Apa yang terbayang saat kamu mengingat Bali? Pantai, ayam betutu, ramah tamah budaya, tari kecak, pura, Hindu, bule, hamparan sawah, atau film Eat Pray Love-nya Julia Roberts? Adakah yang sama seperti saya, membayangkan karangan bunga yang dikalungkan di leher sesampainya kita di bandara, saat menginap di sebuah hotel untuk berbulan madu, atau menjadi tamu spesial di sebuah acara di Pulau Dewata?
Sekar jepun, bunga jepun, bunga kamboja, frangipani, plumeria, apapun sebutannya adalah bunga yang kaya makna dan simbol dalam kehidupan masyarakat Bali. Bunga ini digunakan di berbagai kesempatan, mulai dari sebagai ucapan selamat datang, hadiah, upacara agama, salam, pernikahan, hingga perayaan akan prestasi.
Bunga Sakral di Bali
Bunga jepun atau kamboja mungkin ditakuti sebagian masyarakat di Pulau Sumatera. Mengapa? Bunga ini ditanam dan tumbuh subur di area pemakaman. Waktu duduk di bangku sekolah dasar, saya suka memetik bunga ini sepulang sekolah. Seringnya saya mengambil bunga kamboja yang berguguran di tanah ketika melintasi area pemakaman yang kebetulan jalur menuju rumah saya.
Sesampainya di rumah, nenek pasti langsung membuangnya. Nenek bilang kamboja itu bunga kuburan, membawa ketidakberuntungan, dan hal-hal mistis lainnya. Padahal, saya suka sekali baunya yang khas.
Beda cerita kalo kita tinggal di Bali. Bunga jepun justru bunga suci. Setiap hari saya melihat tetangga-tetangga saya yang beragama Hindu menggunakan bunga ini kala sembahyang. Mereka rata-rata menanam pohonnya di depan rumah.
Bunga jepun memiliki dua makna bagi umat Hindu. Pertama, lambang Dewa Siwa di mana bunga diapit dengan dua telapak tangan saat ritual sembahyang. Selesai beribadah, bunga jepun kemudian ditajukan di atas kepala, sanggul, atau diselipkan di telinga. Kedua, fasilitas ibadah di mana bunga jepun menjadi bagian dari sesajen yang dipersembahkan untuk Tuhan dan roh leluhur.
Istana Taman Jepun, Denpasar
Kota Denpasar memilik obyek wisata rekreatif yang bisa menjadi pilihan wisatawan, yaitu Istana Taman Jepun Bali atau Bali Frangipani Palace. Pengunjung tak akan menyangka di tengah padatnya lalu lintas dan keriuhan ibu kota Provinsi Bali ini terselip tempat wisata berupa taman bunga yang mengundang decak kagum.
Istana Taman Jepun pada dasarnya tempat pelestarian plasma nutfah Indonesia, spesifiknya bunga jepun. Saya berkesempatan berbincang langsung dengan pendirinya, Bapak Oka Dipa. Beliau seorang pemulia tanaman.
Sekitar 2009, Bapak Oka menginisiasi pengembangan kebun bunga berbasis frangipani. Pilihannya jatuh pada bunga ini karena preferensi pribadi.
Bapak Oka menganggap bunga jepun bisa menunjukkan kebesaran Tuhan. Bunga jepun tidak dikelompokkan ke dalam kelas-kelas tertentu, sebagaimana anggrek, mawar, antorium, dan bunga mahal lainnya.
Tidak ada bunga jepun kelas 1, 2, 3, dan seterusnya. Ini menunjukkan bagaimana cara Tuhan memandang kita sebagai manusia. Semua jiwa sama di mata Sang Hyang Widi.
Jepun merupakan tanaman konvensional, tanaman keras, dan sukulen atau kuat. Tanaman ini tidak membutuhkan perawatan spesifik, bahkan penyemprotan hama hanya dilakukan sekali dalam delapan bulan.
Sebagian besar bibit bunga di taman ini merupakan hasil budidaya sendiri. Setahun kemudian Bapak Oka mendapat bantuan Departemen Pertanian.
Ada 400 varietas jepun ditanam di lokasi seluas 2,5 hektare (ha) ini. Sebanyak 140 varietas berasal dari Bali, sementara 260 varietas dari luar negeri, khususnya Hawaii dan Thailand.
Terbesar di Dunia
Bapak Oka berpikir meningkatkan fungsi kebun bunga ini tak sekadar areal pelestarian plasma nutfah, melainkan juga tempat wisata. Ia ingin mengaplikasikan konsep Tri Hita Karana, pegangan hidup masyarakat Bali yang mengeratkan hubungan Tuhan, alam, dan manusia.
Kebun tanpa interaksi tidak akan hidup. Logikanya, jika taman ini hanya mengandalkan orang-orang yang datang karena suka dengan bunga jepun saja, tentu berat. Padahal taman ini membutuhkan biaya perawatan dan pelestarian. Pengelolaan Taman Jepun tidak serupa Kebun Raya Bogor yang disokong pemerintah dan LIPI.
Perlahan Istana Taman Jepun berkembang menjadi taman wisata, tempat orang-orang berkumpul, pengembangan biopori, pelestarian tanah, pengelolaan tanaman, hingga penyulingan bunga jepun untuk aromaterapi atau minyak esensial.
Istana Taman Jepun kini menjelma menjadi kebun bunga frangipani terbesar di dunia. Tuh, gak nyangka kan kalo ada di Bali?
Jumlah kunjungan wisatawan ke taman ini terus meningkat dari tahun ke tahun. Taman Jepun juga sering digunakan sebagai venue pernikahan. Ada fasilitas ruang seminar dan meeting room berkapasitas hingga 35 orang.
