Men are From Mars, Women are From Venus. Judul bukunya menarik dan kesannya menyenangkan buat dibaca ya. Padahal, buku ini tuh membahas banyak hal serius dalam hubungan pria dan wanita dewasa dari cara keduanya berkomunikasi.
- Judul: Men are from Mars and Women are from Venus
- Penulis: John Gray
- Penerjemah: T Hermaya
- Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
- Tahun Terbit: 1992 (Cetakan ke-21, Agustus 2013)
- Tebal: 435 halaman
Dahulu kala, orang Mars berjumpa dengan orang Venus. Mereka jatuh cinta dan menjalin hubungan bahagia. Mereka saling menghormati dan menerima segala perbedaan.
Orang-orang Mars dan orang-orang Venus kemudian tiba di Bumi. Mereka mulai menderita amnesia. Mereka lupa bahwa mereka berasal dari planet berlainan.
Kiasan ini adalah ilustrasi pertengkaran dan perselisihan yang umum terjadi antara pria dan wanita. Penulis, Dr John Gray menjelaskan munculnya perbedaan-perbedaan antara pria dan wanita yang mengganggu terciptanya hubungan cinta saling melengkapi.
Buku ini ditulis berdasarkan keberhasilan Gray selama bertahun-tahun mendampingi kliennya yang merupakan pasangan suami istri dan perorangan. Ia memberi nasihat mengenai cara mengatasi perbedaan gaya berkomunikasi pria dan wanita, juga perilaku keduanya supaya bisa saling memahami.
Buku setebal 435 halaman ini diberikan seorang sahabat di hari pernikahan saya, 14 Februari 2014. Mba Linda yang waktu itu tengah berkuliah di Belanda menyempatkan diri menjadi saksi hari bahagia saya dan suami. She’s found this book useful and nice. Saya pun dengan senang hati membacanya sampai habis.
Berkat buku ini pula saya yang masih budak mentah soal hubungan pernikahan belajar banyak tentang perbedaan pandangan antara laki-laki dan perempuan. Nasihat-nasihat Gray sangat membantu saya.
Singkatnya, sebelum kita memperlakukan pasangan sebagai individu, kita harus memperhitungkan perbedaan perilaku antara pria dan wanita.
Bab-Bab Favorit
Komunikasi faktor utama untuk menemukan keseimbangan hubungan jangka panjang. Buku ini bagus dibaca pasangan yang sedang menghadapi hubungan sulit, atau pun pasangan yang ingin menjalin hubungan langgeng hingga kakek nenek.
Gray pertama kali menerbitkan buku ini 1992. Lawas banget ya? Buku ini penuh dengan contoh-contoh praktis yang bisa kita terapkan langsung dalam kehidupan berpasangan.
Gray menuliskan pemikirannya ke dalam 13 bab. Secara umum saya suka seluruh babnya, tapi biar gak spoiler abis, saya akan paparkan tiga bab favorit.
Bab 3: Kaum Pria Masuk Gua, Kaum Wanita Berbicara
Salah satu perbedaan terbesar antara pria dan wanita bisa dilihat dari cara mereka menghadapi stres. Pria akan memusatkan perhatian dan menarik diri. Sikap pria ini membuat wanita semakin bingung dan terpengaruh secara emosional.
Pria merasa lebih baik ketika memecahkan persoalan, sementara wanita merasa lebih baik ketika membicarakan persoalan. Ketika pria dan wanita tidak paham cara masing-masing menghadapi stres, dijamin deh bakal terjadi gesekan yang gak perlu dalam hubungan.
Contohnya nih, ada pasangan suami istri yang capek banget baru pulang kerja. Begitu sampai di rumah, suami mau beristirahat dengan cara santai sambil nonton televisi. Suami merasa lebih lega melakukan itu. Istri yang juga lelah ingin beristirahat dengan cara curhat, menceritakan masalah-masalahnya pada sang suami.
Eh, ternyata pasangan tersebut gak ngerti cara masing-masing menyelesaikan masalah. Suami diam-diam menganggap istrinya terlalu banyak ngomong, sedangkan istri merasa diabaikan suami. Jurang keduanya semakin lebar jika masing-masing tak saling memahami.
Gray memaparkan lima kesalahan umum reaksi pria dan wanita saat bertengkar, yaitu:
- Saat wanita berkata, “Kau tidak mendengarkan,” pria berkata, “Apa maksudmu aku tidak mendengarkan? Aku dapat mengatakan padamu segala yang kau katakan.” Pria yang sedang berada di gua bisa merekam apa yang dikatakan wanita, meski 95 persen pikirannya terpusat pada masalah lain. Pria menganggap bila dia mendengarkan wanita dengan fokus lima persen saja, itu sudah berarti mendengarkan, sementara wanita menginginkan perhatian pria hingga 100 persen.
