Islam adalah agama yang sangat detail mengajarkan umatnya mengatur keuangan, salah satunya sedekah di bulan Ramadhan. Semua ada dalilnya, semua ada hadisnya, bahkan sampai praktiknya pun ada contohnya.
Masih enggak percaya? Coba deh pakai internet provider kamu, lalu buka Google dan ketik kata kunci: cara mengatur keuangan dalam Islam, manajemen keuangan keluarga islami, dalil menabung dalam Islam, cara menyimpan uang menurut Islam, dan sebagainya. Lengkap banget deh semua penjelasannya di sana.
Ramadhan datang nih, kamu sudah siap beradaptasi dengan pengaturan keuangan selama Ramadhan?
Bulan suci adalah bulan di mana Allah bukakan pintu rezeki seluas-luasnya untuk kita. Jadi, begitu kita dihadapkan pada atur keuangan selama Ramadhan, pilih mana kira-kira, nabung dulu atau sedekah dulu?
Nabung dulu atau sedekah dulu di bulan Ramadhan?
Sudah jelas jawabannya. Kalau saya ya pasti sedekah di bulan Ramadhan. Bayangkan, 12 bulan tiap tahunnya kita bekerja, menikmati pundi-pundi rupiah dari penghasilan, menabung atau berinvestasi segala rupa demi masa depan di dunia, masa iya di bulan suci yang hanya datang sekali setahun untuk masa depan akhirat kita tetap malas sedekah?
“TERLALU,” kata Bang Rhoma.
Coba kamu pakai lagi internet provider kamu dan ketik kata kunci “amalan utama di bulan Ramadhan.” Kamu akan menemukan banyak sekali artikel yang jika boleh saya simpulkan menyebut setidaknya ada tiga amalan utama di bulan Ramadhan di mana pahalanya berlipat ganda.
Tiga amalan tersebut adalah meningkatkan kualitas salat fardu dan sunnah, memperbanyak membaca Al-Qur’an, dan menggiatkan infak serta sedekah.
Ketika kita sedekah di bulan Ramadhan kepada orang lain, Allah SWT menjanjikan kita ganti yang sungguh luar biasa. Inilah kata-kata Allah dalam sebuah firmannya.
مَثَلُ الَّذِيۡنَ يُنۡفِقُوۡنَ اَمۡوَالَهُمۡ فِىۡ سَبِيۡلِ اللّٰهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ اَنۡۢبَتَتۡ سَبۡعَ سَنَابِلَ فِىۡ كُلِّ سُنۡۢبُلَةٍ مِّائَةُ حَبَّةٍؕ وَاللّٰهُ يُضٰعِفُ لِمَنۡ يَّشَآءُ ؕ وَاللّٰهُ وَاسِعٌ عَلِيۡمٌ
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir. Pada tiap-tiap bulir berisi seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha mengetahui.” (QS Al-Baqarah 261)
Dalam hadis Ibnu Abbas RA disebutkan:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدَ النَّاسِ وَكَانَ أَجْوَدَ مَا يَكُونُ فِي رَمَضَانَ حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ وَكَانَ جِبْرِيلُ يَلْقَاهُ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ فَيُدَارِسُهُ الْقُرْآنَ
Artinya, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah orang yang paling dermawan, dan beliau bertambah kedermawanannya di bulan Ramadan ketika bertemu dengan malaikat Jibril, dan Jibril menemui beliau di setiap malam bulan Ramadan untuk mudarosah (mempelajari) Al-Qur’an.” (HR. Al-Bukhari)
Rasulullah SAW juga bersabda:
مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ غَيْرَ أَنَّهُ لاَ يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئًا
Artinya, “Siapa memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun juga.” (HR Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Tiga petunjuk di atas saya rasa cukup untuk membuka mata hati kita akan keutamaan amalan sedekah di bulan Ramadhan.
Ilmu di balik kekuatan sedekah di bulan Ramadhan
Nabi Muhammad SAW bersabda bahwa tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah. Pepatah lama juga bilang, lebih baik memberi daripada menerima. Dua pernyataan ini agaknya bisa dibuktikan secara ilmiah.
Sejumlah peneliti dari University of Oregon pernah mempublikasikan risetnya pada 2007 dengan memanfaatkan teknik pencitraan resonansi magnetik fungsional atau lebih dikenal dengan istilah MRI. Studi ini didukung National Institute on Aging dan National Science Foundation, Amerika Serikat.
