Matahari pagi di kampung halaman konon katanya jauh lebih hangat dibanding sinar mentari di tempat lain. Tak peduli berapa jauh dan berapa lama aku meninggalkan negeri tempatku dilahirkan, rumah masa kecil akan selamanya menjadi rumah yang kurindukan.
Siapa pun tak akan pernah lupa rasanya pulang ke rumah. Tiada yang berubah. Semua masih terlihat sama, bahkan bau setiap sudutnya pun masih sama. Satu-satunya hal yang tak lagi sama adalah kita.
Kita yang mendewasa. Kita yang kini tak lagi muda. Kita yang kini sudah berkeluarga. Kita yang kini menjejaki langkah sendiri dalam pencarian jati diri.
Sejak menikah 2014 sampai hari ini, aku baru pulang ke rumah orang tua di Sumatra Barat dua kali. Ya, dua kali, pada 2015 dan 2017. Jika dirata-rata, aku hanya mudik sekali dalam empat tahun. Pertama, saat masih berstatus pengantin baru. Kedua, setelah melahirkan anak pertama.
Rotasi kerja suami menjadi salah satu faktor aku tak bisa rutin pulang setiap tahun. Selama hampir sembilan tahun menikah, aku dan suami terus berpindah dari satu kota ke kota lain, mulai dari Kupang (Nusa Tenggara Timur), Denpasar (Bali), Surabaya (Jawa Timur), dan sekarang berlabuh di Jakarta. Bisa dibayangkan betapa repot mengurus proses pindahan rumah yang kerap mendadak dan sedikit banyak berdampak pada keluarga kecilku.
Kini, aku dan suami telah dikaruniai tiga orang putra putri. Pandemi Covid-19 membuat rencana kepulangan yang telah kami susun pada 2021 tertunda. Alhasil, si kembar yang lahir di tengah pandemi belum sekali pun bersua langsung dengan kakeknya.
Ibuku sedikit beruntung karena masih sempat menjenguk cucunya beberapa hari di Surabaya pada 2020. Namun, ayahku masih memendam rindu itu sampai hari ini.
Sekarang, kondisi kesehatan kedua orang tuaku tak seperti dahulu. Ayah dan ibu bilang, mereka tak mungkin lagi bisa sering-sering mengunjungi kami di luar pulau sekali pun disiapkan tiket pesawat.
Ibu harus menggunakan kursi roda. Ayah tak kuat lagi berjalan jauh. Giliran kamilah sekarang yang menemui mereka di sana.
Kendati demikian, harapan pulang ke Sumatra Barat selalu ada. Kuharap momen setiap putriku libur panjang akhir semester, Natal dan Tahun Baru, atau Lebaran Idul Fitri setiap tahunnya menjadi kesempatan emas itu. Aku bisa mengajak suami dan ketiga anakku pulang ke ranah minang.
Aku mulai menyusun rencana perjalanan, mulai dari mencari tahu jadwal libur sekolah putri sulungku, memperkirakan tanggal keberangkatan, agenda jalan-jalan keluarga, lengkap dengan perkiraan total anggaran.
Tentu saja aku mengandalkan Traveloka untuk memesan transportasi dan akomodasi. Traveloka banyak membantuku menyusun itinerary untuk perjalanan bisnis dan liburan dengan berbagai pilihan transportasi dan akomodasi. Enggak peduli aku mau traveling pakai pesawat, kereta api, bus, atau rental mobil, semua bisa difasilitasi.
Tahukah kalian? Traveloka meluncurkan slogan baru Life, Your Way untuk merespons peningkatan kebutuhan masyarakat dalam melakukan perjalanan. Sektor ini menunjukkan tren pemulihan bertahap dan diperkirakan mencapai pemulihan penuh pada 2023 dan 2034 mendatang.
Traveloka mempertegas posisinya sebagai leading perusahaan teknologi yang berpusat pada konsumen atau consumer-centric dari lintas generasi. Perusahaan secara konsisten menghadirkan solusi produk dengan layanan menyeluruh, jaminan layanan berkualitas dengan fitur terbaik, dan ketersediaan harga-harga yang menguntungkan bagi konsumen. Inilah yang menjadikan Traveloka sebagai platform terdepan di Asia Tenggara.