- Saat wanita berkata, “Aku merasa kau tidak hadir di sini,” pria berkata, “Apa maksudmu aku tidak hadir di sini? Tentu saja aku hadir di sini. Bukankah kau melihat tubuhku?” Pria berpikir jika tubuhnya hadir, wanita tidak boleh berkata ia tak hadir di situ. Namun, sekali pun tubuh pria hadir, wanita tidak merasakan kehadiran pria sepenuhnya. Itulah yang dimaksud wanita tadi.
- Saat wanita berkata, “Kau tidak peduli padaku,” pria berkata, “Tentu saja aku peduli. Kau pikir kenapa aku berusaha memecahkan masalah ini?” Pria menganggap karena perhatiannya terpusat memecahkan masalah yang entah bagaimana akan bermanfaat bagi wanita, maka wanita seharusnya mengerti si pria mengasihinya. Namun, wanita perlu merasakan perhatian langsung dan kepedulian pria. Itulah yang benar-benar diinginkan wanita.
- Saat wanita berkata, “Aku merasa diriku tidak penting bagimu,” pria berkata, “Konyol sekali. Tentu saja kau penting.” Pria berpikir wanita tidak seharusnya merasa demikian, sebab pria sedang memecahkan persoalan yang bermanfaat bagi si wanita. Pria tak menyadari saat dia tengah memusatkan perhatian pada satu kesulitan, ia sesungguhnya mengabaikan kesulitan-kesulitan yang dirisaukan wanitanya.
- Saat wanita berkata, “Kau tak punya perasaan. Kau terlalu banyak berpikir,” pria berkata, “Apa salahnya tindakanku? Bagaimana aku harus menyelesaikan ini?” Pria berpikir wanita terlampau kritis dan banyak menuntut, padahal pria sedang melakukan hal penting agar dapat menyelesaikan kesulitan. Pria merasa tak dihargai. Dia tak mengakui perasaan istrinya. Kaum pria tak menyadari betapa ekstrem atau cepat mereka beralih dari bersikap hangat terhadap istri menjadi tak mau tahu dan menjauh.
Pria perlu menyadari bahwa sikap menyerang, menyalahkan, atau mengecam yang diperlihatkan wanita hanya sementara. Dengan belajar mendengarkan, pria menemukan sejauh mana manfaat berbicara bisa mengurangi kesulitan-kesulitan yang dirasakan wanita.
Wanita menemukan kedamaian setelah memahami ketika pria sedang berada di guanya, bukan berarti cintanya berkurang. Wanita belajar untuk lebih menerima saat-saat ini, karena pria sedang mengalami banyak tekanan.
Bab 9: Mencegah Pertengkaran
Gray menekankan seluruh pasangan sebaiknya menghindari pertengkaran. Bicarakan segala sesuatu meski ada pro kontra. Rundingkan apa yang dikehendaki, tapi jangan bertengkar. Perasaan-perasaan negatif pun bisa diungkapkan secara jujur dan terbuka tanpa harus berselisih paham.
Ada pasangan yang bertengkar sepanjang waktu, dan lama kelamaan cinta mereka mati. Ada pula pasangan yang sengaja menekan perasaannya untuk mencegah pertengkaran. Pasangan satu menjalankan perang terbuka, sementara pasangan lain menjalankan perang dingin.
Yang terbaik, sebut Gray adalah menemukan keseimbangan antara keduanya. Caranya? Ingatlah bahwa pria dan wanita itu berasal dari planet berbeda.
Setiap hubungan pasti ada pasang surutnya. Saat tengah berada di masa sulit, hal terpenting adalah mencoba berkomunikasi dengan penuh cinta, mengiyakan, dan menyetujui. Ingatlah, betapapun bagusnya kita memilih kata-kata untuk mendebat pasangan, perasaan di balik kata-kata kita itulah yang paling penting.
Bab 13: Menjaga agar Keajaiban Cinta Tetap Hidup
Hubungan cinta itu kadang paradoks. Kita mungkin pernah mengalami kasus-kasus berikut ini.
- Hari ini kita merasa dicintai pasangan, tapi begitu bangun keesokannya kita merasa terganggu dengan sikapnya itu dan marah padanya.
- Hari ini kita tertarik pada pasangan, tapi besoknya kita mati rasa di hadapannya.
- Istri ingin berhubungan seksual dengan suami, tapi begitu suami menghendakinya, tiba-tiba istri tak bergairah lagi.
- Kita hari ini merasa bahagia dengan pasangan, tapi tiba-tiba merasa hubungan ini tak ada harapan.
- Hari ini kita membayangkan tak bisa hidup tanpanya, tiba-tiba keesokan harinya kita bertengkar dan ingin bercerai.
