Semua ibu dengan anak kembar pernah berada di posisi saya. Siklus sehari-hari kita berputar di situ-situ saja, mulai dari menyusui, menenangkan mereka kala menangis, mengganti popok, memandikan, meninabobokkan, menemani mereka tidur hingga pagi.
Punya anak kembar sama sekali tak membosankan. Ada saja yang baru setiap harinya. Melihat mereka berkomunikasi satu sama lain dengan bahasa mereka, bermain bersama, saling berebut dot, berbagi cemilan, kejar-kejaran, bahkan saling memukul, mencubit, menggigit.
Repot ya? Kadang kalo udah berada di titik terendah alias stres, capek, lelah, saya mikir pengen si kembar simsalabim langsung gede, trus SD aja. Merawat mereka berdua dari bayi itu ujian dan tantangan banget.
Mengasuh anak itu sulit, mau jalur apapun yang kita pilih. Mau pilih MPASI home made atau MPASI pabrik, mau dikasih ASI atau susu formula, mau dilahirkan normal atau sesar, mau makan tanpa gula garam atau pakai gula garam, mau diimunisasi atau tidak diimunisasi.
Semua pilihan itu sulit. Bisakah semua orang di dunia cukup mendukung penuh perempuan yang telah menjadi ibu tanpa harus menyalahkan pilihan yang telah mereka pilih?
Perilaku Anak Kembar Berdasarkan Usia
Saya selalu menghibur diri akan datang hari di mana anak kembar saya bakalan sibuk satu sama lain ketimbang gelendotan terus sama ibunya. Saya bisa lebih leluasa melakukan kegiatan lain saat waktu itu tiba, tapi kapan?
Saya pun iseng membuka diskusi terkait ini di grup whatsapp Mommy Twins Indonesia. Rata-rata teman saya menjawab mereka bisa lebih santai setelah anak kembarnya berusia dua tahun.
Tiga bulan pertama saya melalui 100 hari terberat mengasuh si kembar. Setelah itu? Pelan tapi pasti saya mulai bisa mendapatkan sedikit demi sedikit kelapangan hidup.
Usia 3 bulan
Saat anak kembar telah berumur tiga bulan, jam tidur mereka lebih panjang. Lamanya 3-4 jam per sesi pada pagi hingga sore hari, serta tidur 8-9 jam di malam hari. Mereka bisa lebih beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Frekuensi menyusui anak kembar saya lebih teratur, gak seperti waktu mereka masih new born, mimiknya nonstop.
Usia 4 bulan
Pada usia ini anak kembar semakin terlatih tidur sendiri, tanpa harus digendong atau diayun terlebih dahulu. Alhamdulillah kedua anak kembar saya mempunyai kebiasaan unik sendiri untuk menenangkan diri ketika mengantuk.
Usia 6 bulan
Anak kembar sudah bisa duduk mandiri pada usia ini. Mereka tidur lebih bebas, mulai dari telentang hingga tengkurap. Frekuensi menyusuinya tengah malam semakin berkurang menjadi 1-2 kali saja.
Anak kembar lebih tenang, misalnya anteng saat dipangku ibunya sembari menonton televisi atau membaca buku. Kita bisa diam-diam meninggalkan mereka untuk mengerjakan hal lain, seperti menyeterika atau mandi lebih lama.
Usia 9 bulan
Anak kembar mulai candu makan makanan padat selama periode MPASI. Mereka mulai mengeksplorasi makanan menggunakan tangan atau sendok. Ibu kadang tak perlu lagi menyuapi mereka, asalkan harus sabar karena makannya pasti belepotan.
Usia 10 bulan
Pada usia 10 bulan hingga seterusnya, anak kembar mulai mengenal lebih baik satu sama lain. Mereka mungkin saja belum bisa merespons main lempar bola bolak-balik, tapi mereka bisa saling tersenyum atau tertawa satu sama lain.
Putera kembar saya saat ini 15 bulan dan mereka sudah bisa bermain cilukba dan main sembunyi. Meski demikian, momen paling sering saya jumpai tatkala mereka saling berebut mainan.
