Sebagian orang menyepelekan luka bakar. Jika levelnya ringan, cukup ditangani sendiri. Jika parah, luka bakar berpotensi mengancam nyawa seseorang. Penyebab luka bakar umumnya karena tersulut api, kontak dengan benda panas, air atau minyak panas, terpapar bahan kimia, tersengat listrik, atau suhu dingin ekstrem.

Angka kejadian luka bakar belum bisa didata secara nasional. Ini disebabkan tidak semua rumah sakit di Indonesia memiliki unit pelayanan luka bakar. 

“Dari 14 rumah sakit besar di Indonesia yang kami data, penanganan kasus luka bakar terus meningkat dari tahun ke tahun,” kata Ketua Perhimpunan Luka Bakar dan Penyembuhan Luka Indonesia (Ina-BWS), dr I Nyoman Putu Riasa kujumpai awal bulan ini di Aston Hotel, Denpasar.

Sepanjang 2012-2014 terdapat 3.518 kasus luka bakar diempat belas rumah sakit besar yang berlokasi di Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Malang, Denpasar, Jember, Mataram, Makassar, Manado, Banjarmasin, dan Palembang. Angkanya terus meningkat dari 1.186 kasus pada 2012 menjadi 1.123 kasus (2013) dan 1.209 kasus (2014).

Riasa menilai angka tersebut belum bisa dijadikan indikator nasional sebab kasusnya mirip fenomena gunung es. Data riil kasus luka bakar di lapangan sesungguhnya jauh lebih besar dari laporan sementara yang masuk.

Luka bakar lebih sering dialami oleh laki-laki. Sebagai contoh, dari 593 kasus luka bakar yang ditangani RSUP Sanglah, Denpasar, sebanyak 68,68 persen penderitanya adalah laki-laki, dan hanya 31,32 persen perempuan. Laki-laki tersebut mayoritas berusia produktif, antara 20-40 tahun, dan umumnya terkena luka bakar karena kecelakaan kerja.

Luka bakar di wajah misalnya, bisa menyebabkan cedera inhalasi. Luka bakar di dada dan perut mengganggu pernapasan. Pada 2014, sebanyak 2,84 persen pasien penderita luka bakar di RSUP Sanglah, Denpasar berakhir dengan kematian dan 0,57 persen lainnya harus diamputasi.

Kasus luka bakar menjadi sorotan dermatologis dunia dalam the 10th Asia Pacific Burn Congress di Bali beberapa waktu lalu karena sering terjadi di negara-negara berkembang. Wakil Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Bedah Plastik Rekonstruksi dan Estetik Indonesia (Perapi), dr Irena Sakura Rini mengatakan Indonesia masih membutuhkan lebih banyak dokter bedah plastik untuk membantu penanganan kasus ini.

“Kami saat ini sedang menyusun panduan penanganan luka bakar di negara berkembang,” ujar Irena.

Perapi juga terlibat aktif memberikan edukasi kepada masyarakat dengan terus memperbanyak pusat edukasi di sejumlah daerah di Indonesia. Saat ini ada sekitar 163 dokter spesialis bedah plastik di Indonesia yang menguasai ruang lingkup bedah rekonstruksi dan bedah estetika.

Dukungan pemerintah melalui Kementerian Kesehatan juga diperlukan dalam memperbanyak unit luka bakar di rumah sakit. Saat ini jumlah rumah sakit yang memiliki unit khusus ini sangat sedikit dan terfokus di kota-kota besar. Padahal, kata Irena 250 juta rakyat Indonesia di luar sana hidup dengan berbagai risiko pekerjaan, khususnya luka bakar.

Penanganan luka bakar pun kini semakin holistik, mulai dari pencegahan, pengobatan, hingga perawatannya. Brand Manager PT Transfarma Medica Indah, Irvani Risyda mengatakan ahli kesehatan menganggap perawatan bekas luka bakar paling efektif adalah menggunakan silikon gel dan membutuhkan waktu penyembuhan hingga 18 bulan atau lebih.

Terapi dengan silikon gel relatif aman, tepat sasaran, mudah diperoleh, dan mudah digunakan. Ini juga lebih ekonomis dibandingkan terapi lain, seperti laser, operasi, atau injeksi.

“Penggunaan silikon gel, misalnya pada produk dermatix ultra bisa menyamarkan bekas luka bakar. Namun, produk-produk silikon gel ini hanya untuk luka bakar yang mulai mengering,” kata Irvani.

Masyarakat juga sering kali tidak menyadari bahwa bekas luka bakar juga perlu mendapat perawatan. Mengapa? Banyak orang yang menderita luka bakar kehilangan kepercayaan diri karena bekas luka di tubuhnya. Dampak psikologis ini akan mengganggu karier, kehidupan sosial, hingga kehidupan pribadi penderita. Semakin cepat luka bakar ditangani, semakin besar pula luka itu bisa disamarkan hingga sempurna.

