Liburan Maetami bersama keluarga terakhir kali itu Lebaran Juni 2018 di Puncak, Bogor. Kali ini om, tante, dan neneknya di Jakarta gantian berkunjung ke Bali. Kangen ceritanya.
Tanpa babibu ide liburan dan bermalam di Bedugul pun muncul. Kami menginap semalam di Strawberry Hill Hotel, Tabanan, Jumat, 7 Desember 2018. Sengaja menghindar berangkat Sabtu karena dijamin akses ke Bedugul bakal macet dan bete duluan.
Hotel Keluarga
Gak perlu mikir lama buat milih hotel ini karena ratingnya rata-rata 9.0 di sejumlah aplikasi online pemesanan hotel. Kisaran harganya rata-rata Rp 550-600 ribu per kamar. Save budget banget untuk hotel senyaman ini.
Hotelnya ramah keluarga banget. Ada kamar single untuk satu orang dengan harga mulai Rp 425 ribu per kamar, double/ twin untuk dua orang (Rp 550 ribu), triple untuk tiga orang (Rp 750 ribu), small family untuk empat orang (Rp 875 ribu), large family untuk lima orang (Rp 950 ribu), dan large family untuk enam orang (Rp 990 ribu).
Anak di bawah 12 tahun, maksimal dua anak dan bersedia sharing kamar dengan orang tua ternyata free of charge. Kamar kami kebetulan untuk dua orang dan di dalamnya udah ada sofa yang juga bisa dijadikan kasur malam hari.
Sesampainya di hotel ini, melihat suasana sekeliling, hasrat vacation langsung berubah menjadi staycation. Hihihi. Hotelnya bersahabat dan indah banget. Kamarnya langsung mountain view, jadinya gak pengen keluar kemana-mana, maunya santai dan malas-malasan di sini saja.
Apa daya list kunjungan sudah disiapkan. Keesokan harinya kami harus check out dan langsung keliling mulai dari Kebun Raya Ekakarya, Danau Tamblingan, Danau Buyan, Danau Beratan, The Sila’s Agrotourism, dan terakhir mampir di Warung Dedari, tempat makan favorit setiap berkunjung ke Bedugul.
Kami berangkat dari rumah Denpasar selepas ashar, sekitar pukul 16.00 WITA dan sampai di hotel 18.00 WITA. Kesan pertama begitu sampai di ruang resepsionis, nyaman banget.
Tanpa sengaja mataku melihat piagam penghargaan hotel nomor satu dari TripAdvisor. Wow, makin excited ngintip ke dalam. Di sebelah meja resepsionis ada perpustakaan mini dipenuhi novel-novel romantis berbahasa Inggris. Yap, hotel ini memang cocok banget buat lokasi pasangan berbulan madu.
Begitu kaki melangkah masuk angkul-angkul – pintu masuk dan pintu keluar pekarangan khas rumah-rumah tradisional Bali – kami langsung disajikan pemandangan kolam ikan dan taman hijau di kiri kanan. Kamar kami tepat berada di depan kolam itu. Strawberry Hill Hotel berdesain cottage, sehingga kita serasa berada di rumah sendiri.
Arsitektur bangunannya detail dan rapi. Materialnya serba kayu, dari pintu masuk, furnitur, atap, sampai lantainya. Di depan setiap kamar pasti ada taman mini yang ditumbuhi rumput-rumput hijau dan bunga didominasi merah.
Kamar-kamarnya dinamai nama-nama gunung di Indonesia. Kebetulan Maetami, papa, dan ibun menginap di Krakatau Room, sementara Om Gifan, Tante Rara, dan Nenek Gurunya Mae menginap di Bromo.
Fasilitas kamarnya lengkap banget, udah kayak hotel bintang tiga ke atas, mulai dari televisi, jaringan wifi, meja kerja, wardrobe, safety box, coffee and tea maker.
Kamar mandi dilengkapi shower, toilet duduk, dan bath tub dengan air panas. Ada balkon pribadi dengan pemandangan taman, gunung, bahkan kebun stroberi.
