Hai hai, baru muncul lagi nih. Kali ini kita akan bahas soal dunia perpopokan. Beberapa teman di Instagram, Facebook, bahkan ada yang japri di whatsapp sering bertanya tentang Mae yang pake clodi. Apa sih clodi itu? Nyaman gak sih buat bayi? Ribet gak perawatannya? Gimana cara belinya?
Clodi singkatan dari cloth diapers atau popok bayi modern. Waktu statusnya masih Mom-to-be, aku mengetahui beberapa teman sekampus menggunakan ini untuk bayinya.
Bagi sebagian orang istilah clodi mungkin masih asing, termasuk bagi ibu dan mamah mertuaku saat pertama kali kukatakan aku tak akan membelikan Mae popok sekali pakai (pospak). Begitu juga dengan seorang perawat di rumah sakit yang membuka baju Mae langsung surprise saat hendak memandikannya di baby spa.
Si perawat mengatakan masih sedikit ibu yang mau memakaikan bayinya clodi. Padahal, clodi saat ini sesungguhnya menjadi tren di kalangan mami mami kece.
Sebagian orang mungkin ‘mengejek’ atau menganggap clodi adalah barang paling menjijikkan di planet ini. Siapa yang mau membersihkan bau pesing dan pup bayi di clodi setiap hari? Kalo pake pospak kan enak, tinggal beli, pake, lalu buang. Apa iya? Let me tell you about my experience.
Popok Clodi Lebih Hemat
Popok clodi lebih hemat? Itu udah pasti. Aku sendiri beli clodi bukan hanya karena alasan hemat. Papanya Mae bisa beli ratusan box pospak kalo dia mau. Pertama kali niat pake clodi karena memang ingin berkontribusi meski dengan hal sederhana untuk lingkungan. Apalagi emak yang dulunya mantan rimbawan, malu atuh sama almamater kalo cuma nambah timbunan sampah popok yang satu lembarnya baru bisa terurai 200 tahun.
Bayi setidaknya menghabiskan 3.600 lembar pospak hingga berusia 2 tahun (nanti hitung-hitungannya dijelaskan dapat dari mana). Bayangkan! Sewaktu Baby Mae udah jadi nenek moyang sekalipun, satu lembar popoknya belum juga bisa diuraikan tanah. Duh nak, nambah-nambahin polusi di Bumi aja. Kekeke.
Apa sih bahan baku pembuat popok? Jawabannya kayu yang diubah menjadi lembaran kertas. Mengurangi pemakaian pospak berarti mengurangi jumlah pohon yang ditebang.
Manfaat clodi lainnya adalah menghindari ruam popok pada bayi karena paparan bahan kimia dalam pospak. Sekadar informasi, pospak itu dibuat melalui proses pemutihan menggunakan berbagai bahan kimia. Pospak juga dilengkapi berbagai komponen yang namanya aneh-aneh (ibu-ibu umumnya pasti pada gak tahu) tapi diam-diam berdampak negatif pada kesehatan bayi, seperti sodium polyacrilate, phthalates, xylene, etilbenzena, dan syukur-syukur jika tidak pakai dioksin yang bersifat karsinogenik atau meningkatkan risiko kanker.
Jika Christopher Columbus si penemu Benua Amerika itu pas kecilnya pake pospak, kotorannya mungkin masih utuh di beberapa tempat pembuangan sampah (TPA) sampai hari ini 😀 Ya iyalah, pospak itu ratusan tahun baru bisa terurai sempurna bersama tanah.
Beberapa merek popok bayi bisa saja mengklaim tidak menggunakan dioksin. Tapi, bagaimana dengan sodium polyacrilate? Semua popok pasti pake ini, bentuknya kecil kecil, mengilap, seperti kristal agar-agar. Pernah bongkar pospak bekas pakai bayi? Kamu pasti menemukannya. Sodium polyacrilate adalah gel penyerap super yang fungsinya menyerap kelembaban dalam popok. Alat vital bayi menempel sepanjang hari dengan pospak dan terpapar dengan bahan ini, sehingga bisa menyebabkan reaksi alergi dalam jangka pendek atau panjang.
Selanjutnya, phthalates, apa itu? Semua pospak pasti pakai zat ini. Phthalates adalah sejenis pelembut plastik yang sudah dilarang digunakan di luar negeri untuk bahan teether dan mainan bayi karena bersifat toksik. Zat ini merusak fungsi endokrin karena bisa meniru beberapa hormon dalam tubuh sehingga mengirimkan sinyal palsu ke otak, juga mengganggu sistem reproduksi dalam jangka panjang.
