Sebuah gapura mungil bertuliskan ‘Selamat Datang di Cagar Alam Rimbo Panti’ menyambut kedatangan pengunjung. Pohon-pohon berkayu besar di sepanjang jalan beraspal kecil di nagari (desa) bernama Panti itu kokoh berdiri. Sejauh mata memandang hanya hijaunya hutan dan birunya langit yang terlihat.
Mata pun seakan dirayu lambaian pohon ara dan medang yang membisikkan nyanyian angin di daun telinga. Berbagai jenis tumbuhan seolah bergandengan tangan memandu kaki memasuki Taman Wisata Alam (TWA) Rimbo Panti. Rimbo adalah bahasa Minang yang berarti rimba atau hutan.
Obyek wisata ini terletak di Kabupaten Pasaman Timur, Sumatra Barat. Rimbo Panti terbelah oleh ruas jalan negara yang menghubungkan Sumatera Barat dan Sumatera Utara. Lokasinya relatif mudah diakses oleh pengunjung sebab terletak di kiri dan kanan jalan raya lintas Bukit Tinggi-Medan. TWA ini berjarak sekitar 30 kilometer (km) dari Kota Lubuk Sikaping, ibu kota Kabupaten Pasaman Timur, 100 km dari Bukit Tinggi, atau 120 km dari Kota Padang.
Ada dua pintu masuk ke Kawasan Rimbo Panti yang dijaga oleh petugas pemerintah daerah. Karcisnya tak mahal, lima ribu rupiah saja untuk dewasa dan tiga ribu rupiah untuk anak-anak.
Udara sejuk beraroma basah menjadi sensasi tersendiri ketika melewati jalur wisata Rimbo Panti. Begitu selesai menelusuri jalan setapak menyerupai jejeran tunggul kayu, perhatian pengunjung beralih pada perubahan lansekap yang ada.
Di tengah rimbunnya hutan, pengunjung menemukan kehangatan dari sumber air panas dan mata air yang mengalir di sekitarnya. Kehangatan itu kian sempurna dengan gelak tawa kawan seperjalanan, atau pengunjung yang berkumpul bersama sahabat dan keluarga.
Rimbo Panti memiliki sejumlah titik mata air panas berupa telaga-telaga kecil dan besar dengan suhu rata-rata 60 derajat selcius (C). Di sini bahkan ada telaga dengan suhu air mencapai 100 ‘ C yang merupakan level titik didih air.
Air panas yang muncul di banyak titik di kawasan ini berasal dari energi geotermal di sekitarnya. Perut Bumi mengandung banyak sekali bebatuan. Semakin dalam batu-batu ini terkubur, semakin tinggi temperatur dan panas batu tersebut.
Air yang merembes ke dalam kerak bumi kemudian menyatu dengan batu-batu panas dan keluar ke permukaan tanah membentuk mata air panas. Lokasinya kebanyakan berdekatan dengan gunung berapi. Sumatra Barat termasuk ke dalam deretan Pegunungan Bukit Barisan dan sebagian berupa gunung berapi, seperti Gunung Marapi, Tandikek, Talamau, serta Kerinci.
Bobi Riharno (28 tahun), warga Pasaman Timur yang pernah melakukan penelitian di kawasan ini mengatakan sumber air panas di Rimbo Panti akibat magma dari Patahan Semangko. Patahan ini terbentuk dari pertemuan lempeng tektonik India Australia dan lempeng Eurasia yang membelah Sumatra.
Ada tiga obyek wisata di Rimbo Panti, yaitu telaga air panas, kolam pemandian, dan herbarium. Telaga air panas merupakan daya tarik utama bagi wisatawan domestik dan mancanegara. Lokasinya berada di sebelah kanan jalan dari Lubuk Sikaping. Luasannya mencapai 2,8 hektare.
“Di sini pengunjung sering melakukan aktivitas unik, yaitu merebus telur,” kata Bobi.