Istimewanya hotel ini, tamu diperkenankan membawa hewan peliharaan. Keren ya? Meski waktu berada di sana kami tak melihat ada tamu yang membawa hewan peliharaan.
Sarana lain yang bisa dinikmati di hotel ini adalah mini yard golf bagi pegolf pemula, kebun stroberi arena biliar di restoran, hingga lokasi barbeque party di samping restoran. Pelayan hotelnya super ramah dan cepat tanggap merespons permintaan tamu.
Restoran Klasik
Udara dingin khas Bedugul semakin terasa menjelang malam hari. Jumat malam itu sempat mati lampu serentak di kawasan Bedugul, namun pihak hotel langsung memasang genset.
Niat makan malam ke luar hotel diurungkan karena mati lampu dan cuaca gerimis tanggung. Kami sekeluarga memutuskan santap bersama di restoran hotel saja.
Restorannya dua tingkat, bisa diakses dari samping perpustakaan mini, menaiki beberapa anak tangga, sampai deh. Kebetulan sepasang tamu asing juga makan malam di depan meja kami.
Style restoran ini vintage banget. Masuk ke dalamnya serasa lagi di restoran-restoran klasik Jogja atau Jakarta, seperti Cafe Batavia di Kota Tua atau Vietopia Resto di Cikini Raya yang dulu pernah kukunjungi. Bedanya, rata-rata menu di sini adalah Indonesian Food, dan sedikit saja western food.
Soal harga gak usah khawatir, bersahabat banget. Gak perlu dag dig dug pas bayar di kasir. Hihihi.
Jam buka restoran ini untuk makan malam cuma sampai pukul 22.00 WITA. Restorannya sangat instagramable. Ada meja untuk berdua, berempat, dan jamuan besar.
Mini bar tepat di sisi kanan pintu masuk. Ada dart board buat yang hobi permainan lempar jarum. Tamu juga bisa memilih meja makan yang dekat dengan tungku perapian, nyaman banget.
Kami pun memesan sate kambing, nasi campur, tongseng kambing, ayam goreng jogja, tak ketinggalan jeruk manis hangat dan sekoteng.
Sembari menunggu makanan datang, tiba-tiba mama dan om tantenya Mae nanya, “Udah siapin nama buat si kembar belum?” Aku dan mas pun saling pandang pandangan.
Udah, kita udah nyiapin beberapa alternatif nama buat adek-adeknya Mae. Sembari menunggu makan malam terhidang di meja, kami pun seperti mengadakan rapat keluarga dadakan, buat voting nama terbagus untuk si kecil nanti 🙂
Perut kenyang, balik ke penginapan, tidur di kamar yang cozy dan bersih banget. Pihak hotel gak menyediakan AC karena emang gak perlu pake AC. Udah pake AC alami karena lokasi kita menginap itu area pegunungan.
Mae tidur nyenyakkkk banget. Biasanya di rumah dia bangun dua kali minta susu, eh kali ini gak kebangun sama sekali sampai pagi. Begitu bangun, minum susu, langsung berendam di bak air hangat bareng ibunnya.
Green Hotel
Sebelum jam 7, papa pergi sebentar ke restoran buat kasih list menu sarapan. Katanya pengen sarapan di gazebo depan kamar aja, sekalian lihatin ikan di kolam, requestnya Mae dari kemarin sore.
Sembari menunggu sarapan datang, kami pun keliling hotel, menghirup udara pagi yang segar sekali. Mae hepiii sangat. Begitu sampai di kebun strawberry, sayangnya bulan itu belum musim panen.
Baca Juga: Pasti Happy di Ayodya Oemah Strawberry
Lingkungan hotel ini asri sekali. Pokoknya pagi itu emak senyum terus. Berhubung kemarin kami sampai di hotel sudah mulai gelap, kami baru sadar betapa cantiknya pemandangan sekitar.
Taman-taman hotel ini dipenuhi bunga flamingo (Anthurium Andraeanum), sejenis anthurium, berdaun hijau dan berbunga merah menyala menyerupai hati. Tongkol bunganya berwarna kuning. Loveeee banget. Ini salah satu tanaman yang masuk ke dalam NASA Clean Air Study karena efektif menghilangkan polusi udara, mulai dari formaldehida, xylene, toluene, dan amonia. Hmmm kebayang kaaan kalo rumah kita dikelilingi bunga-bunga cantik ini.
