Bayi kembar, demikian dokter mendiagnosis dua detak jantung di rahim saya dua tahun lalu. Menjadi ibu memang istimewa, tetapi menjadi ibu dari dua bayi kembar adalah suka cita yang langka.
Orang-orang umum mengenal istilah kembar identik, yaitu ketika satu sel telur dibuahi sel sperma, kemudian membelah menjadi dua. Ada lagi kembar non-identik atau kembar fraternal, yaitu sel sperma membuahi dua sel telur terpisah. Putera kembar saya merupakan jenis yang kedua.
Pertanyaan paling sering ditujukan kepada saya adalah apakah saya ada keturunan kembar? Ada, tapi siapa saja sebetulnya berpeluang mempunyai bayi kembar, mau dia ada turunan kembar atau tidak. Itu karena perempuan bisa melepaskan dua sel telur dalam satu siklus haid setiap bulannya. Jadi, kenapa gak mungkin kita punya anak kembar?
Uniknya Menjadi Ibu Bayi Kembar
Bayi kembar merupakan satu dari sekian banyak keajaiban Allah SWT di muka bumi ini. Saya tak menyangkal menjadi ibu dari dua anak sekaligus merupakan tantangan tersendiri.
Bertahan dengan kehamilan kembar dan melahirkan Rashif Rangin saat usia kandungan penuh 9 bulan 10 hari adalah prestasi tersendiri. Namun, setelah keduanya lahir ke dunia ini, saya sadar itu hanya permulaan saja. Menyusui dan merawat mereka 15 bulan terakhir merupakan kenikmatan sekaligus ujian bagi saya sebagai ibu.
Saya tertarik berbagi fakta tentang menjadi ibu dari bayi kembar. Hal ini tentu saja hanya bisa dirasakan ibu yang rahimnya sedang atau pernah mengandung dua janin sekaligus. Enjoy my story.
1. Siap menjadi pusat perhatian
Ketika ibu membawa kedua bayi kembarnya keluar rumah, dia harus siap menjadi pusat perhatian. Semua orang akan tertarik untuk mendekat, berkenalan, bertanya tentang si kembar, mulai dari proses hamilnya, kembarnya identik atau tidak, berapa umurnya, mana yang kakak mana yang adik, lahirannya normal atau sesar, keturunan kembarnya dari siapa, di rumah pakai pembantu atau tidak?
Saya sendiri sudah terbiasa dengan pertanyaan sama yang selalu berulang. Pertanyaan itu sudah datang sejak si kembar masih di perut. Wong saya ini suka jalan-jalan, gak peduli perut segede gaban. Sebagian orang malah takut melihat perut saya yang sangat besar, misalnya setiap kami jalan sore ke Sanur atau Kuta. Mereka udah ngeri-ngeri sedap lihat saya masih lincah bergerak ke sana ke mari.
2. Selalu bisa membedakan si kembar
Jika si kembar identik, maka ibu satu-satunya orang yang paling bisa membedakan mereka. Yah namanya juga ibu yang mengandung sampai brojolin, pasti tahu persis dong mana si A mana si B, meski wajahnya mirip sekali pun.
Berhubung anak kembar saya fraternal alias tidak identik, saya dan orang-orang yang melihat relatif mudah membedakan keduanya. Perbedaan paling mencolok terlihat dari rambut.
Rashif rambutnya tebal, sementara Rangin tipis. Rangin lebih gendut, sementara Rashif lebih mungil, meski tinggi badan keduanya tak jauh berbeda.
3. Dobel capeknya
New mom yang baru punya anak pasti merasakan betapa lelahnya menjadi ibu dari anak tunggal. Apalagi ibu dari dua anak kembar? Dobel capeknya.
Pekerjaan mengganti popok seperti gak ada habisnya. Masak MPASI-nya dobel. Beli susu formulanya dobel. Mandiin bayinya dua kali. Nyuci pakaiannya dobel.
Hal paling melelahkan adalah menyusui mereka. Si A kelar disusui, Si B bangun gantian minta disusui. Begitu terus sepanjang malam, kemudian tanpa sadar ayam jantan sudah berkokok.
4. Gaya menyusui berbeda
Gimana kalo si kembar minta disusui bersamaan? Mau tak mau ya ibu harus belajar cara menyusui bayi kembar dengan posisi yang benar-benar baru. Aneka posisi menyusui bayi kembar pernah saya ulas selengkapnya di sini.
Sebelum hamil kita boleh saja bangga punya payudara indah nan aduhai. Setelah anak lahir, kembar pula, duh jangan harap bentuknya akan kembali seperti semula. Hahaha.
5. Sediakan dua untuk keduanya
Saya tahu ada masanya si kembar bisa berbagi segalanya, termasuk mainan, tapi tidak hari ini saat mereka masih 15 bulan. Mengajarkan konsep sharing is caring di usia yang masih piyik itu bisa menguras emosi. Jadi, sementara ini sediakan dua barang untuk masing-masing anak.
Cuma ibu robot yang rela dan kuat menghabiskan waktu setiap harinya mendamaikan bayi kembar yang sedang rebutan. Saya gak sanggup euy, bisa emosi jiwaaa.
