Seminggu terakhir saya cukup gerah dengan kebiasaan baru Rashif (2 tahun 11 bulan). Putra saya yang istimewa ini tidak mau pakai celana saat tidur. Maunya pakai popok doang.
Rashif juga senang melepas baju, bahkan memaksa mengenakan baju sama, setidaknya hanya 3-4 baju dari sekian banyak baju yang saya siapkan untuknya. Kalo udah pakai baju yang dia suka, riweuh kalo disuruh mandi karena dia gak mau buka bajunya. Pengen dipakai terus.
Kalo kejadiannya di rumah sih mungkin masih bisa diatasi. Namun, kebayang gak kalo nanti Rashif melakukannya di tempat umum? Pastinya bakal berantakan.
Ya mungkin kalo anak autisi kita masih bayi, umur setahun misalnya, dia kelihatan lucu ketika bertelanjang di depan umum, entah itu gak pakai celana, cuma pakai popok doang, atau pakai baju doang. Gimana kalo ini menjadi kebiasaan sampai anak spesial kita berada di usia yang udah gak lucu lagi? Jatuhnya malah malu-maluin, ya kan?
Anak Autis tidak Mau Pakai Celana Saat Tidur
Saya tahu anak-anak tipikal atau normal sekalipun melalui tahap ini. Ada masanya mereka senang bertelanjang melepas baju dan tidak mau pakai celana saat tidur.
Untungnya sebagian besar perilaku tersebut tidak berlangsung lama, akan hilang dengan sendirinya. Beda cerita ketika yang melakukannya anak autis. Mereka cenderung mempertahankan satu kebiasaan sama lebih lama dari yang kita duga.
Saat masih terapi di center hingga September 2021 misalnya, saya melihat seorang autisi laki-laki (toddler) usia 7 tahun yang hanya mau memakai celana berbahan batik setiap harinya. Pernah baby sitternya mengenakan si anak celana kain, juga celana jins, ujung-ujungnya si anak tantrum di kelas. Akhirnya balik lagi dia pakai celana batik.
Kira-kira apa penyebab anak autis sering melepas baju dan tidak mau pakai celana saat tidur?
1. Masalah sensorik
Alasan utama ketidaknyamanan anak autis, sehingga sering melepas baju dan tidak mau pakai celana saat tidur adalah gangguan pemrosesan sensorik. Anak yang didiagnosis autis umumnya mengalami kondisi ini.
Mereka sering hipersensitif terhadap berbagai elemen di lingkungan mereka, termasuk pakaian dan sepatu.
Masing-masing kita memproses informasi sensorik dengan cara berbeda. Itulah kenapa sebagian kita suka makanan pedas, sementara lainnya tidak suka. Sebagian kita suka makanan manis, sebagian lain tidak terlalu suka. Sebagian anak tidak terlalu sensitif dengan detail pakainnya, sementara sebagian lainnya sensitif.
Anak-anak yang peka bisa saja lebih rewel memilih pakaian. Mereka mungkin lebih senang pakai celana pendek dan kaos, bahkan saat musim dingin sekalipun. Sebagian tetap nyaman pakai baju lengan panjang, meski musim panas sekalipun.
Gak perlu pula kita bersitegang dengan anak spesial kita yang ngotot pakai jaket di siang hari atau pakai kaos kaki sepanjang hari. Selama mereka nyaman mengenakannya, biarkan saja.
2. Mengatasi stres
Banyak anak autis merasa kesulitan belajar mengikat tali sepatu, memakai sandal, memakai celana, dan memakai baju sendiri karena keterlambatan keterampilan motorik halus.
Akibatnya, kegiatan memakai celana, baju, sepatu, atau sandal adalah aktivitas menyebalkan dan memicu stres. Pada akhirnya itu membuat anak autisi enggan mengenakan pakaiannya.
Persepsi anak tentang dunia sekitarnya secara langsung memengaruhi perilaku dan emosi. Cara unik anak memproses informasi sensorik bisa menyebabkan mereka kadang menjadi hipersensitif, kadang hiposensitif.
Anak yang hipersensitif seperti Rashif cenderung lebih menyukai pakaian dengan permukaan lembut dan mulus. Oleh sebabnya kebanyakan label belakang pakaiannya saya potong. Rashif sering terganggu dengan label pakaian yang menempel di tengkuknya.
3. Anak merasa sakit
Anak autis sering melepas pakaian atau tidak mau pakai celana saat tidur bisa jadi karena sedang sakit. Coba periksa dengan seksama bagian-bagian tubuh anak kita.
Saya pernah menemukan selangkangan Rashif lecet, sehingga dia tidak mau pakai popok seharian. Pernah juga saya jumpai jari kelingkingnya sedikit luka, sehingga dia tidak mau pakai alas kaki.
