tanpa bekas. Amin Ya Rabbal Alamin.
Leave a Comment