Ada empat aktivitas olahraga bisa dilakukan di sini, yaitu yoga, panahan, sepak bola, dan gateball.
Monumen Charles Plumier
Obyek pertama yang dijumpai begitu kita masuk ke taman bunga ini adalah patung kepala Charles Plumier. Plumier seorang ahli botani dari Prancis yang menemukan genus Frangipani bernama Plumeria. Dia melakukan tiga ekspedisi botani ke Hindia Barat dan dinobatkan sebagai botanis oleh Raja Louis XIV dari Inggris.
Botanis kelahiran Marseille ini mendalami fisika dan matematika sejak masih 16 tahun. Dia mulai belajar botani ketika dikirim ke sebuah gereja di Roma. Di sana Plumier bertemu dengan Joseph Pitton de Tournefort yang mengenalkannya berbagai macam tanaman hingga keduanya bertualang melakukan sejumlah ekspedisi.
Plumier amat piawai menggambar. Dia mendokumentasikan dan mengklasifikasikan lebih dari 4.000 spesies tanaman di mana 700 spesies di antaranya adalah jenis baru, termasuk frangipani. Plumier menggambarkan sangat detail karakteristik fisik masing-masing tanaman ke dalam herbarium.
Danau Buatan
Istana Taman Jepun memiliki danau buatan cukup luas. Danau yang terletak persis di depan Restoran La Jepun ini menyajikan pemandangan menyejukkan mata. Aneka jenis burung ditemukan di sini, khususnya angsa hitam, angsa putih, itik, dan berbagai jenis burung air.
Beberapa tempat duduk terbuat dari batu ceper terletak di pinggir danau. Kita juga bisa memberi makan angsa hitam. Terkadang sepasang angsa hitam menepi menghampiri kita untuk makan. Tubuhnya hitam, paruhnya merah. Cantik sekali.
Restoran La Jepun
Istana Taman Jepun termasuk obyek wisata paling sering saya kunjungi selama enam tahun tinggal di Bali. Salah satu alasannya karena keberadaan restoran ini.
Restoran La Jepun sangat ramah keluarga. Tempat makan ini menyediakan aneka makanan, mulai dari nasi goreng dengan kisaran harga 28-33k, mie goreng (30-40k), ayam (27-40k), udang (35k), cumi (40k), ikan gurame (65k), sayuran (18-25k), serta aneka tofu dan telor (10-30k). Ada juga western food, seperti fish & chips, spagheti, french fries, beef steak, dan pizza dengan kisaran harga 29-60k.
Suka ngopi sambil beresin kerjaan? Restoran ini menyediakan aneka kopi, mulai dari capucino, latte, espresso, americano coffee, black coffee, gelato coffee, luwak white coffee, dan tak ketinggalan kopi bali. Kisaran harganya 14-25k saja.
Aneka minuman dingin siap memuaskan dahaga. Ada jus tomat susu, jus pepaya susu, jus wortel, jus alpukat, jus stroberi, jus sirsak, jus melon, jus jeruk, atau mix-fruit juice. Harganya rata-rata 15-17k. Ada juga lemon tea, lychee tea, es teh, soda gembira, jelly milk, dan tak ketinggalan jepun tropical drink yang layak dicoba.
Kita gak perlu membayar tiket masuk jika ingin makan di restoran ini. Jika tidak mampir ke restoran, pengunjung dikenakan biaya Rp 10 ribu per orang. Murah banget loh.
Bermain Gateball
Istana Taman Jepun memiliki lapangan gateball berstandar internasional. Gateball adalah olah raga yang dimainkan dua tim menggunakan tongkat pemukul khusus. Olah raga ini aslinya berasal dari Memuro, sebuah kota kecil di Hokkaido, Jepang dan sudah dikenal sejak 1947.
Tidak banyak tempat bermain gateball di Indonesia. Selain di Bali, olah raga rekreasi ini bisa dimainkan di Taman Pramuka, Bandung.
Gateball atau disebut juga bola gawang bisa dimainkan siapa saja, tanpa membedakan umur. Inilah kenapa disebut barrier-free sport. Kakek, nenek, om, tante, ayah, ibu, dan anak mereka bisa berada dalam satu tim sepanjang memahami aturan main. Bolanya dimainkan dengan cara digulirkan, tidak disepak sebagaimana sepak bola, tidak pula dipukul melayang sebagaimana hoki. Jadi, tidak perlu fisik tangguh untuk bermain gateball.
Pemainnya hanya perlu mengatur taktik dan strategi jitu untuk memenangkan permainan dalam waktu singkat. Setiap pemain harus memukul bola dalam waktu kurang dari 10 detik. Masing-masing tim berlomba mengumpulkan skor terbanyak selama 30 menit permainan.
Gateball memadukan olah raga golf dan catur. Jika golf memasukkan bola ke dalam lubang kecil, maka gateball memasukkan bola ke dalam gawang kecil. Stick bolanya berbentuk palu di mana panjang pendeknya bisa diatur sesuai selera pemain.
Taman Jepun dibuka mulai pukul 08.00 hingga 22.00 WITA. Destinasi wisata ini beralamat di Jalan Hayam Wuruk Nomor 104H, Denpasar. Pengunjung Muslim yang ingin beribadah tak perlu khawatir karena pengelola menyediakan tempat shalat dan berwudhu, meski tidak mengadakan mukena dan sarung.
Agustus-Oktober setiap tahunnya menjadi waktu paling pas datang ke sini. Pada bulan-bulan tersebut bunga-bunga Jepun bermekaran warna-warni. Sore hari adalah waktu favorit pengunjung. Sinar matahari tak lagi menyengat. Riuhnya kehidupan khas perkotaan sejenak terlupakan ketika menyapa sore di sini.
Leave a Comment