Bayi akhirnya lebih sehat dan terhindari dari risiko penyakit di masa depan dengan clodi. Tak lupa, clodi ini fashionable loh. Bayi kesannya memakai celana pendek berbagai model, gambar, dan warna. Super cute dan trendi, sehingga tak perlu lagi dilapisi celana.
Mengenal Bagian Popok Clodi
Satu buah clodi terdiri dari tiga komponen, yaitu cover clodi, kain penyerap (insert), dan kain pelapis (liner). Cover clodi adalah lapisan luar yang biasanya berbahan kain plastik tahan air. Insert biasanya terbuat dari bahan microfiber, sementara liner berbahan fleece. Satu lembar clodi bisa bertahan 4-5 jam. Jika bayi buang air besar, clodi tetap harus diganti. Tutorial pemakaian clodi bisa dilihat di YouTube, banyak.
Clodi bisa digunakan bayi sejak lahir dengan kisaran berat 3-15 kilogram. Cover clodi dibuat satu ukuran karena pada dasarnya bisa disesuaikan bentuk badan bayi. Ada cover clodi yang menggunakan kancing, ada pula yang menggunakan bahan velcro atau aplix.
Insert clodi bisa dikeluarmasukkan ke dalam cover. Di atas insert baru ditaruh liner. Jika bayi pup, liner ini akan sangat membantu karena kotoran bayi tidak langsung menyentuh bagian insert yang bewarna putih.
Popok Clodi Super Ekonomis
Aku pernah iseng lihat harga pospak isi 30 pcs di Indomart, harganya sekitar Rp 58 ribu. Mari berhitung!
Selama satu hari, bayi setidaknya membutuhkan lima lembar pospak, yang artinya dia menghabiskan 150 lembar pospak sebulan atau setara lima paket pospak isi 30.
5 paket x Rp 58 ribu = Rp 290 ribu
Itu untuk satu bulan loh. Bagaimana dengan satu tahun? Ya dikali aja 12 bulan, sekitar Rp 3,4 juta. Bayi biasanya pakai popok hingga bisa ke toilet sendiri, sekitar 2,5 tahun. Hanya untuk membeli popok selama dua tahun, Anda minimal harus merogoh kocek hingga Rp 7 juta. Itu hitungan minimal dan hitungan untuk satu anak. Bagaimana jika dalam satu rumah ada 2-3 anak atau lebih? Silakan dihitung sendiri.
Bagaimana dengan clodi? Ibu setidaknya perlu memiliki 10 lembar clodi dengan asumsi lima lembar dipakai satu hari, dan lima lembar lain untuk cadangan jika masuk musim penghujan sehingga ibu tak akan kehabisan clodi karena belum kering. Mae siang hari rata-rata mengganti clodi reguler tiga kali, yaitu jam 8 setelah mandi pagi, jam 11 siang dan jam 3 sore. Malamnya Mae ganti lagi jam 5 sore setelah mandi, dan jam 11 malam sampai pagi. Lima lembar clodi maupun pospak adalah jumlah minimal. Jika bayi pup, jumlah pemakaian bisa 6 atau 7 lembar.
Harga satu lembar clodi berkisar Rp 40 ribu hingga Rp 200 ribu. Aku sendiri memilih membeli merek Cluebebe, Babyland, dan Zigie Zag dengan kisaran harga Rp 60 ribu hingga Rp 85 ribu. Mari kita berhitung dengan asumsi harga termurah.
10 lembar x Rp 60 ribu = Rp 600 ribu
Ditambah dengan pembelian 20 lembar liner merek Suede Lipop dengan harga Rp 4.500 per lembar.
20 lembar x Rp 4.500 = Rp 90 ribu
Secara total, ibu cuma mengeluarkan uang Rp 700 ribu untuk pembelian clodi yang bisa dipakai hingga anak berusia tiga tahun. Rp 700 ribu itu setara pembelian pospak 2,5 bulan. Jadi, hanya dalam waktu 2,5 bulan ibu udah balik modal kalo pake clodi. Sangat efisien bukan?
