Buah lerak atau klerek sudah tak asing di kalangan mahasiswa dan alumnus kampus pertanian seperti saya. Anak-anak Fakultas Kehutanan IPB familiar banget sama pohonnya. Setiap praktikum ke Kebun Raya Bogor saat mata kuliah Dendrologi pasti bertemu dengan tanaman bernama latin Sapindus rarak ini.
Lerak adalah tanaman evergreen dan tropis. Tanaman ini paling banyak tumbuh di Jawa Tengah pada ketinggian 450-1.500 m di atas permukaan air laut.
Morfologi daunnya alternate atau bersilangan. Buah lerak berbentuk drupe berisi satu hingga tiga biji.
Lerak Membunuh Bakteri
Lerak mengandung senyawa fitokimia yang berfungsi sebagai antibakteri. Senyawa itu adalah alkaloid, tannin, flavonoid, polifenol dan saponin.
Alkaloid bekerja sebagai antibakteri dengan mengganggu penyusunan peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga pembentukan diding sel menjadi tidak sempurna.
Polifenol bekerja sebagai antibakteri dengan mendenaturasi protein sel dan menghambat sintesis asam nukleat. Flavonoid bekerja dengan mengikat protein, sehingga mengganggu proses metabolisme.
Tannin bekerja dengan mengkoagulasi protoplasma bakteri. Saponin bekerja dengan meningkatkan permiabilitas membran sel bakteri.
Lerak termasuk suku Sapindaceae dan hanya ada dua spesiesnya di Asia Tengggara, yaitu Sapindus rarak dan Sapindus emarginatus.
Tanaman-tanaman dari marga Sapindus dikenal sebagai soapberies atau soapnuts. Biji buah lerak mengandung minyak, sedangkan kulit buahnya mengandung saponin.
Sejatinya kulit buah ini beracun, tapi dalam artian beracun untuk hewan berdarah dingin, seperti ikan, siput, dan serangga. Makanya rerak bisa digunakan sebagai insektisida.
Saponin yang menghasilkan glikosid dan mengeluarkan busa atau buih dari buah lerak ketika dikocok atau diaduk. Berbagai penelitian ilmiah menunjukkan daging buah lerak mengandung lendir, beraroma harum, dan kaya saponin yang bisa juga diolah menjadi deterjen, obat jerawat, obat eksim, obat kudis, bahkan biopeptisida.
Saponin itu ada dua jenis, yaitu triterpenoid dan steroidal. Jenis saponin pada buah lerak termasuk triterpenoid.
Tak heran jika buah lerak bisa menjadi sabun nabati pengganti sabun kimia yang lebih ramah lingkungan. Lebih jauh manfaat yang saya rasakan adalah lerak bisa menjadi sabun mandi, sampo, juga sabun cuci untuk anak saya yang memiliki Autism Spectrum Disorder (ASD).
Buah Lerak untuk Mencuci Pakaian
Masyarakat Jawa menggunakan lerak untuk mencuci batik tulis, emas, dan perak. Alasannya lerak bahan pencuci paling sesuai yang menjaga kualitas warna batik. Sekarang harga buah lerak juga relatif murah.
Suatu hari saat membahas tentang diet kimia untuk anak saya, senior saya di kampus, Teh Uwie mengingatkan saya manfaat lerak. Saya langsung browsing dan cari, eh ternyata ada yang jual di Tokopedia. Langsung deh belanja online, cukup Rp 37 ribu per kg dan sudah bebas ongkir.
Cara mencuci dengan buah lerak sangat mudah. Kita ambil 5-10 buah lerak, rendam di dalam sebaskom atau segayung kecil air panas, kemudian remas sampai muncul saponin berupa buih-buih alami.
Campurkan cairan saponin tadi ke rendaman pakaian kita, atau ke dalam mesin cuci. Saponin bekerja sebagai surfaktan yang meresap hingga ke serat-serat kain cuci, kemudian mengikat kotoran yang melekat, dan melepaskannya.
Jika tak ada air panas, kita bisa membungkus buah lerak tadi dalam handuk atau kantong kain, kemudian mengikatnya. Masukkan ke rendaman pakaian di mesin cuci.
Hasilnya lumayan bersih loh. Memang sih, saya akui tidak sewangi deterjen bubuk atau cair sebab aroma busa sabun lerak ini sedikit menyerupai cuka. Namun, soal keamanan untuk anak autisi ini sangat amat terjamin.
Sabun Lerak Batangan untuk Anak Autis
Sejauh ini dr Rudy Sutadi, dokter anak saya tak merekomendasikan merek sabun mandi apapun yang aman untuk anak autis. Kalo sabun cuci sih beliau merekomendasikan sabun colek B29 karena penelitian menunjukkan kandungan kimianya tak sekompleks deterjen pada umumnya.
Nyaris semua sabun mandi bayi dan sabun mandi produksi pabrikan mengandung banyak bahan kimia. Pesan dokter gunakan sabun mandi seminim mungkin untuk autisi.
Suatu hari saya ketemu laman https://demibumi.id/ yang menjual produk-produk ramah lingkungan, mulai dari tas, wadah makan, botol minum, face mask, hingga sabun dan body care. Saya melihat mereka memproduksi sabun lerak dengan bahan dasar 100 persen alami dan aman untuk autisi, tidak menimbulkan alergi, dan antibakteri.
Sabun lerak batangan keluaran DemiBumi ternyata berfungsi ganda sebagai sampo juga loh. Saya menyebutnya sabun all-in-one. Cocok untuk semua jenis kulit dan rambut. Komposisinya adalah buah lerak, minyak kelapa, minyak kelapa sawit, dan air hasil distilasi. Alami banget dan bahan pembuatnya aman untuk anak-anak autisi dan ADHD.
Sabun lerak batangan ini saya beli seharga Rp 60 ribu. Satu pack terdiri dari dua buah sabun mandi seberat 60 gram.
Saya beli juga sabun lerak yang sekaligus ada kemasannya. Cocok dibawa kemana-mana saat traveling, lebih mini ukuran 30 gram, dan ukuran wadahnya 7×5.3×2 cm. Harganya Rp 55 ribu.
Sebagian mungkin menganggap harga sabun ini mahal, mungkin setara lima sabun batang dari brand yang sudah cukup familiar, seperti Lifebuoy, Lux, Nuvo, dan sebagainya.
Tak banyak yang tahu bahwa bahan baku sabun lerak kian terbatas. Pohon lerak semakin langka dan sulit ditemui, meski usianya bisa mencapai 90 tahun bahkan seabad. Di Bogor saya hanya melihat tanaman ini di Kebun raya Bogor.
Wajar saja jika harga sabun lerak lebih mahal dari sabun biasa. Apalagi produk perawatan tubuh ini bersifat on demand, bergantung permintaan, dan masih belum diproduksi massal.
Masya Allah ya. Alam menyimpan jutaan potensi yang bermanfaat untuk kelangsungan hidup kita. Tradisi penggunaan sabun lerak zaman nenek moyang kita dulu ternyata masih relevan dengan kehidupan sekarang.
Terima kasih DemiBumi, telah mempermudah diet kimia Rashif. Berkat kalian Rashif, Rangin, dan Mae bisa mandi lebih sehat dan aman.
Leave a Comment