Usia 12 bulan
Anak sudah bisa berjalan, bahkan berlari kecil. Pengawasan terhadap mereka mungkin kembali ketat, terutama mengantisipasi mereka terjatuh atau terbentur. Pekerjaan ibu menjadi lebih ringan setelah anak lancar berjalan dan berlari. Kita cukup menyediakan ruang luas dan aman untuk mereka bergerak.
Usia 36 bulan dan seterusnya
Ini adalah usia di mana ibu mulai mendapatkan kembali ‘kemerdekaan’ di rumah. Anak kembar semakin mandiri. Mereka bisa mencuci tangan sendiri, buang air kecil dan buang air besar sendiri, bahkan mandi dan pakai baju sendiri.
Sama seperti anak-anak lainnya, peran ibu hanya sebagai pengawas dan teman kala mereka butuhkan.
Mengasuh Anak Kembar Kerja Ibu Sepanjang Usia
Mengasuh anak kembar itu seperti menaklukkan puncak-puncak gunung. Sejak kita membawa mereka pulang dari rumah sakit, sejak itu pula kita menghadapi tantangan luar biasa.
Tantangan demi tantangan mengantar kita menuju sukses, kemudian meraih puncak berikutnya. Semakin banyak gunung berhasil kita taklukkan, semakin tinggi kepercayaan diri untuk membesarkan anak lebih baik lagi. Itulah yang semua ibu lakukan.
Bagi saya pribadi, pekerjaan menjadi ibu itu tak ada habisnya. Hari ini mungkin terasa lebih mudah, tapi sesungguhnya anak kembar saya menuju tahap baru dalam hidupnya. Selalu ada kesulitan saya jumpai saat membesarkan si kembar dalam setiap fase usia.
Pola tidur
Bisa jadi si kembar tidur lama di malam hari, juga bangun pagi lebih lama. Namun, siang harinya mereka gak mau lagi tidur siang. Mereka ingin bermain terus dan kita harus mendampinginya.
Pola makan
Bisa jadi si kembar bisa makan sendiri, mau itu pakai tangan atau sendok. Namun, kita harus siap dengan noda kotor di mana-mana. Ada butiran nasi di sana sini, ada noda bekas pisang atau buah naga di sofa, lantai lengket bekas makanan yang tak sengaja mereka injak saat berjalan.
Kondisinya berbeda jika kita menyuapkan mereka makanan. Rumah menjadi lebih bersih karena tak ada bekas makanan berserakan di mana-mana.
Pola menyusui
Bisa jadi si kembar bisa memegang dotnya sendiri, tak lagi sering-sering menyusui langsung dari ibunya. Namun, kita harus stand by setiap botol dotnya habis. Buru-buru ke dapur membuatkan susu, sebelum mereka menangis karena kehausan.
Pola bermain
Bisa jadi si kembar bisa bermain satu sama lain, tapi belum mengerti konsep berbagi dan bermain bersama. Kita lebih sering mendengar tangisan hasil ‘paduan suara’ mereka bersamaan. Kadang ada teriakan tiba-tiba karena salah satu mencubit atau menggigit saudaranya. Ini tentu berbeda jika mereka masih belum leluasa bergerak, hanya duduk di kursi bouncer-nya sambil menonton channel anak di televisi.
Makanya saya begitu menghargai sekecil apapun kemajuan yang ditunjukkan anak kembar saya. Sebagai contoh, mereka bisa tidur lebih lama di malam hari, bisa memegang botol dot sendiri, makan sendiri, duduk sendiri, bermain dan sibuk sendiri-sendiri, bergaul dengan saudara kembar atau saudaranya yang lain.
Saat mereka tertidur pulas, saya bisa menghargai arti ketenangan. Saya bisa duduk selonjoran di sofa depan televisi, hingga terlelap bertemu pagi.
Waktu bisa terasa sangat cepat atau sangat lambat saat kita mengasuh anak kembar. Satu hari bisa terasa satu minggu, tapi satu bulan bisa juga terasa satu minggu.
Satu hal yang perlu selalu diingat adalah kita tengah menjaga amanah Allah SWT. Kebutuhan dasar anak kembar, yaitu kasih sayang dan kehadiran orang tua mereka tetap prioritas.
Leave a Comment