Anak autisi bisa juga bereaksi terhadap rasa gatal disebabkan alergi deterjen yang digunakan untuk mencuci pakaian. Deterjen mengandung zat kimia dan fenol yang perlu diminimalisir anak autisi.
Saran Menghadapi Anak Autisi yang Ribet Berpakaian
Harus diakui membujuk anak autis supaya betah mengenakan celana, baju, dan sepatu bisa menjadi tugas berat. Berikut beberapa tips yang bisa membantu orang tua menjadikan pengalaman berpakaian menjadi positif bagi anak.
1. Cari bahan baju dan celana yang nyaman untuk anak
Anak-anak autis dengan masalah sensorik sering sensitif terhadap jahitan di baju, celana, dan kaos kaki mereka. Ini mungkin menjadi alasan mereka tidak suka pakai celana saat tidur, melepas pakaian, dan sepatu.
Saya sudah tahu bahan pakaian yang nyaman bagi Rashif, sehingga selanjutnya saya akan mencari bahan yang sama. Salah satu bahan kain yang disukai autisi adalah katun, flannel, dan bamboo.
2. Bereksperimen dengan pakaian
Mulailah mencari tahu, apakah anak istimewa kita menyukai kain yang berat atau kain yang lembut dan ringan? Kebanyakan anak autisi lebih memilih pakaian dan selimut yang berat.
Kita yang normal mungkin lebih tertarik dengan selimut yang halus, kalo perlu selimut sutra atau bulu angsa yang bikin kita pengen gelendotan di dalamnya seharian. Banyak anak autisi justru TIDAK SUKA dengan selimut halus. Mereka sebaliknya mencari pakaian dan selimut berat yang kesannya terasa memeluk tubuh mereka, seperti berpelukan.
3. Cari pakaian ramah sensorik
Hal berikutnya yang perlu dipertimbangkan adalah pola jahitan pada pakaian anak autisi. Banyak anak autisi tidak nyaman dengan tag di leher baju, ritsleting, kancing, dan baju elastis yang bisa ditarik-tarik.
Carilah pakaian yang tagless, bila perlu baju atau kaos tanpa jahitan samping. Potong bagian tag di lehernya. Ingat, potong sepenuhnya, lepaskan sepenuhnya tanpa ada bekas guntingan. Gunakan ripper atau pendedel benang.
Ritsleting dan baju berkancing membuat anak autisi mudah terdistraksi, kadang bikin frustasi. Carilah celana yang jahitannya elastis ke dalam kain. Pilihkan anak celana longgar, ketimbang celana ketat yang langsung menyentuh kulit tubuhnya.
4. Carilah pakaian keren yang disukai anak
Strategi lain untuk membuat anak istimewa kita betah dengan pakaiannya adalah memberikan pakaian yang sesuai dengan kesukaannya. Apakah anak kita senang dengan karakter Thomas n Friends? Apakah anak suka dinosaurus? Apakah anak suka mobil-mobilan?
Belilah pakaian yang memiliki gambar, warna, sesuai minat anak. Bila perlu ajak anak ke toko pakaian dan biarkan dia memilih sendiri pakaian yang dia suka.
Usahakan kita punya cermin di rumah, sehingga anak bisa berkaca melihat pakaian yang dia kenakan. Satu pesan penting, jika anak menanggalkan pakaian dan telanjang di depan cermin, singkirkan cermin atau jauhkan anak dari cermin.
5. Terapi modifikasi perilaku dengan applied behavior analysis (ABA)
Kita bisa menggunakan pendekatan perilaku melalui terapi ABA. Intinya kita melatih anak untuk tetap memakai pakaiannya.
Biasanya terapis akan memberi instruksi menggunakan kartu bergambar atau cerita. Terapis juga memodelkan perilaku dan memberi penguatan positif supaya anak berperilaku baik.
Terapi ABA untuk modifikasi perilaku ini tentu saja tidak bisa sembarangan dilakukan. Hanya terapis berpengalaman atau orang tua yang pernah menjalani training ABA yang bisa melakukannya secara terstruktur.
6. Sediakan jadwal khusus untuk anak telanjang
Yups, ini adalah cara terakhir dengan menyediakan jadwal khusus untuk anak autisi telanjang atau tanpa busana. Secara dramatis ini dapat mengurangi kecemasan dan membuat perasaan anak kita lebih baik.
Saya biasanya menyediakan waktu minimal 20 menit, rata-rata 30 menit untuk Rashif mandi dan bermain air, entah itu sendiri atau bersama kakak dan kembarannya. Saya melakukannya dua kali sehari, saat mandi pagi dan mandi sore.
Leave a Comment