#LifeYourWay, jalani hidup dengan caramu. Kita semua pasti menginginkan hal tersebut. Namun, berapa banyak dari kita yang benar-benar kuasa melakukannya?
Selama bertahun-tahun, dari sekolah dasar sampai kuliah, aku menjalani hidup sesuai keinginan orang tua. Aku menurut harus sekolah di mana, kursus apa saja, sampai kuliah di perguruan tinggi pun ditentukan orang tua.
Banyak anak, terutama anak perempuan tak bisa berargumen tidak setuju kepada orang tua. Aku yang sejak SMA bermimpi menjadi jurnalis dan melanjutkan kuliah di kampus dengan program studi ilmu komunikasi akhirnya berubah haluan ke kampus pertanian atas permintaan orang tua. Sedih pasti ada, tetapi aku bertahan dan terus berjuang memberikan yang terbaik sebagai bentuk baktiku pada keduanya.
Hidup terus berjalan. Aku berhasil menjadi sarjana lulusan kampus pertanian terbaik di Bogor. Tiba saatnya aku menentukan nasib sendiri, memilih jalan hidupku sendiri, bukan atas keinginan atau anjuran orang lain.
Kurasa memilih mengikuti kata hati bukan berarti aku tak berbakti pada orang tua. Memang betul, semua orang tua menginginkan yang terbaik untuk anaknya, terutama soal pendidikan dan karier. Namun, jika saran dan keinginan orang tua tersebut tidak cocok dengan minat anak, bukankah itu lambat laun berpengaruh pada masa depan anak?
Mula-mula, pada tahun sama saat kelulusan, aku mengiyakan saran ayah dan ibu untuk mengikuti tes calon pegawai negeri sipil (CPNS) di salah satu kementerian. Hasilnya, aku tidak lulus.
Aku berusaha lagi mendapat restu mereka untuk kembali mengejar mimpi menjadi jurnalis. Bagiku, kehidupan seorang anak tanpa restu orang tua jelas tidak baik-baik saja. Ayah dan ibu akhirnya memberikan restu dan doa itu meski masih berharap aku kembali mengikuti tes CPNS tahun berikutnya.
Aku kemudian mengajukan lamaran kerja ke tiga media nasional di ibu kota. Gayung bersambut. Setelah menjalani serangkaian tes seleksi dan wawancara, aku diterima sebagai junior reporter salah satu surat kabar nasional di Jakarta Selatan pada 2011.
Seperti apa rasanya menjalani hidup dengan cara kita? Bagaimana kita bisa memecahkan rumus kehidupan untuk menjalani hari-hari dengan versi terbaik diri?
Kitalah yang bertanggung jawab atas hidup kita, bukan orang lain. Jika kita ingin sukses dan bahagia dengan cara kita, kita perlu melakukan perubahan.
Banyak kerikil bakal kita jumpai dalam perjalanan menggapai mimpi. Stigma masyarakat, arus informasi dari televisi, media sosial, lingkungan pergaulan, makanan, minuman, dan gemerlap dunia hiburan serta gaya hidup orang-orang masa kini. Kita bisa kehilangan seluruh hidup kita karena terlampau larut di dalamnya sampai pada satu titik kita menyadari kita tak melakukan apa-apa.
Hanya dengan menetapkan tujuan, kita bisa fokus. Kita akan menyadari tidak ada orang lain bisa mewujudkan impian kita kecuali diri kita sendiri.
Mindfulness adalah caraku melatih fokus pada apa yang sedang kuhadapi, bukan apa yang belum terjadi atau bahkan yang tidak mungkin terjadi. Saat impianku bertentangan dengan keinginan orang tua, aku memilih fokus pada situasi yang kuhadapi masa itu dan menerima tanpa menghakimi diri.
Calm down. Tidak sulit mempelajari mindfulness. Kita bisa melakukannya dalam sekejap. Tarik napas dalam-dalam, rasakan oksigen mengisi paru-paru kita, bagaimana rasanya? Apakah otot kita yang tadinya kaku jadi rileks? Apakah hati yang tadinya panas menjadi sejuk kembali?