Memang, uang yang dikeluarkan untuk membeli clodi di awal terkesan banyak bagi sebagian ibu. But, hey, be a smart mom, berapa uang yang bisa disaving dalam jangka panjang? Clodi juga bisa dilungsurkan dari kakak ke adeknya. So, jangan mikir jangka pendek doang, kayak pemerintah tu yang suka tambal sulam jalan setiap lebaran. Coba aja dari awal bikin jalan dengan kualitas A, pasti penghematan anggarannya bisa lebih ‘gila’ lagi. Hehehe (jadi out of topic).
Beli Popok Clodi di Mana?
Clodi memang susah didapatkan secara langsung di toko-toko perlengkapan bayi. Secara logika, penjualan pospak mendongkrak penjualan toko perlengkapan bayi. Bisa dibayangkan jika clodi menjamur di toko, maka semua orang akan beralih menggunakannya.
Pospak pun tak lagi laris manis. Aku sendiri membeli clodi di salah satu online shop http://www.clodistore.com/home/ dengan memilih tiga brand, yaitu Babyland, Cluebebe, dan Zigie Zag. Ada lebih dari 40 merek clodi yang dijual di clodistore, tinggal disesuaikan dengan budget ibu.
Babyland termasuk favoritku karena model pengaitnya adalah kancing (snap). Bahannya ringan dilapisi kain berbahan polyurethane laminated, sehingga tidak tembus air. Meski demikian, udara tetap masuk karena di dalamnya terdapat kain microfiber tipis dan lembut.
Cluebebe juga bagus karena praktis, pake prepetan yang menempel ke velcronya. Cluebebe menyediakan tipe petite yang ukurannya pas bangat untuk bayi baru lahir, yaitu di kisaran berat 2,7-6 kg. Kalo clodi lainnya kan kisaran beratnya 3-15 kg. Jadi, aku juga beli sekitar 4 lembar Cluebebe Petite yang dipake Mae sejak berusia 15 hari.
Kain logo ‘Cluebebe’ di bagian depan juga digunakan untuk indikator clodi sudah penuh pipis bayi atau belum. Jika sudah penuh, logo itu akan basah jika diraba. Harganya juga lebih murah jika motifnya satu warna polos, misalnya pink, merah, oranye, atau biru, sekitar Rp 40 ribu. Jika bermotif, harganya bisa Rp 60 ribu.
Zigie Zag ini ukurannya jumbo. Mae masih jarang pake karena masih gombrang. Hehehe. Aku beli tiga lembar untuk dipake Mae mungkin nanti pas beratnya udah 10 kg ke atas. Motifnya lucu banget, bisa dipake buat berenang. cara makenya persis kayak celana yang kancing pengaitnya ada di bagian samping kiri dan kanan.
Tips Mencuci Popok Clodi
Clodi baru hendaknya dicuci terlebih dahulu. Begitu kiriman paket clodi dari Jakarta datang, aku langsung mencucinya hingga 2x menggunakan mesin cuci mode quick (sekitar 30 menit). Ini tujuannya untuk menghilangkan kandungan kimia yang mungkin masih menempel di bahan kain. Pencucian perdana ini juga bertujuan supaya insert menyerap sempurna.
Khusus perawatan sehari-hari, berikut sejumlah tips mencuci clodi yang perlu diperhatikan:
- Siapkan air dalam baskom ditambah seperempat tutup botol deterjen khusus pakaian bayi, misalnya sleek. Kamu bisa juga pake deterjen kain biasa, namun takarannya lebih sedikit.
- Jangan pernah menggunakan pemutih dan pewangi ya. Pewangi pakaian cuma menempel di insert dan akhirnya insert tidak menyerap maksimal.
- Pisahkan cover clodi dari insert dan linernya. Kencangkan prepetan clodi tipe velcro.
- Kucek sebentar insert dengan air lalu peras, kemudian masukkan ke dalam rendaman bersama covernya.
- Rendam sekitar 30 menit, lalu bilas. Kamu bisa juga menggunakan mesin cuci supaya clodi benar-benar kering, kemudian jemur. Gak perlu khawatir soal noda dan bau karena semuanya akan hilang di bawah sinar matahari.
- Jangan pernah menyetrika clodi, insert, dan linernya.
Keluhan Ibu Pengguna Popok Clodi
Tidak ada produk yang sempurna, semua ada plus minusnya. Jika pake pospak kamu tinggal beli-pake-buang, nah kalo clodi kamu harus beli-pake-cuci-pake lagi setiap hari. Buat ibu-ibu yang (maaf) gak mau ribet dikit, kayaknya kurang nyaman pake clodi karena memang mencucinya harus setiap hari. Berikut beberapa keluhan dan solusi yang mungkin bisa membantu ibu-ibu yang baru pake clodi.