Pada awal percobaan, peneliti melibatkan 19 orang responden wanita. Masing-masing mereka diberikan uang 100 dolar AS, setara Rp 1,5 juta. Responden diminta membayangkan uang mereka dalam tiga kondisi.
Pertama, mereka menyimpan semua uangnya. Kedua, mereka menyumbangkan sebagian uang secara sukarela. Ketiga, sebagian uang mereka diambil pihak ketiga, mirip dengan praktik penarikan pajak.
Peneliti kemudian mengamati reaksi yang terjadi pada otak pasien dengan alat pemindai secara keseluruhan dari tiga praktik tersebut. Hasilnya sangat mengejutkan.
Dr. William T Harbaugh, profesor ekonomi dan penulis studi dari University of Oregon mengatakan aktivitas otak responden meningkat dan sangat bagus ketika praktik kedua, yaitu saat responden memberikan sebagian uangnya secara sukarela pada orang lain, dalam hal ini bisa keluarga mereka, teman mereka yang membutuhkan, atau orang miskin. Praktiknya persis seperti sedekah atau donasi.
Sedekah mengaktifkan bagian otak, disebut caudate nucleus dan nucleus accumbens yang terhubung dengan rangsangan perasaan cukup terkait dengan kebutuhan dasar, seperti makanan dan hunian tempat berlindung. Bisa kita simpulkan di sini, orang yang senang bersedekah mendorong otak mereka untuk merasakan cukup dan hidup sederhana sesuai kebutuhan. Masyaallah.
Penelitian di atas dilakukan di Amerika Serikat yang notabene bukan negara mayoritas Muslim. Pernahkah kita bertanya, mengapa Amerika Serikat begitu makmur, rakyatnya sejahtera, dan banyak orang kaya dunia berasal dari sana?
Selama ini, jawaban pesimis dan cenderung negatif yang orang-orang lontarkan, termasuk saya sendiri adalah “Amerika negara maju karena ekonominya kapitalis dan liberal.” Pernahkah kita bertanya, apa iya jawabannya sebatas itu doang? Saya ingin mengajak pembaca blog saya untuk menyimak beberapa judul berita online, seperti “Amerika Serikat bantu Palestina hingga 235 juta dolar AS,” “Amerika Serikat hibahkan Rp 69,75 triliun untuk Ukraina,” atau “Amerika berikan 100 juta dolar AS untuk Turki dan Suriah.”
Kira-kira, kenapa ini bisa terjadi? Apakah ini sekadar anomali statistik atau fenomena metafisik? Meski hubungan antara sedekah atau donasi dengan kekayaan atau kemakmuran itu tidak seteknis hitung-hitungan kita berinvestasi di instrumen saham, reksa dana, emas, dan lainnya, tetapi umat Muslim pasti jauh lebih mengerti alasan semua ini bisa terjadi.
Keuntungan finansial dari sedekah di bulan Ramadhan tidak terbatas pada si pemberi sedekah saja. Sedekah, donasi, atau zakat dalam Islam bisa mendongkrak tingkat ekonomi seluruh negara, bahkan ketika itu dipraktikkan oleh orang-orang bukan Muslim. Contohnya adalah Amerika Serikat dan negara-negara maju lainnya.
Saya pernah membaca berita berbahasa asing yang menuliskan bahwa pendapatan domestik bruto (PDB) orang-orang Amerika Serikat meningkat di atas 150 persen dalam 50 tahun terakhir. Pada waktu yang sama, jumlah dolar yang mereka sumbangkan atau donasikan meningkat hingga 190 persen.
Seluruh sektor ekonomi di Amerika Serikat sudah maju. Internet provider di sana sangat canggih sehingga masyarakat bisa berdonasi kapan saja, tinggal klik-klik, OK, beres. Enggak perlu ada kotak amal, bagi-bagi amplop di pinggir jalan, atau buka stan donasi, pokoknya sudah modern, tidak konvensional lagi seperti di negara-negara berkembang. Laporannya transparan dan bisa diakses semua orang, khususnya pendonor.
Tren ini memberi tahu kita bahwa semakin banyak kita memberi sedekah di bulan Ramadhan, semakin banyak pula kita mendapat manfaatnya kembali. Jumlah uang yang disumbangkan berkorelasi positif terhadap pendapatan dan penghasilan. Masuk akal jika saya menyimpulkan bahwa sedekah, donasi, zakat, dan bentuk-bentuk sumbangan lainnya bisa menggenjot pertumbuhan ekonomi suatu negara.