Gunakan pancaindra kita untuk menggambarkan momen cepat atau lambat kita bisa meraih impian itu meski melalui jalan berliku.
Sadarilah empat hal yang bisa membuat kita berhenti meraih mimpi dan menjalani hidup dengan cara kita. Pertama, kita mengejar hal yang baik menurut orang lain, bukan menurut kita. Kedua, kita takut bermimpi besar hanya karena takut gagal dan kecewa.
Ketiga, kita sibuk memikirkan apa yang harus kita lakukan, bukannya apa yang ingin kita lakukan. Keempat, kita terlalu sibuk peduli dengan pendapat orang lain atau pandangan masyarakat.
Hal penting kupelajari dari semua perubahan yang kulakukan untuk menjalani hidup dengan caraku adalah ini semua tentang tahap demi tahap yang kulalui dengan sabar. Mungkin saja caraku melunakkan hati orang tua untuk menerima mimpi kecilku butuh waktu, tetapi karena aku memulainya sejak jauh hari, selangkah demi selangkah, pada akhirnya aku makin dekat dan menerima umpan balik dari mimpi masa kecilku.
Dukungan itu penting ketika seseorang ingin bergerak maju. Ketika aku memutuskan terjun ke dunia jurnalistik, aku mencari dukungan sebanyak mungkin.
Pertama, aku menghubungi teman-temanku di Koran Kampus dahulu. Aku berdiskusi dengan mereka terkait impianku. Mereka sangat senang dan mendoakan keberhasilanku.
Aku juga mengikuti beberapa grup kepenulisan di internet, pelatihan jurnalistik gratis yang digelar beberapa media kala itu. Tak lupa juga aku mengikuti akun media sosial media cetak dan daring yang kusukai.
Tidak ada gunanya mengejar sesuatu yang kita kerjakan setengah hati. Ujung-ujungnya, kita tidak akan berhasil.
Kita harus menyukai atau setidaknya berusaha menyukai apa yang kita kerjakan. Kendati awalnya mungkin ragu, tak ada salahnya menjalani beberapa waktu untuk mengetahui apakah kita menyukainya atau tidak.
Ini serupa perjalananku mengikuti nasihat orang tua dalam memilih program studi universitas. Kendati awalnya aku tak suka berkuliah di kampus pertanian, tetapi toh aku bahagia menjalaninya dan lulus tepat waktu. Aku pun bisa membuktikan, lulusan kampus pertanian sekali pun tetap bisa kok bekerja di bidang yang diminati.
Kunci menjalani kehidupan adalah berdoa, yakin kepada Allah SWT, dapatkan restu orang tua, dan sempurnakan dengan usaha. Ada orang yang sukses cukup dengan melalui jalan lurus. Ada pula yang sukses setelah menempuh jalan berliku. Tak ada yang salah dengan itu karena masing-masing kita punya waktu.
Bleisure bareng Traveloka
#LifeYourWay, jalani hidup dengan caramu. Perubahan ke arah lebih baik kadang memang sulit dan menantang. Berubah bagiku adalah perkara berani menghadapi ketakutan, berani melawan banyak godaan termasuk godaan setan, berani melangkah lebih jauh, dan yakin dalam membuat keputusan.
Sebagaimana keputusanku dahulu melakukan traveling cara aku. Banyak perjalanan kerja dalam waktu singkat sambil liburan atau lebih dikenal dengan istilah bleisure kulakukan berbagai daerah dan kota.
Aku memberanikan diri mendatangi tempat-tempat yang sama sekali belum pernah kukunjungi, mau itu solo traveling atau bersama teman seperjalanan. Ada hari saat aku melakoni profesi jurnalis kemudian keesokan harinya aku bisa saja berganti menjadi seorang traveler. Begitulah liburan cara aku dahulu.
Bleisure mirip dengan workation, yaitu konsep yang menggabungkan aktivitas bekerja dengan liburan. Ini memungkinkan seseorang tetap bisa menikmati liburan di sela pekerjaan sehingga potensial mendorong kreativitas.