Noda pup pada insert kok susah hilang waktu dicuci?
Solusinya adalah lapisi insert dengan liner. Liner ini sangat membantu meringankan kerja ibu saat mencuci clodi karena pup sebagian besar menempel di liner dulu, baru warna kuning sedikit merembes ke insert atau cover clodinya. Ibu tinggal bersihkan linernya, dan insert cukup dikucek saja.
Insert yang terlanjur terkena noda pup bayi bisa dihilangkan dengan mengoleskan sabun batang ke noda dan dikucek. Coba deh dioles pake sabun batang (mau Lux, Lifebuoy, Giv, dll) dijamin nodanya bisa hilang.
Insert kok masih bau pesing?
Ini bisa diatasi dengan perlakuan awal saat mencuci. Jangan ujug-ujug langsung masukin clodi, insert, dan linernya ke mesin cuci dong bu. Pisahkan insert dari cover-nya, kucek dulu sebentar pake air biasa untuk memeras sebagian besar pipis bayi yang terserap, baru campurkan bersama cover clodi ke mesin cuci.
Gak ada waktu untuk mencuci clodi setiap hari?
Mmm, ini sih bergantung disiplinnya si ibu ya. Hehehe. Aku pribadi juga seorang working mom. Meski di rumah pake pembantu, tapi urusan cuci clodi anakku tetap dikerjakan sendiri. Sama halnya dengan mencuci bekas (maaf) haid sendiri setiap bulannya, kurang sopan (menurutku) rasanya membiarkan orang lain mencuci bekas kotoran anakku. Jadi, urusan mandiin anak dan cuci clodi Mae, ibunnya langsung terjun ke lapangan (duileee bahasanye).
Pakai clodi kok kulit bayi tetap ruam?
Naah, kalo menurut pengalamanku, ada beberapa kemungkinan faktor penyebabnya. Pertama, jangan pernah membersihkan bagian vital anak dengan tisu basah. Say no to wet tissue. Mae justru ruam karena setiap habis pipis atau pup dibersihkan dengan tisu basah.
Sekarang aku mengerti mengapa perawat di Puri Bunda pernah memberitahuku untuk tidak menggunakan tisu basah pada bayi. Gunakan kapas biasa yang dibasahi air hangat atau air dingin untuk membersihkan pantat bayi, lalu keringkan dengan tisu biasa non-parfum.
Tisu basah memang sama efektifnya dengan air untuk membersihkan kotoran pada kulit bayi. Sayangnya gak semua kulit bayi bisa menerimanya. Kalo kulit bayinya normal, mungkin gak ada reaksi negatif, tapi kalo kulit bayinya sensitif? Bisa ruam sampai lecet.
Mae dulu sempat pakai tisu basah sekitar 2 minggu, pantatnya langsung ruam dan lecet, kasihaaan sekali melihatnya. Akhirnya setelah berkomunikasi dengan perawat, tisu basahnya pun dibuang.
Dulu produsen tisu basah pakai bahan pengawet jenis paraben dan formalin. Zat ini kemudian dilarang sehingga produsen beralih ke pengawet jenis lain yang disebut methylisothiazolinone. Tapi yang namanya pengawet ya tetap saja akan memberi reaksi alergi pada bayi yang kulitnya sensitif.
Ruam saat pakai clodi bisa juga disebabkan ibu kelamaan mengganti insert dan liner clodi. Pemakaian clodi yang baik itu setiap empat jam diganti. Mae kalo siang hari bisa ganti clodi 2-3 kali, kalo malam hari cukup dua kali saja. Jadi, ibunya jangan malas yaaa. Namanya juga demi anak.
Semua pada akhirnya menjadi keputusan ibu. Popok kain modern adalah pilihan terbaik dan mutlak bagiku (pribadi). Tapi, jangan salah sangka, aku sama sekali tidak mengharamkan pospak karena sesekali masih menggunakannya kalo Mae bepergian jarak jauh, misalnya naik kendaraan seharian ke rumah kakek neneknya Denpasar-Banyuwangi.
Secara pribadi tulisan ini hanya bermaksud menambah informasi dan mengajak teman-teman di luar sana untuk mulai mengurangi pemakaian pospak dan secara bertahap beralih ke clodi demi lingkungan yang lebih baik. There are little things you can do every day to make a less harmful impact on the environment.
Leave a Comment