Saya yakin seyakin-yakinnya, salah satu alasan utama Indonesia tidak pernah terimbas krisis ekonomi global, tidak pernah sampai kolaps banget ketika negara-negara lain di muka bumi ini tumbang adalah diselamatkan kekuatan sedekah dan zakatnya.
Masyarakat Indonesia memiliki rasa solidaritas tinggi. Mereka bergotong royong mengantar negara ini keluar dari situasi sulit.
Pada 2021 dan 2022, Indonesia dinobatkan sebagai negara paling dermawan di dunia. Skor World Giving Index Indonesia berada di peringkat teratas. Instrumen filantropi Islam, seperti zakat, infak, dan sedekah berhasil menggerakkan roda ekonomi masyarakat secara langsung dan tidak langsung.
Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) mendata potensi zakat di Indonesia mencapai Rp 327 triliun per tahun. Subhanallah. Pada 2021, jumlah zakat yang terkumpul mencapai Rp 17 triliun dan meningkat menjadi Rp 26 triliun 2022.
Coba cek lagi tahunnya. Itu tahun-tahun pandemi covid-19 masih mewabah loh. Keren kan?
Atur keuangan selama Ramadhan
Kita tak pernah tahu apakah kita akan terus bergaji cukup seperti hari ini sampai seterusnya? Kita tak pernah tahu apakah kita sehat terus seperti saat muda?
Kita tak pernah tahu musibah apa yang menunggu kita di hari depan? Inilah pentingnya perencanaan keuangan dalam tujuan finansial kita.
Mumpung Ramadhan nih, saya mau sharing tips untuk pembaca saya tentang jurus atur keuangan selama Ramadhan. Baca terus ya.
1. Alokasikan dana untuk zakat dan sedekah di bulan Ramadhan
Ingat, zakat adalah satu dari lima rukun Islam yang wajib kita tunaikan. Fungsi zakat sendiri pasti sudah tahu kan? Coba gunakan lagi internet provider di rumah kamu dan cari tahu lebih banyak penjelasan tentang manfaat zakat.
لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّىٰ تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ ۚ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ شَيْءٍ فَإِنَّ اللَّهَ بِهِ عَلِيمٌ
Artinya, “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya.” (QS Ali Imran 92)
Sebelum semua uang dan tunjangan hari raya alias THR kamu habiskan untuk hal-hal bersifat duniawi, alokasikan dana untuk berzakat dan sedekah di bulan Ramadhan sedini mungkin. Zakat salah satu cara kita menyempurnakan ibadah, menyucikan harta benda dari hak-hak orang lain yang dititipkan Allah melalui kita.
2. Kurangi berutang
Utang memang tidak diharamkan Islam. Akan tetapi, kita harus paham etika berutang menurut Islam. Hal yang kerap terjadi sekarang ini adalah orang yang berutang lebih kejam dari orang yang mengutangi.
Orang yang menunda melunasi utang, sementara dia sesungguhnya mampu disebut zalim. Allah tidak akan pernah mengampuni dosa orang yang berutang sekalipun orang tersebut mati syahid.
يُغْفَرُ لِلشَّهِيدِ كُلُّ ذَنْبٍ إِلاَّ الدَّيْنَ
Artinya, “Semua dosa orang yang mati syahid akan diampuni kecuali utang.” (HR Muslim)
Begitu banyak Allah dan Rasulullah mengingatkan kita untuk menghindarkan diri dari utang. Inilah kenapa pada tips kedua atur keuangan selama Ramadhan ini saya masukkan anjuran mengurangi utang.
Ayah saya pernah bilang, orang kaya bukanlah orang yang banyak duitnya. Orang kaya adalah orang yang tidak berutang. Tak apa hidup seadanya, asalkan tidak berutang.
3. Hindari sifat konsumtif
Allah memerintahkan kita untuk bersikap sederhana, tidak berlebihan dalam makan dan minum. Sebaliknya, Allah mengimbau kita untuk memakai pakaian terbaik kita ketika beribadah.