Hari ini, batas antara bekerja dan berlibur makin kabur. Orang-orang cenderung menggabungkan urusan pekerjaan atau bisnis dengan liburan ketika bepergian.
Mereka bahkan berpeluang melakukan keduanya sepanjang tahun. Workation, bleisure, dan sport tourism diperkirakan menjadi tren wisata 2023. Tabel berikut mungkin bisa menjelaskan sedikit tentang perbedaan workation dan bleisure.
Chief Marketing Officer Traveloka, Shirley Lesmana memperkirakan kendati staycation masih diminati masyarakat kita, tren bepergian pada 2023 akan sedikit bergeser dari staycation menjadi workation, bleisure, dan sport tourism. Semua tujuan dari tiga tren ini adalah domestik alias dalam negeri.
Kebutuhan perjalanan konsumen terus berubah. Riset Traveloka menunjukkan tren konsumen sekarang menginginkan pengalaman perjalanan yang bersifat lebih personal. Wisatawan makin eksploratif dan mencari tempat-tempat baru.
Wisatawan yang sebelumnya mungkin memprioritaskan Bali dan Yogyakarta sekarang mempunyai lebih banyak alternatif. Shirley mencontohkan Labuan Bajo, Danau Toba, Sentul, Puncak, dan Mandalika dengan Sirkuit Internasional Mandalika yang tahun depan akan kembali menggelar perhelatan MotoGP Mandalika 2023.
Traveloka menempati peringkat satu situs perjalanan paling banyak dikunjungi pengguna internet di Indonesia. Total kunjungannya mencapai 7,2 juta kunjungan sepanjang triwulan pertama 2022.
Kunjungan masyarakat Indonesia di situs Traveloka paling besar dibanding negara lain. Porsinya mencapai 61,2 persen hingga akhir Desember 2021.
#LifeYourWay, jalani hidup dengan caramu. Istilah workation kembali tren selama pandemi tiga tahun terakhir. Berkat workation, lahir lagi istilah work from anywhere alias bekerja dari mana saja.
Sejumlah perusahaan sejak pandemi menerapkan sistem kerja hibrida ini. Hasilnya ternyata positif. Karyawan jauh lebih produktif dan dalam waktu bersamaan lebih semangat bekerja karena jauh dari kebosanan.
Setelah tiga tahun pandemi, kantor-kantor di berbagai kota kembali menerapkan work from office dengan sistem shift. Suamiku misalnya, hanya bekerja dari kantor tiga hari dalam sepekan.
Perjalanan dinas ke luar kota kembali ditekuni kembali. Bleisure akan kembali ramai pada 2023.
Berikut lima contoh pengalaman bleisure yang pernah kujalani bersama Traveloka.
Saat masih bekerja sebagai jurnalis ekonomi di sebuah koran nasional, pimpinan redaksi pernah menugaskanku liputan ke Malaysia. Salah satu bank syariah di Indonesia memenangkan dua penghargaan tingkat dunia di ajang Islamic Finance News Awards, yaitu sebagai Most Innovative Islamic Bank dan Best Islamic Bank in Indonesia.
Ini sebuah kebanggaan bagi Indonesia sehingga berbagai media nasional dan internasional hadir langsung meliput acara tersebut. Jadwalnya dua hari dan kebetulan menjelang akhir pekan. Pimpinan mengizinkanku berada di Kuala Lumpur sampai Minggu.
Aku dapat jatah menginap semalam di Sheraton Imperial Kuala Lumpur Hotel. Lokasinya berdekatan dengan Grand Hyatt Kuala Lumpur yang menjadi tempat perhelatan acara. Sisanya aku pindah ke hotel berbeda yang budget-nya lebih murah dan menikmati solo traveling di Negeri Jiran.
Rasanya sangat berkesan. Aku jalan-jalan ke sejumlah tempat, di antaranya Menara Kembar Petronas, Jalan Alor, Galeri Kota Kuala Lumpur, dan tentunya Mall Suria KLCC.