Foto: Sekadar Info
Foto: Sekadar Info

TINGKATAN LUKA BAKAR

Bekas luka bakar tak hanya memengaruhi penampakan kulit. Dalam beberapa kondisi, bekas luka bakar bisa membatasi fungsi gerakan seseorang. Jika Anda mempunyai kenalan atau sahabat yang menderita bekas luka, Anda pastinya memahami ketidaknyamanan mereka. Perhimpunan Luka Bakar dan Penyembuhan Luka Indonesia (Ina-BWS) mengklasifikasikan tiga tingkatan luka bakar.

1. Luka bakar derajat I

Luka bakar ini tidak memerlukan intervensi bedah. Contohnya adalah luka akibat terbakar sinar matahari setelah berjemur atau mendaki gunung. Luka ini dapat dirawat sendiri di rumah,sehingga tidak memerlukan perlakuan khusus.

2. Luka bakar derajat II

Luka bakar ini diklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu luka dangkal dan dalam. Ciri-ciri luka dangkal adalah mengenai kulit ari (epidermis) dan kulit jangat bagian atas (upper dermis), melepuh (blisters), kulit memutih dengan rona merah muda, dan sangat nyeri. Ketika dilakukan tes tekan kulit, warna kulit cepat pulih dalam hitungan tiga detik. Luka bakar dangkal ini bisa sembuh dengan spontan dalam waktu dua pekan, namun kulit yang baru akan berbeda warna.

Ciri-ciri luka dalam adalah mengenai kulit ari dan kulit jangat bagian atas dan tengah, ada bercak putih dan merah, melepuh, dan nyerinya tidak sesakit luka bakar derajat I. Ketika dilakukan tes tekan kulit, maka kulit sangat lambat kembali ke bentuk semula, yaitu lebih dari tiga detik. Luka bakar dalam bisa sembuh selama 4-6 pekan, namun meninggalkan bekas parut, sehingga memerlukan intervensi bedah.

3. Luka bakar derajat III

Ini adalah kondisi terparah dimana luka bakar ini merusak seluruh ketebalan kulit, mengenai struktur otot, serta bewarna putih tebal seperti lilin atau kulit yang disamak. Luka bakar derajat III ini membuat penderita sama sekali tidak merasakan nyeri dikarenakan ujung-ujung saraf kulitnya semua terbakar, dan tidak ada luka melepuh. Ketika dilakukan tes tekan kulit, maka kulit tidak akan kembali warnanya. Luka ini jelas membutuhkan pertolongan bedah dengan cara membuang kulit mati dan menutupnya dengan tandur kulit.

Foto: Konsultasi Sehat
Foto: Konsultasi Sehat

CEGAH LUKA BAKAR

Meskipun cedera luka bakar mengintai kehidupan, masih banyak masyarakat yang belum memahami langkah-langkah pencegahan, pertolongan pertama, dan perawatan luka bakar yang benar. Luka bakar bisa dicegah dengan mengetahui pemicunya. Dr I Nyoman Putu Riasa memaparkan empat penyebab umum seseorang menderita luka bakar.

1. Kebocoran gas elpiji

Tabung gas dengan kompor atau sumber api sebaiknya tidak ditempatkan dalam satu ruangan. Gas yang bocor akan menumpuk di ruang tertutup sehingga memicu ledakan ketika ada percikan api atau listrik.

“Taruh tabung gas agak jauh dari kompor atau tempatkan tabung gas di luar dapur dengan menggunakan selang lebih panjang, sehingga udara mengalir baik,” kata Riasa.

2. Tersiram air panas

Luka bakar akibat tersiram air panas ini, kata Riasa sering terjadi pada anak-anak. Kebiasaan orang tua memasak air mandi dengan menggunakan panci terbuka mempermudah tumpahnya air panas secara tidak sengaja.

Orang tua sebaiknya memasak air untuk mandi menggunakan ketel tertutup. Jika menuangkan air panas ke bak mandi sebaiknya menuangkan air dingin terlebih dahulu.

3. Listrik tegangan tinggi

Kabel listrik tegangan tinggi dapat menimbulkan kematian. Hindari membawa kayu, bambu, atau besi panjang di dekat tiang listrik tegangan tinggi sebab bisa menyebabkan tarikan magnet. Kawat penyangga tiang listrik bisa mengandung energi listrik, terlebih setelah hujan. Jangan pernah menyentuhnya.

Apabila luka bakar terlanjur terjadi, si penderita perlu melakukan pertolongan pertama yang benar. Riasa menilai banyak cara populer mengatasi luka bakar pertama kali, namun sesungguhnya itu adalah cara salah dan berbahaya. Misalnya, langsung mengoleskan pasta gigi, madu, lidah buaya, dan gel pendingin.

Pertolongan pertama yang benar adalah mengaliri luka bakar dengan air keran selama 10 menit. Ini tujuannya untuk mengurangi kedalaman luka.

“Jangan oleskan bahan apapun di kulit yang terkena luka bakar. Bahan-bahan seperti lidah buaya atau madu itu hanya boleh digunakan setelah luka sudah mengering menjadi bekas luka,” kata Riasa.

Setelah menyiram luka bakar dengan air mengalir, penderita disarankan untuk meminum cairan oralit atau air garam untuk mencegah dehidrasi. Jika luka bakar termasuk ke dalam derajat II dan III, maka sebaiknya dilanjutkan pengobatannya ke rumah sakit.

Share:

Tags:

Leave a Comment