Telur yang dicelupkan bisa menjadi setengah matang atau telur matang dalam waktu singkat, sekitar 10 menit. Banyak wisatawan datang membawa beberapa krat telur dan berjongkok di pinggir telaga sambil menunggu rebusannya selesai. Ini sudah menjadi pemandangan umum yang dijumpai di Rimbo Panti.
Sayangnya, kata Bobi tumpukan sampah masih menghiasi wajah Rimbo Panti. Banyak pengunjung membuang sampah, seperti plastik pembungkus mi instan dan cangkang telur di pinggir telaga, khususnya diakhir pekan saat kawasan ramai.
Keberadaan sumber air panas membuat aktivitas pemandian di Rimbo Panti sangat diminati. Karena alasan tersebut, pengelola membangun kolam pemandian air panas untuk rekreasi. Mandi dan berendam di dalam air panas bermineral dipercaya dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit. Kolam berukuran 3,5×3 meter ini dikelilingi oleh hutan lindung dan cagar alam dan berjarak sekitar 50 meter dari jalan utama.
Rimbo Panti terbuka bagi siapa saja yang ingin suasana segar dan suguhan atraksi alam, seperti hutan, air panas nan menyehatkan, atau sekadar menyaksikan tingkah lucu monyet-monyet bertengger di pagar batu. Wisatawan asal Medan, Alif (37) dan putra semata wayangnya Alfian (9) tak tahan untuk segera menyeburkan diri ke dalam air di kolam pemandian.
“Segar sekali, bahkan wudhu di mushola pun airnya hangat karena berasal dari sumber air panas ini,” kata Alif.
Kolam untuk laki-laki dan perempuan masing-masingnya dipisah. Areal pemandian ini dilengkapi dengan WC, tempat pembilasan terakhir, serta ruang ganti pakaian. Sayangnya fasilitas bangunannya kurang terawat. Waktu kunjungan maksimal ke sini adalah pukul 19.00 WIB.
Hutan Panti tak hanya untuk wisata alam, namun juga wisata pendidikan. Ada sebuah gedung herbarium yang berdekatan dengan lokasi parkir kendaraan. Herbarium ini pada hari-hari tertentu menjadi lokasi praktikum mahasiswa dari Universitas Negeri Padang (UNP), Universitas Andalas, juga peneliti. Mereka belajar berbagai spesies tumbuhan di kawasan Rimbo Panti dengan cara melihat awetannya.
Kawasan TWA Rimbo Panti dibagi ke dalam enam zona. Zona pertama berupa kawasan terbuka yang ditandai dengan adanya gazebo untuk pengunjung, mushola, dan hamparan tanah terbuka yang luas untuk menikmati pemandangan alam.
Zona kedua adalah kolam pemandian air panas dan areal perkemahan (camping ground). Zona ketiga adalah hutan rawaa yang dibiarkan kondisinya alami.
Zona keempat berupa kawasan terbuka dimana terdapat beberapa titik sumber air panas. Pada zona ini juga terdapat lumpur hisap, sehingga cukup membahayakan. Pengelola saat ini membatasinya dengan garis pembatas disertai papan peringatan.
Zona kelima didominasi bangunan, seperti kafe, warung, kantor pengelola, taman bermain anak, dan herbarium. Sayangnya belum ada toko suvenir di tempat wisata ini.
Zona keenam adalah kawasan hutan rawa yang kondisinya dibiarkan alami. Zona terakhir ini masuk ke dalam kawasan cagar alam sehingga tidak boleh ada pengembangan infrastruktur di dalamnya.
Pengelolaan wisata alam membutuhkan sentuhan tangan profesional. Hutan sering kali dijadikan obyek utama, namun hanya sedikit hutan yang memiliki daya jual. Kelestarian lingkungan Rimbo Panti perlu dibalut dengan manajemen wisata yang baik. Jika tidak, pengunjung dikhawatirkan tidak akan antusias dengan obyek-obyek yang ada.