Perjalananku ke Singapura dalam rangka memenuhi undangan liputan pameran teknologi informasi dan komunikasi terbesar di Asia, yaitu CommunicAsia. Ajang tahunan berskala internasional ini diikuti perusahaan-perusahaan teknologi tingkat dunia.
Pameran digelar selama tiga hari di Sands Expo and Convention Centre, Marina Bay Sands. Aku berkesempatan mewawancara sejumlah CEO perusahaan dalam dan luar negeri. Hal paling berkesan saat itu aku mengekspos banyak perusahaan teknologi kita di Indonesia menjadi peserta di sana. Bangga banget pastinya!
Aku menginap di Ibis Budget Singapore Bugis Hotel. Selain relatif dekat dengan venue acara, hotel ini juga Muslim friendly sehingga otomatis makanannya halal. Aku enggak perlu waswas ketika sarapan di sana.
Sesingkat apa pun kunjungan kerja, aku selalu menyempatkan jalan-jalan di setiap titik yang kujejaki. Selama tiga hari di Negeri Merlion, aku meluangkan waktu bersantai di Marina Barrage, jalan-jalan ke Haji Lane, Museum Nasional Singapura, menonton pertunjukan air mancur Song of The Sea di Pulau Sentosa, Universal Singapore, dan naik Singapore Flyer meski harus merogoh kocek lebih. Tak apa, pengalaman sama belum tentu terulang dua kali kan?
Bleisure ke Yogyakarta dalam rangka journalist trip khusus untuk reporter ekonomi dan bisnis dari berbagai media cetak dan daring di Jakarta. Kali ini, aku traveling bersama teman-teman seprofesi.
Aku mengikuti pelatihan economic reporting sektor perbankan selama dua hari yang diadakan salah satu bank swasta nasional. Sehabis pelatihan, aku dan teman-teman bisa memperpanjang jadwal menginap kami untuk mengeksplorasi Kota Gudeg.
Kami mendatangi sejumlah destinasi, seperti jalan-jalan di Malioboro dan Tugu Jogja, belanja di Pasar Beringharjo, melihat kerajinan perak dan kerajinan kulit di Kotagede serta mengunjungi Museum Ullen Sentalu.
Kami menginap di Hotel Royal Amborrukmo Yogyakarta. Hal paling berkesan selama menginap di hotel tersebut adalah aku tak sengaja berjumpa dengan gitaris MLTR, Mikkel Lentz.
Michael Learns to Rock, biasa disingkat MLTR adalah band pop asal Denmark yang sangat populer di Indonesia. Saat sarapan, mejaku ternyata bersandingan dengan meja Mikkel. Kusempatkan berfoto bersamanya. Sayang banget, Jascha Richter dan Kare Wanscher lebih dahulu meninggalkan restoran sebelum aku dan teman-temanku datang.
Ini pertama kali aku menjejaki titik nol sekaligus mutiara paling selatan dari teritorial Indonesia. Tugas awalku menghadiri undangan liputan program kelistrikan nasional salah satu perusahaan BUMN di Kupang, Nusa Tenggara Timur.
Aku dan teman-teman menginap semalam di ASTON Kupang Hotel & Convention Center. Sehari kemudian, kami bertolak dengan kapal ferry ke Pulau Rote, kemudian melanjutkan perjalanan dengan kapal cepat ke Pulau Ndana.
Aku mengikuti beberapa rekan media televisi melakukan reportase di perbatasan Indonesia – Australia. Hal tersebut menyusul penangkapan kapal asing berisi puluhan imigran gelap yang memasuki wilayah perairan Indonesia lewat Rote. Mereka rencananya akan diselundupkan (people smuggling) ke Australia.
Di Rote Ndao, kami menyewa sebuah vila. Lokasinya tak jauh dari pantai. Sungguh perjalanan menguras tenaga sekaligus emosi karena kerap membuat jantungku berdebar. Ombak di perairan Rote sungguh ekstrem. Ada masa kapal kami nyaris terbalik dan mati tiba-tiba di tengah laut pasang.
