10
Pendidikan anak pada usia emas sangat penting (Foto: Apple Tree Pre-School BSD)

Anak-anak abad ke-21 menghabiskan masa kecil dengan cara berbeda dari generasi sebelumnya. Sebagian besar mereka, bahkan di bawah usia dua tahun sudah mengakses dunia digital. Ada yang mempunyai tablet dan ponsel sendiri, memiliki televisi di kamar tidur, menjadi selebgram, bahkan vlogger cilik dengan laman YouTube pribadi.

Gadget atau gawai tak ubahnya seperti ‘dot digital’ yang menjanjikan kenyamanan bagi anak. Banyak orang tua membiarkan anak-anak mereka terpapar layar tanpa batasan waktu.

Orang tua yang bekerja di luar rumah membelikan gawai dengan tujuan menjaga komunikasi dan memantau aktivitas anak. Ibu yang tinggal di rumah memberikan ponsel untuk mengalihkan perhatian anak supaya tidak mengganggu pekerjaan rumah tangga.

Indonesia masuk lima besar negara pengguna gawai tertinggi di dunia, berdasarkan hasil survei Kementerian Komunikasi dan Informasi bekerja sama dengan Lembaga Perlindungan Anak PBB (Unicef) pada 2014. Persentase anak dan remaja pengguna gadget terbilang tinggi, 79,5 persen. Survei lain oleh Indonesia Hottest Insight 2013 menyebut 40 persen anak Indonesia sudah melek teknologi dan menjadi pengguna internet aktif.

Perkembangan anak paling sensitif pada usia 0-6 tahun, disebut periode emas (the golden age). Seluruh aspek kecerdasan intelektual, spiritual, dan emosi berkembang luar biasa di masa ini, serta memengaruhi anak menuju tahap perkembangan berikutnya.

Masa depan anak hendaknya dipersiapkan hari ini dan sedini mungkin. Hal yang perlu diantisipasi adalah perilaku adiktif anak terhadap dunia digital.

Tulisan ini bukan bertujuan melarang anak mengaksesnya. Teknologi bagaimana pun bisa menjadi media belajar, hiburan, dan bersosialisasi. Ia  bermanfaat positif bila digunakan secara bijak dan kreatif, misalnya anak bisa membaca buku lebih banyak melalui tablet.

Teknologi digital berdampak negatif bila digunakan tanpa batas. Anak-anak menjadi kurang bergerak dan berolah raga, sehingga kesehatan fisik menurun dan risiko obesitas meningkat. Ponsel dan layar komputer memancarkan radiasi yang meningkatkan risiko kanker.

Perkembangan kognitif anak terganggu jika terpapar gadget terlalu lama. Padahal, pada usia emas anak seharusnya mengembangkan keterampilan visual, spasial, dan motorik.

Keluarga menjadi lingkungan pendidikan pertama dan utama dalam kehidupan anak. Investasi terbaik yang bisa diberikan orang tua adalah persiapan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).

PAUD memang bukan satu-satunya hal terpenting yang mendukung kesuksesan anak di masa depan. Namun, PAUD menjadi satu di antara banyak hal penting yang perlu diperhatikan.

PAUD tak hanya memfasilitasi anak berinteraksi dengan teman sebaya, atau mengajarkan bidang-bidang pelajaran tertentu. Manfaatnya lebih luas, yaitu mengembangkan kebutuhan esensial anak, baik fisik maupun psikis, yaitu intelektual, bahasa, motorik, sosial, dan emosional.

Pemerintah berkomitmen mencapai target sustainable development goals (SDGs), khususnya terkait perkembangan anak pada 2030. Seluruh anak Indonesia diagendakan mendapat akses PAUD atau pra-sekolah dasar pada waktu tersebut.

Guru dan orang tua perlu saling merangkul anak di era serba digital. Guru PAUD menjadi mediator pembelajaran anak, khususnya kemampuan linguistik dan holistik. Ini karena kecanduan digital mendorong kemampuan berbahasa anak menjadi dangkal. Pengembangan kegiatan multibahasa berbasis digital, pengayaan lansekap linguistik, penyiapan materi dan konten yang sesuai dengan perkembangan usia anak bisa dilakukan seluruh institusi PAUD di Indonesia.

Apple Tree Pre-School BSD adalah satu PAUD dengan kurikulum modern dan terintegrasi yang memungkinkan anak menggapai potensi sepenuhnya. Pendidikan prasekolah yang didirikan sejak 2000 ini membuka kelas untuk anak usia 1,5-6 tahun. Aktivitasnya tidak hanya di dalam kelas, namun juga luar ruangan, seperti waterplay dan field trip. Ada kelas musik, seni, juga bela diri.

01-2.jpg
Belajar memainkan alat musik angklung (Foto: Apple Tree Pre-School BSD)
05-3
Kelas bela diri (Foto: Apple Tree Pre-School BSD)
06-1.jpg
Bermain air (Foto: Apple Tree Pre-School BSD)
IG-Post-Open-House.png

Badan Pusat Statistik (BPS) dalam Survei Penduduk Antar Sensus (Supas) memproyeksikan jumlah penduduk Indonesia berusia 0-17 tahun pada 2025 mencapai 78,9 juta jiwa atau 30 persen dari total jumlah penduduk. Dari jumlah tersebut, kelompok anak usia 0-4 tahun mencapai 21,8 juta jiwa, 5-9 tahun (21,9 juta jiwa), 10-14 tahun (21,9 juta jiwa), dan 15-17 tahun (13,2 juta jiwa).

Proporsi anak usia dini merupakan tertinggi. Hal ini patut menjadi sorotan semua pihak, khususnya pemerintah supaya serius menyempurnakan peta jalan pendidikan usia dini agar  anak-anak Indonesia bertumbuh menjadi generasi emas yang berkualitas dan berkarakter.

Share:

One response to “PAUD Tumbuhkan Generasi Emas di Era Digital”

  1. jarwadi Avatar
    jarwadi

    pendidikan dasar jaman sekarang tidak lagi di SD, tetapi di jenjang sebelum SD. Di negara2 maju pengajar untuk pendidikan anak usia tinggi malah menuntut kualifikasi yang tinggi 🙂

Leave a Comment