Permata Hijau Kian Terlupakan
Taman Wisata Alam (TWA) Rimbo Panti merupakan satu dari empat TWA yang ada di Sumatra Barat. Awalnya, kawasan ini menjadi bagian dari Cagar Alam Rimbo Panti yang luasnya 3.120 hektare (ha).
Sekitar 570 ha dari cagar alam ini kemudian dijadikan taman wisata karena pertimbangan keunikan vegetasi hutan, kekayaan flora dan fauna, serta sumber air panasnya. Tak heran jika Rimbo Panti saat ini merupakan TWA terluas di Sumatra Barat dan dijuluki ‘Permata Hijau di Pasaman Timur.’ Hal ini semestinya menjadi peluang bagi pengelola untuk mengembangkan aktivitas berbasis ekowisata di kawasan ini.
Tumbuhan di Rimbo Panti juga banyak yang dikategorikan jenis langka. Mereka adalah bunga bangkai (Amorphophalus titanum), bunga raksasa (Rafflesia arnoldi), berbagai jenis anggrek, dan pohon Andalas (Morus macroura) yang merupakan maskot Provinsi Sumatra Barat.
Satwa langka dilindungi dan endemik juga ada di sini, khususnya dari keluarga burung, yaitu Burung kuau (Argusianus argus), Anggang tanduak (Buceros rhinoceros), Alang sarok (Ictinaetus malayanus), dan Raja udang (Ceyx erithacus). Dari keluarga mamalia, Rimbo Panti juga menjadi habitat bagi Beruang madu (Helarctos malayanus), Kukang (Nycticebus coucang), kancil (Tragulus javanicus), hingga Harimau sumatra (Panthera tigris sumatrae).
Rimbo Panti yang dulu dan sekarang jauh berbeda. Permata hijau di Pasaman Timur itu kian terlupakan. Emi (50 tahun), warga Panti yang kini menetap di Pasaman Barat mengatakan Rimbo Panti sekarang seperti kehilangan jati dirinya, khususnya sejak penebangan liar semakin marak yang mengakibatkan banjir dan longsor di wilayah sekitarnya.
“Dulu orang-orang mengunjungi Rimbo Panti karena memang ingin ke sana, tapi sekarang ini tak lebih dari alasan ‘kebetulan lewat’ sebab mereka melintasi jalan yang menghubungkan dua provinsi,” kata Emi.
Kerusakan lingkungan yang terjadi di sebagian kawasan Rimbo Panti tentu saja mengancam kelestarian flora dan fauna di dalamnya. Penebangan liar semakin meluas karena adanya penadah atau pasar yang menampung kayu haram tersebut.
Selain penebangan liar, sampah pengunjung dan warga juga mengancam kelestarian kawasan. Pada Kamis setiap pekannya, banyak orang tidak bertanggung jawab membuang sampah ke Rimbo Panti seolah kawasan ini adalah tempat pembuangan akhir (TPA) sampah.
Kamis adalah hari pasar bagi masyarakat Kecamatan Panti. Pihak Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatra Barat dan dinas terkait di kabupaten telah memasang sejumlah papan larangan dan papan peringatan. Namun, banyak pihak tak mengindahkan hal tersebut. Tak heran jika sampai saat ini masih ditemukan timbunan sampah di Rimbo Panti.
Rendahnya kesadaran masyarakat akan kelestarian hutan dan alasan ekonomi, yaitu pemenuhan kebutuhan hidup selalu menjadi pangkal permasalahan terjadinya praktik penebangan liar dan rusaknya kawasan Rimbo Panti. Sebagai permata hijau yang pernah disanjung dunia, Emi menilai Rimbo Panti sebetulnya bisa meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Pasaman Timur jika dikelola dengan baik. Ia berharap pihak berwenang menaruh perhatian khusus untuk kawasan ini sehingga denyut nadi perekonomian Panti semakin bangkit.
Leave a Comment