Kali ini aku murni bekerja. Momen jalan-jalan cukup dirangkum dalam perjalanan tugas sembari menikmati pantai di Kupang dan Rote. Aku beruntung sempat menikmati wisata kuliner di Pasar Malam Kampung Solor di Jalan Siliwangi Kota Kupang pada malam terakhir sebelum kembali ke Jakarta.
Indonesia pernah menjadi tuan rumah penyelenggara Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asia Pacific Economic Cooperation (APEC) ke-21 yang berlangsung di Nusa Dua, Bali. Aku dan dua rekan sekantor ditugaskan meliput kegiatan tersebut secara eksklusif selama lima hari dan bonus dua hari untuk liburan di akhir pekan.
Indonesia perdana menjadi tuan rumah pertemuan tingkat dunia sekelas APEC. Ini pertama kali Indonesia membangun jembatan tol laut rute Nusa Dua – Ngurah Rai – Benoa. Ini juga pertama kalinya aku menjejakkan kaki di Pulau Dewata yang ternyata beberapa tahun kemudian menjadi tempat pertama aku dan suami berdomisili setelah menjadi suami istri.
Aku menginap di Hotel Santika Siligita Nusa Dua yang lokasinya relatif dekat dengan BNDCC 1 & 2, venue utama kegiatan. Pekerjaanku sangat padat. Namun, aku bersemangat karena dua hari terakhir aku bisa jalan-jalan.
Beberapa aktivitas wisata yang kulakukan, antara lain menyaksikan tari kecak dan sunset di Uluwatu, makan malam di Jimbaran, main ke Garuda Wisnu Kencana, dan pelesiran di Pantai Kuta.
Dunia kerja tak sama lagi. Orang-orang sekarang bisa bekerja dari mana saja, mau dari kota, dari desa, atau dari negara berbeda. Aku berharap tren ini menjadi lebih umum di Indonesia tahun-tahun mendatang.
Pada gilirannya, tren ini berpotensi mengurangi kesenjangan ekonomi antardaerah. Sayangnya aku bukan ahli ekonomi, hanya mantan jurnalis ekonomi sehingga tidak akan terlalu mendalami pembahasan ini.
Itinerary liburan tujuh hari di Sumatra Barat
#LifeYourWay, jalani hidup dengan caramu. Insyaallah awal tahun ini serta Lebaran Idul Fitri 2023 nanti, Sumatra Barat menjadi pilihanku menghabiskan liburan cara aku. Ranah Minang bukan hanya tanah kelahiranku, bukan pula sekadar hasrat menebus rinduku pada ayah ibu, melainkan juga kekayaan potensi wisata di sana.
Sebagai bloger dengan niche parenting dan lifestyle, aku selalu memperbaharui cerita-cerita travelingku dalam kanal “mamacation.” Isinya ragam destinasi yang pernah kukunjungi. Aku tak hanya bisa menabung kenangan di Sumatra Barat, tetapi juga menabung konten untuk kubagikan kepada 1.500+ subscriberku di blog ini.
Berikut adalah itinerary liburan tujuh hariku di Sumatra Barat.
1. Wisata Pantai di Sasak, Sikabau, Maligi, Air Bangis, dan Muaro Binguang
Tujuan pertama aku dan keluarga pulang kali ini adalah bertemu ayah dan ibu di Pasaman Barat, salah satu kabupaten di Sumatra Barat. Tiga hari pertama di rumah, aku ingin ayah dan ibu memaksimalkan kebersamaan mereka dengan anak, menantu, dan ketiga cucunya.
Aku tentu juga menyempatkan diri berkunjung ke rumah keluarga, seperti om, tante, sepupu, dan keponakan. Apalagi, aku sudah tak pulang hampir lima tahun. Mereka tentu juga rindu denganku, sama seperti aku yang rindu bertemu mereka.
Pasaman Barat juga kaya potensi wisata, khususnya wisata bahari. Ada banyak pantai bisa dikunjungi, di antaranya Pantai Sasak, Pantai Sikabau, Pantai Maligi, Pantai Air Bangis, dan Muaro Binguang.
