Bali Prison Music Festival
Bali Prison Music Festival

Hidup di bui bukan alasan mengubur mimpi. Raga terpenjara bukan penyebab berhenti berkarya. Ratusan mata menjadi saksi seri kompetisi musik para warga binaan yang mewakili seluruh lembaga pemasyarakatan (lapas) di Pulau Dewata.

Mereka tampil di ajang Bali Prison Music Festival 2018 yang digelar Sabtu (24/11) di Aula Ardha Chandra, Lapas Kelas IIA Kerobokan, Denpasar. Sebanyak 13 band masing-masingnya membawakan tiga buah lagu, terdiri dari lagu bebas, lagu ciptaan sendiri, dan lagu milik Antrabez, band sukses jebolan Lapas Kerobokan yang telah masuk dapur rekaman dan menelurkan dua album sejak 2016.

Talenta musik Indonesia bisa berasal dari mana saja, tak terkecuali dari balik jeruji besi. Hal ini telah dibuktikan Antrabez, band yang namanya merupakan akronim dari Anak Terali Besi dan seluruh personelnya merupakan narapidana kasus narkoba.

Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) Provinsi Bali, Maryoto Sumadi mengatakan kegiatan ini perdana dilakukan dan bisa diadopsi seluruh lapas di Indonesia. Pemerintah melalui Kemenkumham berhajat mengantar warga binaannya lebih mudah mencari nafkah di kemudian hari.

“Konsep pemenjaraan sudah kita kubur jauh. Yang harus kita tingkatkan adalah pembinaan,” kata Maryoto saat membuka acara.

Harapannya lapangan pekerjaan lebih terbuka bagi para mantan penghuni hotel prodeo ini. Kegiatan pembinaan di lapas tak hanya bidang seni, namun juga pertanian, perkebunan, hingga pertukangan. Ini menjadi isu penting mengingat di banyak negara para mantan napi sulit mendapatkan pekerjaan begitu selesai menjalani masa hukuman.

“Bali Prison Music Festival 2018 adalah inovasi lapas, sehingga warga binaan lebih mudah diterima masyarakat dan sukses semua kemudian hari,” ujar Maryoto.

Acara dibuka dengan penampilan Antrabez yang mengiringi lagu Kehidupan milik God Bless yang dinyanyikan langsung oleh Kakanwil Kemenkumham Bali. The Tower, band dari lapas tuan rumah sebagai penampil pertama kemudian menghentak panggung lewat lagu Bento milik Iwan Fals dan Ibu milik Antrabez.

Band beranggotakan Muhammad Fitrah Wahab (vokal), Putu Suastana (kibor), Made Suartana (gitar), Ahmad (drum), dan Wahyu (bas) ini tampil percaya diri menyanyikan lagu ciptaan mereka berjudul Jangan Takut Bayangan. Fitrah mengatakan setiap orang mempunyai jalan hidup berbeda, tak terkecuali mereka yang masih mendekam di penjara.

“Lagu ini memotivasi kami dan para napi lainnya agar tidak takut dengan masa lalu dengan semua perbuatan buruk yang pernah kami lakukan. Itu adalah pelajaran berharga,” katanya.

Nama The Tower terinspirasi dari tempat mereka berlatih mempersiapkan diri selama dua pekan terakhir di salah satu tower lapas terbesar Pulau Dewata tersebut. Anak-anak muda yang berusia rata-rata 27-29 tahun ini mengaku senang bisa tampil rapi, tanpa borgol, dan tanpa baju tahanan. Meski hanya digelar setengah hari, mereka merasa seakan berada di dunia bebas dan bisa mengekspresikan hobi bermusiknya.

Selain dari Lapas Kerobokan, band-band yang mengikuti festival ini berasal dari Lapas Perempuan Kelas IIA Denpasar, Lapas Kelas IIA Bangli, Lapas Tabanan, Lapas Kelas IIB Karangasem, Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Bangli, Kapas Kelas IIB Singaraja, Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Negara, dan Rumah Tahanan Klungkung.

Pimpinan Antida Music Productions, Anom Darsana menambahkan lima profesional dilibatkan sebagai juri. Mereka adalah Erick EST, JRX SID, Made Adnyana, Octav Sicilia ‘Antrabez,’ dan dirinya sendiri. Kegiatan yang awalnya hanya kompetisi band ke depannya tidak menutup kemungkinan bisa berkembang menjadi konten lebih besar.

“Festival ini menarik bukan semata karena diadakan di lapas, bukan sekadar ajang unjuk bakat bermusik, namun juga misi kemanusiaan yang memberi kesempatan warga binaan menyalurkan minat dan bakat mereka,” kata Anom.

Warga binaan, sebut Anom juga manusia biasa yang membutuhkan rekreasi untuk menyemangati jiwa mereka yang terbelenggu di balik jeruji besi. Kriteria penilaian adalah keahlian (skil), harmonisasi, dan penampilan.

Dewan juri akhirnya memutuskan pemenang pertama kompetisi ini adalah Injeksi dari Lapas Narkotika Kelas IIA Bangli. Pemenang kedua dan ketiga adalah More Fame dari Lapas Perempuan Kelas IIA Denpasar dan Jerbest dari Lapas Kelas IIB Tabanan.

Injeksi terdiri dari enam personel, yaitu I Putu Charlie Gosita Artha (vokal), Kevin Anthony (rhythm), Putu Eka Wira Artanegara (gangsa dan suling), Gery Yudianto (kajon), Fariz Alkarim (melodi), dan Abraham Ari (bass). Penampilan mereka begitu meriah saat membawakan lagu populer asal Bali berjudul ‘Selem-Selem Manis’ diiringi sejumlah instrumen musik tradisional.

More Fame satu-satunya perwakilan band yang seluruh personelnya perempuan dan mengusung empat vokalis. Mereka adalah Jessica Amelia (vokal), Ni Putu Ayu Suci Trisna Dewi (vokal), Anes Ramadhan (vokal), Airinda Pratiwi (vokal), Ika Rini Oktavia (kajon), dan Luh Putu Wiwik Wahyu Martin (gitar).

Pemenang pertama kompetisi ini mendapat plakat, uang pembinaan, rekaman single di Antida Music Studio, serta  dibuatkan video klip disutradarai dan diedit langsung oleh Erick EST. Pemenang kedua dan ketiga juga berhak merekam single mereka di Antida Music Studio dan mendapatkan uang pembinaan.

Share:

2 responses to “Bali Prison Music Festival 2018: Wujudkan Mimpi dari Dalam Bui”

  1. deadyrizky Avatar
    deadyrizky

    tetep aja serem lho kalo saya ngeliat narapidana main musik
    i mean, ya ini narapidana…

  2. deadyrizky Avatar

    tetep aja serem lho kalo saya ngeliat narapidana main musik
    i mean, ya ini narapidana…

Leave a Comment