Meski Bedugul area pegunungan, ternyata tanaman kaktus pun bisa tumbuh subur di daerah ini. Banyak sekali tanaman kaktus menghiasi taman-taman di samping kamar hotel.
Selesai berkeliling hotel, dari gerbang angkul-angkul kami pun melihat pelayan restoran membawakan nampan besar berisi sarapan. Papanya Mae memang penggemar berat stroberi. Udah ketebak dia pesan menu apa aja buat sarapan, mulai dari waffle stroberi, jus stroberi, roti gandum selai stroberi, campuran buah potong yang di dalamnya tetap ada stroberinya. Okeee baiklaaaaah, papa.
Untungnya ada nyelip sepiring nasi goreng dan dua telur mata sapi. Papa tahu kalo istrinya orang Indonesia yang gak bisa kalo gak makan nasi. Kekeke.
Kolam ikan di samping kami ternyata penuh dengan ikan mas ukuran besar. Mae senang banget makan sambil lihatin ikan berenang. Sesekali dia teriak manggil tante dan omnya buat gabung. Ya, kamar kami memang berdekatan. Gak lama tantenya pun datang dan si kecil langsung girang. Ini anak memang anak tantenya banget. Kesayangan.
Desember setiap tahunnya Bali sudah masuk musim penghujan. Kami cuma bisa gambling kalo memilih wisata ke Bedugul. Kalo cuaca bagus, jalan-jalan berlanjut. Kalo hujan? Ya kita staycation aja di hotel. Makanya sengaja gak pilih hotel beton, biar kalo hujan tetap bisa enjoy liburan di hotel.
Strawberry Hotel persinggahan paling kece dan ideal buat wisatawan yang mau mengeksplor Bedugul dan sekitarnya. Hotel ini dekat banget dengan sejumlah obyek wisata, khususnya Kebun Raya Ekakarya, The Sila’s Agrotourism, Taman Wisata Bedugul, Pura Ulun Danu Beratan, Pasar Tradisional Candi Kuning, Teman Joger, area kebun strawberry, dan danau-danau terindah di Bali. Video singkatnya ada di sini.
Kebun Raya Eka Karya
Nama lainnya Kebun Raya Bali atau Kebun Raya Bedugul. Jam 9.30 pagi kami mulai perjalanan ke sini buat cari udara segar. FYI, ini adalah kebun raya terbesar di Indonesia dan juga kebun raya pertama yang didirikan putra bangsa.
Jika di Kebun Raya Bogor kita masih nyaman-nyaman aja jalan kaki. Kalo di Kebun Raya Eka Karya dijamin gak bakal kuat. Luas bangetttt, dan view paling keren itu jauh banget di dalam. Kamu bisa menyaksikan indahnya Danau Beratan dengan langit luas dan di balik pepohonan hijau, sambil santai lesehan di gazebo-gazebo kecil yang tersedia di sini.
Masuk kebun raya ini sebaiknya langsung aja bawa mobil. Tiket masuknya murah, Rp 10 ribu per orang, dan parkir Rp 3.000 per mobil. Udaranya sejuk, cocok untuk tempat rekreasi keluarga atau sekadar piknik, tidur siang di bawah pepohonan.
Luasnya 157,5 hektare (ha), dua kali luas Kebun Raya Bogor yang hanya 87 ha atau Kebun Raya Cibodas 84,99 ha. Kebun Raya Eka Karya terletak di dataran tinggi dengan suhu rata-rata 12 derajat celsius di malam hari, sehingga nyaris selalu berkabut pagi dan lewat siang hari.
Beberapa spot menarik yang bisa dikunjungi di sini adalah Candi Bentar, Ramayana Boulevard, Patung Kumbakarna, pemandangan Danau Beratan, Cafe Usada, Taman Mawar, dan rumah tradisional Bali. Mau adventure yang sedikit menantang adrenalin? Ada Bali Treetop Adventure Park. Ini spot paling disukai wisatawan, khususnya wisatawan mancanegara.