Makanya, kalo Rashif pegang kue, Rangin juga harus pegang kue. Rashif pegang teether, Rangin juga harus pegang teether. Rashif main buku, Rangin juga harus dikasih buku. Kalo gak, bisa saling menguasai. Two of everything, please!
6. Waspada tingkat dewa
Punya bayi satu aja masih suka kecolongan jatuh dari kasur, kepeleset kamar mandi, nabrak tembok, atau lari keluar pagar. Apalagi bayinya ada dua?
Saat Rashif merangkak ke barat mencari kitab suci, Rangin merangkak ke timur mencari kera sakti. Emaknya bingung sendiri.
Bayi itu bisa lebih cepat dan lebih lincah dari yang kita perkirakan loh. Sebagai ibu kita tentu perlu waspada tingkat dewa.
7. Bisa cuek dan santai melihat bayi menangis
Duh, ibu macam apa sih yang cuek dan santai saja melihat bayinya menangis? Jawabannya adalah ibu dari bayi kembar.
Saya sadar saya tak selalu bisa menangani dua bayi dalam satu waktu sekaligus. Saat saya sedang mengganti popok Rashif, kemudian Rangin bangun dan tiba-tiba menangis, ya saya biarin.
Awalnya saya memang gak enak dan kasihan, tapi lama-lama sudah biasa. Pemandangan salah satu bayi guling-guling nangis mengantre digendong misalnya, sudah seperti sarapan pagi buat saya.
8. Kadang kurang simpati sama ibu lain
Jahara yaaa. Yups, perasaan ini benar adanya dan bisa saja muncul ketika ibu bayi kembar sudah merasa begitu lelah. Contoh kasus, tiba-tiba ada ibu baru dengan satu bayi curhat hidupnya sekarang berat banget. Anaknya nangis terus, kerjaan rumah gak pernah kelar, gak sempat masak, capek banget.
“Hellawww, apa kabar gw yang punya dua baby panda menuntut perhatian di waktu sama? Pernah gak lu ngalamin tangan kanan pegang sutil, tangan kiri gendong anak, sementara celana atau rok melorot kelihatan kolor karena digelendotin bayi lainnya dari bawah. Parahan hidup gw sebenarnya, tapi gw gak ngeluh mulu tuh.” Begitu lah kira-kira umpatan emak dalam hati.
Meski demikian, saya pribadi gak pernah remehin teman saya yang lagi kewalahan membesarkan satu anak. Saya tahu kemampuan masing-masing perempuan berbeda. Namun, percayalah, semua bisa kita atasi dengan manajemen waktu yang baik, juga kesabaran tingkat tinggi.
Saya bukannya tidak pernah ada di posisi tersebut, setidaknya waktu pertama kali mengurus Maetami, puteri sulung kami. Hanya saja bedanya saya mau melatih dan membiasakan diri mengatasi semuanya.
9. Punya anak favorit
Ibu mana pun pasti sayang pada kedua bayi kembarnya. Namun, mari kita jujur di sini, ibu tak selalu bisa mencintai mereka sama banyak pada waktu yang persis sama. Biasanya ada salah satu anak yang selalu bisa memenangkan hati kita.
Kadang saya lebih sayang pada Rashif ketimbang Rangin, mengingat si abang lebih pendiam dari adiknya dan sering menjadi korban KDRT adiknya. Hihihi.
Keesokan harinya saya bisa lebih sayang pada Rangin karena dia selalu bisa membuat saya tertawa dan senyum gembira. Rasa seperti ini datang silih berganti. Sesekali kalo saya capek banget, saya bisa masa bodoh juga dengan keduanya.
10. Selalu berusaha mengerti bahasa anaknya
Kita mungkin sering melihat video-video bayi kembar menggemaskan di YouTube. Mereka berceloteh satu sama lain dengan bahasa aneh yang tak bisa dimengerti orang-orang pada umumnya. Hebatnya yang namanya ibu selalu berusaha bisa memahami bahasa anaknya.
Kejadian ini sering saya dapati pada Rashif dan Rangin. Secara ilmiah kita mengenal istilah Cryptophasia. Ini adalah gaya bahasa unik antara dua anak kembar, mau itu kembar identik atau non-identik.
Cryptophasia berasal dari dua suku kata, yaitu crypto yang berarti rahasia, dan phasia yang berarti speech disoder. Speech disorder di sini artinya gangguan bicara di mana perkembangan bahasa anak tidak mengikuti pola seharusnya. Speech disorder tidak sama dengan speech delay atau keterlambatan berbicara. Serupa tapi tak sama gitu deh.
Punya bayi kembar itu anugerah. Saya sudah terbiasa dengan kedua putera saya dan tidak biasa jika tak melihat mereka bersama. Makanya begitu seharian saya hanya menggendong salah satu yang sakit, misalnya Rangin, kemudian sedikit cuek dengan Rashif, saya merasa seperti kehilangan satu tangan dan satu kaki. Love them to the moon and back.
Leave a Comment