Ada juga wisata alam Pulau Pigago, Air Terjun Sipagogo, Air Terjun Siburai Burai, Bukit Puti Gonjoli, dan tentunya pemandangan elok Gunung Talamau, atap tertinggi di Sumatra Barat. Alhamdulillah sebagian besar objek wisata ini berlokasi relatif dekat dari rumahku.
Suamiku dan keluarganya kebetulan berasal dari Padang Panjang. Kepulangan kami kali ini otomatis juga diketahui keluarga di sana.
2. Wisata sejarah ke Goa Batu Batirai hingga Islamic Center Padang Panjang
Selama di kota ini, keluargaku bakal menginap di rumah mertua. Mama dan papa mertuaku kebetulan memiliki rumah di Koto Laweh, salah satu nagari di Padang Panjang.
Vila Syamsiah, demikian kami menyebut rumah itu, selama ini dirawat dan dijaga oleh saudara mama. Kedua mertuaku yang kini berdomisili di Bekasi masih rutin pulang ke Padang Panjang setidaknya dua kali setahun.
Padang Panjang adalah kota budaya di Sumatra Barat. Sembari mengunjungi rumah keluarga, kami memiliki banyak alternatif kunjungan ke sejumlah destinasi wisata, seperti Air Terjun Tujuh Tingkat, Lembah Anai, Lubuk Mata Kucing, Goa Batu Batirai, Desa Wisata Koto Laweh, Desa Wisata Kubu Gadang, dan Islamic Center Padang Panjang.
Tidak lupa, aku kangen makan dendeng batokok di Rumah Makan Aie Badarun. Kata orang, wisata ke Padang Panjang belum sempurna sebelum makan di restoran ini. Ada juga Sate Padang Mak Syukur di Jalan Sutan Syahrir. Kapan lagi menikmati kuliner minang di daerah asal, ya kan?
Padang Panjang berdampingan dengan Kota Bukit Tinggi. Jaraknya kira-kira 30 menit perjalanan dengan kendaraan roda empat dan lebih cepat dengan sepeda motor.
Kami bisa jalan-jalan ke Jam Gadang, Danau Maninjau, Taman Margasatwa dan Budaya Kinantan, Benteng Fort de Kock, Jembatan Limpapeh, Janjang Saribu, dan Lubang Jepang.
Sejak lama aku berencana mengajak orang tua staycation di Lembah Harau, Payakumbuh. Salah satu lembah terindah di Indonesia ini dikelilingi tebing batu granit dengan ketinggian bervariasi, 80-500 meter.
3. Wisata alam ke Lembah Harau
Lembah Harau adalah surga pemanjat tebing. Cadas-cadas curam, sebagian berwarna kemerahan tegak mengelilingi lembah ini. Pemandangan yang muncul begitu sempurna ketika diabadikan dalam foto atau video.
Para pemanjat tebing dalam dan luar negeri kerap menyamakan lembah Harau dengan Lembah Yosemite yang terletak di Sierra Nevada, California, Amerika Serikat. Ada lebih dari 300 titik panjat tebing yang menjadi spot favorit para pehobi olah raga ekstrem.
Belasan air terjun bisa kita temukan di lembah yang juga berstatus cagar alam seluas 669 hektare ini. Dua air terjun yang paling gampang diakses adalah Air Terjun Harau dan Air Terjun Akar Berayun yang lokasinya cukup berdekatan.
Selain air tejun, Lembah Harau memiliki objek wisata yang tak kalah indah, seperti Kampung Sarosah, Kampung Korea Jepang, Ngalau Indah, dan Kelok Sambilan.
Sekitar 10-15 tahun lalu, mungkin belum banyak hotel dan penginapan di Lembah Harau. Orang-orang masih menginap di Kota Bukit Tinggi dan secara terpisah mengunjungi Lembah Harau dengan mobil sewa. Lama perjalanan kira-kira 1,5 jam.
Seiring perkembangan sektor pariwisata, khususnya pariwisata halal di Indonesia, Sumatra Barat tentu menjadi salah satu provinsi yang wajib dikunjungi. Akomodasi wisata, seperti hotel, vila, dan homestay di Lembah Harau makin banyak.