The Sila’s Agrotourism
The Sila adalah perhentian pas buat semua anggota keluarga, mulai dari anak-anak sampai dewasa. Tiket masuk ke sini juga murah, Rp 10 ribu per orang untuk dewasa dan Rp 6.000 per anak. Jika ingin mencoba wahana-wahana yang ada di sini, bayarannya terpisah. So, cukup fair, gak kayak lokasi wisata lain yang mungkin mewajibkan pengunjung membeli tiket terusan bertarif ratusan ribu rupiah.
Wahananya apa saja sih? Ada kids zone dengan tiket Rp 25 ribu udah bisa cobain tiga permainan, mulai dari kereta, pesawat, dan bianglala anak. Ada juga mini zoo, wisata berkuda, arena panahan, perahu kora, paintball, bersepeda, botanical journey, petik stroberi, taman rekreasi, taman pancing, naik kereta untuk dewasa, gembok cinta, motor trail, anjungan kaca, bale bengong, trampolin, dan playground terbuka untuk anak.
Infrastruktur penunjang lainnya adalah restoran, meeting room, mini market, dan food court. Spot-spot buat outbond dan campingnya cukup variatif karena tempatnya luas banget, lebih dari 10 ha. Emak gak bisa keliling semua karena lagi hamil delapan bulan. Hehehe.
Oya, lupa. Salah satu ikon dari The Sila adalah bianglala raksasa. Dari atas bianglala ini kamu bisa melihat pemandangan Bedugul dari ketinggian. Fenomenal banget.
Wisata Danau
Karena kami sudah beberapa kali datang ke Bedugul, jadinya kita skip kunjungan ke Pura Ulun Danu Beratan yang fenomenal di uang Rp 50 ribu itu. Papanya Mae memutuskan kita mobile aja dari atas mobil melihat pemandangan danau-danau yang indah, mulai dari Beratan, Tamblingan, dan Buyan. Mae senang sekali lihat monyet-monyet di pinggir jalan, meski gak lama setelah itu si kecil langsung ketiduran.
Warung Dedari
Dedari dalam bahasa Bali berarti bidadari. Warung Dedari di Baturiti pilihan kami untuk makan siang dalam perjalanan pulang menuju Denpasar. Lokasinya strategis, di pinggir jalan, dan pasti dilewati dalam perjalanan dari Bedugul ke Denpasar.
Restoran menengah ke atas ini selalu ramai karena makanan dan suasananya sama-sama enaknya. Nilai plus karena restoran ini menyediakan mushala plus perlengkapan shalat yang nyaman. Jadi, sambil menunggu hidangan datang, kita bisa shalat dzuhur dulu sekeluarga.
Kami duduk di gazebo sama saat berkunjung ke Singaraja tahun lalu. Waktu itu Maetami masih berusia setahun.
Semua gazebonya ada di tepian kolam ikan. Bapak-bapak juga bisa membawa anaknya berperahu santai karena ada satu perahu kayu yang bisa dipakai gratis untuk berkeliling kolam, bisa muat tiga orang.
Harga makanan di sini worth it dengan pelayanan dan suasana yang disajikan. Buat makan berdua setidaknya merogoh kocek Rp 200-250 ribu. Paling hemat sih beli paketan. Berhubung kami ada enam orang, jadinya beli paket buat lima orang Rp 450 ribu.
Menu paketnya beragam, mulai dari gurame bakar, gurame santan, olahan ikan mahi-mahi, paket tahu tempe goreng, karedok, bebek setengah ekor, aneka sambal, seperti sambal matah, sambal kecap, dan sambal goreng, plus minuman. Makanannya kurang? Mau nambah? Tinggal pukul kentongan yang tergantung di gazebo kamu, dan gak lama kemudian pelayan pun datang. Maetami lagi-lagi hepi karena bisa kasih makan ikan sepuasnya bareng Om Gifan.
Alhamdulillah liburan super singkat bersama keluarga kali ini sangat menyenangkan. Ini juga jadi short escape buat papanya Mae yang sebulan terakhir penat dengan rutinitas kerjanya. Remember, never go on trips with anyone you don’t love #ErnestHemingway.