يٰبَنِىۡۤ اٰدَمَ خُذُوۡا زِيۡنَتَكُمۡ عِنۡدَ كُلِّ مَسۡجِدٍ وَّكُلُوۡا وَاشۡرَبُوۡا وَلَا تُسۡرِفُوۡا ۚ اِنَّهٗ لَا يُحِبُّ الۡمُسۡرِفِيۡ
Artinya, “Wahai anak cucu Adam! Pakailah pakaianmu yang bagus pada setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.” (QS Al-A’raf 31)
Ibaratnya, kalau kita diberi kesempatan bertemu Presiden RI, Blink dikasih kesempatan ketemu member-member Black Pink, Army dikasih waktu khusus jumpa member-member BTS, pastinya pada kalang kabut cari kostum kan?
Kenapa pas pergi salat ke masjid, kita yang jelas-jelas mampu memilih pakai baju yang tadi dipakai ke dapur atau bekas nge-bengkel? Coba, logikanya jalan enggak tuh? Jangan secuek itu sama Tuhanmu.
Sifat konsumtif cenderung kita lakukan selama bulan puasa. Kita gampang banget “lapar mata” sehingga semua makanan dan minuman kelihatan enak. Padahal, pas berbuka, tidak semuanya bisa kita makan lantaran kekenyangan. Ujung-ujungnya mubazir dan terbuang percuma.
Perintah Allah “jangan berlebihan” dalam ayat di atas bisa bermakna luas. Pertama, jangan berlebihan dalam mengatur porsi makan dan minum. Segala sesuatu yang berlebihan justru mendatangkan penyakit. Berhentilah makan sebelum kenyang, begitu kan?
Kedua, belanja makanan secukupnya. Tidak perlu bermewah-mewah, misalnya pesan makanan dari hotel dan restoran bintang lima. Itu namanya besar pasak daripada tiang.
Belanja berlebihan selama Ramadhan bisa bikin manajemen finansial kita anjlok. Jaminan halalnya juga perhatikan. Jauh lebih bagus kita sahur dan berbuka dengan makanan buatan sendiri atau masakan ibu kita di rumah. Bukan cuma hemat, tetapi juga pahala karena ibu mana sih yang enggak senang anaknya berbuka bersama orang tua di rumah?
4. Utamakan pakai produk-produk keuangan syariah
Kita sebelumnya sudah familiar dengan produk-produk keuangan konvensional, misalnya kartu kredit dan kartu debit dari bank-bank konvensional. Nah, pas momen Ramadhan ini, tak ada salahnya kita mengutamakan produk-produk keuangan syariah.
Contohnya, menabung di bank syariah, buka deposito syariah, beli asuransi syariah, reksa dana syariah, dan saham-saham dari emiten syariah. Bisa dong.
Apalagi, internet provider sekarang sudah canggih, seperti IndiHome dari Telkom Indonesia yang jaringannya tersebar di berbagai penjuru negeri. Berkat jaringan internet cepatnya, aktivitas sedekah dan bayar zakat bisa kita lakukan online dari mana saja, salah satunya melalui aplikasi bank-bank syariah tadi.
5. Tetap isi pos dana darurat
Pos dana darurat adalah standar perencanaan keuangan yang wajib kita penuhi. Menurut saya, tak ada tawar menawar lagi. Pos ini wajib kita isi, di bulan suci ataupun bulan biasa.
Kita bisa mengisi tabungan dana darurat di bank-bank syariah tadi. Kita bisa juga mengubahnya ke bentuk lain, misalnya asuransi syariah. Bisa juga berupa uang cash yang disimpan di brankas rumah. Pilih mana yang menurutmu nyaman.
Besarannya bebas. Idealnya, jumlah dana darurat yang harus kita siapkan adalah 6-12 kali gaji. Kalau semisal gajimu Rp 3 juta per bulan, dana daruratmu yang stand by seharusnya berkisar Rp 18 juta hingga Rp 36 juta.
Kesannya banyak ya? Itu karena kamu enggak pernah mulai menyimpannya. Coba deh, tiap bulan kamu mengalokasikan dana darurat, misalnya Rp 500 ribu per bulan, kemudian lakukan hal sama selama tiga tahun, maka kebutuhan dasar dana daruratmu sudah terpenuhi di angka Rp 18 juta.
Kalau saldo minimal dana darurat kamu sudah cukup, kamu boleh terus menambahnya dengan menabung Rp 500 ribu per bulan atau boleh juga menggunakan Rp 500 ribu berikutnya untuk keperluan lain, misalnya tabungan buat traveling. Sesederhana itu. Intinya, niat atau enggak?
Yuk, giatkan lagi sedekah di bulan Ramadhan. Mumpung Idul Fitri masih dua pekan lagi. Selamat menjalankan ibadah puasa, kawan-kawan.
Leave a Comment