Hubungan pernikahan itu mirip dengan taman bunga. Jika kita ingin bunga-bunga di taman kita tumbuh subur, kita harus mengairinya teratur, rumput-rumput sekitarnya perlu dicabuti, dan disemprot hamanya.
Cinta juga mengalami empat musim. Jatuh cinta tak ubahnya seperti musim semi. Kita merasa seolah akan bahagia selamanya. Kita membayangkan tak bisa hidup tanpanya. Pokoknya rasanya abadi. Pasangan terlihat begitu sempurna.
Saat musim panas tiba, kita menyadari pasangan kita tak sesempurna yang kita kira. Dia ternyata punya banyak kekurangan. Kecewa muncul satu demi satu, seperti rumput-rumput liar yang tumbuh di taman bunga di musim panas. Kita harus mencabutinya.
Banyak pasangan gagal mempertahankan hubungan di musim ini. Mereka tidak menyadari cinta itu tidak mudah. Cinta juga menuntut kerja keras.
Musim gugur tiba. Setelah kita berhasil memelihara taman bunga kita di musim panas, cinta kita semakin matang. Kita bisa menerima kekurangan-kekurangan pasangan, juga kekurangan kita. Musim gugur adalah waktunya berterima kasih dan saling berbagi rasa. Nikmati indahnya kisah cinta kita di musim ini.
Setelah berbulan-bulan, musim dingin menjelang. Ini adalah saat di mana masing-masing pasangan perlu tumbuh menyendiri. Kita perlu lebih melihat ke dalam diri kita sendiri, bukan diri pasangan.
Ini adalah waktunya self-healing dari sisa-sisa kecewaan di masa lalu. Setelah berhasil menyembuhkan diri sendiri, percayalah musim semi akan datang lagi dan pasangan akan saling jatuh cinta lagi. Begitulah siklusnya cinta.
Kesimpulan
Apakah nasihat-nasihat Gray masih berlaku 28 tahun kemudian setelah buku ini diterbitkan?
Masih banget. Buku ini dinobatkan sebagai Timeless International Best-Seller loh.
Apakah kita harus mempunyai pasangan, baru boleh membaca buku ini?
Gak dong. Buku ini bisa dibaca kapan saja dan oleh siapa saja, termasuk para jomblo atau lajang di luar sana.
Apakah setelah baca buku ini kita benar-benar bakal klik selamanya sama pasangan, gak berantam-berantam lagi?
Gak jaminan. Semua bergantung ke pengendalian diri kita. Namanya juga manusia. Emosinya bisa naik turun.
Berikut adalah beberapa kesimpulan setelah saya membaca buku ini:
- Kunci hubungan baik dan tahan lama adalah menerima perbedaan. Wanita selalu ingin menjadikan pria sosok lebih baik, tetapi pria menginginkan wanita menerima dirinya apa adanya. Pria harus didekati seolah ia dapat menemukan solusi.
- Pria fokus pada kemampuan mereka. Jika mereka tidak bisa menyelesaikan masalah, mereka merasa apa yang mereka lakukan membuang-buang waktu saja. Wanita suka mendiskusikan masalah, meski tak ada solusi. Ini karena hal terpenting bagi wanita adalah mereka bisa mengungkapkan perasaan mereka.
- Wanita itu seperti gelombang pasang, bisa naik ke tebing tertinggi, kemudian jatuh ke palung terdalam, tapi tetap bisa bangkit kembali. Pria harus tahu waktu terbaik mendekati wanita saat mereka membutuhkan kehadiran pria. Pria senang ketika mereka merasa dibutuhkan, sementara wanita senang ketika mereka dihargai.
- Ada kalanya pria ingin dekat dengan pasangan, tapi ada kalanya ingin menjaga jarak dan menjauh sejenak. Pria menyendiri bukan karena disengaja, melainkan naluriah mereka. Wanita yang tidak paham sifat ini akan menganggap hubungannya tengah bermasalah. Ketahuilah bahwa pria itu seperti karet gelang yang kadang meregang, tapi akan kembali ke bentuk semula.
- Pria marah ketika mereka merasa tak dipercaya, tidak dikagumi, tidak diterima. Wanita marah ketika mereka tidak didengarkan atau tidak diprioritaskan.
Saya merekomendasikan buku ini untuk dibaca. Kita bisa memilih bab-bak yang menurut kita cocok dengan keadaan kita, kemudian mengujinya. Jika saat ini kamu masih sendiri dan ingin menjalin hubungan dengan seseorang, sekarang waktu yang tepat untuk membaca buku ini. Semoga masih ada dijual di Gramedia atau toko-toko buku online ya.
Leave a Comment