Kementerian Pariwisata bahkan berencana menetapkan Sumatra Barat sebagai destinasi wisata prioritas pada 2023 dengan tema Visit Beautiful West Sumatra 2023. Insyaallah tahun-tahun mendatang, kampuang nan jauh di mato makin dekat berkat Traveloka.
Aku menemukan rekomendasi penginapan di sekitar Lembah Harau lewat aplikasi Traveloka Hotel. Tiga di antaranya adalah Teras Harau Hotel & Resort, Roemah Abdoe Lembah Harau, dan Haulaso Homestay.
Keluargaku berencana melalui rute darat dari Jakarta ke Padang. Transportasi yang digunakan adalah mobil pribadi.
Pertimbangan ini diambil untuk memudahkan mobilisasi kami di sana. Apalagi, saat ini sudah ada Jalan Tol Trans Sumatra yang menghubungkan Lampung hingga Banda Aceh melalui 24 ruas jalan berbeda yang panjang keseluruhannya mencapai 2.704 kilometer. Jalan tol ini sebagian telah beroperasi.
Kami memulai perjalanan dari Bekasi menuju Jakarta, tepatnya Pelabuhan Merak. Perjalanan berlanjut dengan kapal ferry ke Pelabuhan Bakauheni di Lampung. Penyeberangan dengan kapal ferry eksekutif lebih cepat, sekitar satu jam, sedangkan penyeberangan dengan kapal ferry reguler mencapai dua jam.
Total waktu tempuh perjalanan Jakarta-Padang dengan mobil pribadi kira-kira 28 jam. Kami akan melalui Tol Bakauheni-Terbanggi Besar, Tol Kayu Agung-Palembang, kemudian Jalan Raya Lintas Sumatra menuju Padang.
Kami berencana menginap semalam di Baturaja, ibu kota Kabupaten Ogan Komering Ulu, Sumatra Selatan untuk memulihkan tenaga di sana. Alasannya, mobil pribadi kami hanya mengandalkan kekuatan bos daddy alias suami saja.
Traveloka Hotel memudahkanku mencari referensi penginapan di sekitar Baturaja. Budget perjalanan bisa diatur lebih spesifik. Biaya yang kuperhitungkan adalah biaya BBM Jakarta-Padang, tarif tol, tarif penyeberangan dengan kapal ferry, biaya makan, dan sewa kamar penginapan untuk dua orang dewasa dan tiga anak.
Liburan lagi yuk, bareng Traveloka. Kamu pasti mau kan? Aku yakin aplikasi burung godwit bewarna biru langit ini ter-install cantik di ponsel kamu. Traveloka memudahkan kita semua menyusun itinerary hingga budget plan untuk traveling kemana pun.
Cobalah rencanakan liburan di Traveloka dan susun sendiri itinerary liburan cara kamu di sana. Ditunggu ya!
#LifeYourWay, jalani hidup dengan caramu sendiri, tak peduli apa anggapan orang atau apa yang dilakukan orang. Jika itu bukan kata hatimu, jangan mudah mempercayainya. Jika hatimu tak tergerak, jangan mau melakukannya.
Dengarkan suara hatimu dan lakukan dengan caramu sendiri. Saat kamu fokus dengan tujuanmu dan yakin dengan pilihanmu, kamu selangkah lebih dekat dengan mimpimu.
Yuk, rencanakan liburan di Traveloka. Go your own way and you will build a life beyond your wildest dreams.
https://www.antaranews.com/berita/2799233/menyongsong-kebangkitan-pariwisata-sumbar-lewat-tahun-kunjungan-2023
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/01/19/6-negara-yang-paling-banyak-kunjungi-situs-traveloka-mana-saja
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/04/27/traveloka-situs-perjalanan-yang-paling-banyak-dikunjungi-masyarakat-indonesia
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/12/24/traveloka-aplikasi-pesan-hotel-pilihan-mayoritas-masyarakat-pada-liburan-akhir-tahun
https://www.hutamakarya.com/trans-sumatera
https://swa.co.id/swa/trends/workation-sport-tourism-dan-bleisure-jadi-tren-wisata-2023
Leave a Comment