Aloha! jumpa lagi di review drama cina teranyar. Kali ini saya mau mengulas serial yang baru aja rampung 3 Mei lalu di VIU nih. Judulnya The Long Ballad atau kalo dialihbahasakan ke Cina berubah menjadi Li Chang Ge.
Selama ini kita familiar dengan pahlawan wanita Cina bernama Hua Mulan. The Long Ballad menceritakan kisah patriotik tokoh perempuan lain bernama Li Chang Ge. Kalo Mulan berasal dari rakyat jelata, maka Chang Ge adalah seorang putri raja yang melindungi rakyatnya dengan menyamar sebagai pria.
Waktu episode pertama dirilis 31 Maret 2021, saya gak terlalu banyak berekspektasi. Pasalnya pemeran utama pria, Leo Wu Lei bagi saya terlalu unyu bermain dalam drama persilatan alias wuxia. Umurnya baru mau 21 tahun dong.
Pemeran utama wanita, Dilraba Dilmurat yang merupakan aktris keturunan Suku Uighur Cina usianya delapan tahun lebih tua dari Leo Wu Lei. Aduh, ini drama bagus gak sih? Begitu kesan pertama saya.
Satu-satunya alasan saya mau nonton drama ini karena kehadiran Zhao Lusi. Saya cukup banyak mereview drama yang dia mainkan, mulai dari Oh! My Emperor, Dating in The Kitchen, dan The Romance of Tiger and Rose. Menurut saya dia salah satu aktris cina berbakat yang layak diidolakan banyak orang.
Saya makin penasaran. Kok bisa-bisanya Zhao Lusi cuma jadi pemeran pendukung? Selain karena alasan lebih senior, emangnya seberapa hebat sih akting Dilraba? Barulah semua terjawab setelah drama cina ini berakhir.
Saya give applause buat Bapak Sutradara, Chu Yui Bun yang telah memasangkan Leo Wu Lei dan Dilraba. Gilak, chemistry mereka dari episode 1-49 benar-benar kawin banget. Gak heran kalo mendadak di forum-forum penggemar drama wuxia dan drama cina muncul GeSun Fans Club, yang merupakan singkatan dari peran mereka berdua, yaitu Li Chang Ge dan Ashina Sun.
The Long Ballad menurut komentar mayoritas penggemar drama cina dan wuxia adalah akting terbaik Dilraba di costume drama (kolosal). Sebelumnya aktris yang pernah dinobatkan sebagai perempuan paling cantik se-Asia 2018 ini pernah beradu peran dalam serial kolosal lainnya, seperti 3 Lives 3 Worlds: 10 Miles of Peach Blossoms, Eternal Love of Dream, The Flame’s Daughter, The King’s Woman, Swords of Legends, Sound of the Desert, dan Ban Shu Legend.
Adaptasi dari Komik Cina
The Long Ballad diadaptasi dari manhua atau komik cina berjudul Chang Ge Xing atau Putri Chang Ge yang ditulis Xia Da. Komiknya meraih penghargaan dalam ajang Golden Dragon Award dan China Animation Golden Monkey Award.
Keren banget kan?
Padahal serial ini sebelum tayang sempat memicu kontroversi. Alasannya bukan cuma karena Leo Wu Lei dan Dilraba dianggap gak cocok alias gak apple to apple, tapi juga alur ceritanya yang berpotensi memutarbalikkan sejarah cina.
The Long Ballad berlatar belakang masa perang era Dinasti Tang pada 626 Masehi. Kala itu Dinasti Tang melawan Suku Ashina yang dipimpin seorang raja bernama Yanli Khan atau Ashina Chou Bi.
FYI, Suku Ashina yang masih ada hubungannya dengan Kesultanan Turki tempo dulu ini benar-benar tercatat dalam sejarah Cina loh. Mereka memang berhadapan dengan Dinasti Tang yang merupakan dinasti paling berjaya dalam sejarah Tiongkok. Ini nih yang bikin ketar-ketir publik sebelum serial ini dirilis.
Syukurnya sedari awal tim produksi menegaskan bahwa serial ini adalah roman sejarah. Sebagian besar kisah yang ditampilkan adalah fiksi. Kalo kebetulan ada kesamaan nama beberapa karakter, itu gak bisa digeneralisir. Clear ya.
Oke deh, kalo gitu kita kenalan dulu sama beberapa cast The Long Ballad. Saya gak catat semua, hanya beberapa saja yang merupakan tokoh inti dalam cerita.
- Dilraba Dilmurat sebagai Li Chang Ge atau Putri Yong Ning, anak Putra Mahkota Dinasti Tang, Li Jiang Cheng.
- Leo Wu Lei sebagai Ashina Sun atau Ah Sun, pangeran dan anak angkat Raja Ashina, sekaligus Komandan Perang Pasukan Elang.
- Liu Yu Ning sebagai Hao Du, pengawal kerajaan Dinasti Tang.
- Zhou Lusi sebagai Li Le Yan atau Putri Yong An, sepupu Li Chang Ge, anak dari adik Putra Mahkota Dinasti Tang, Li Shi Min.
- Kudousi Jiang Ainiwaer sebagai Ashina She Er, pangeran dan anak kandung Shu Le Khan, raja Khan terdahulu yang disiapkan sebagai Putra Mahkota Ashina.
- Alen Fang sebagai Wei Shu Yu, pengawal kerajaan Dinasti Tang.
- Yi Da Qian sebagai Mu Jin, penasihat militer Pasukan Elang.
- Liu Jin Long sebagai Li Jian Cheng, ayah Li Chang Ge sekaligus Putra Mahkota Dinasti Tang.
- Geng Le sebagai Li Shi Min, ayah Li Le Yan, paman Li Chang Ge, sekaligus Raja Tai Zong yang memimpin Dinasti Tang.
- Jin Song sebagai Khan atau Raja Ashina bernama Yanli Khan atau Ashina Chou Bi.
- Yang Ming Na sebagai Khatun atau Permaisuri Khan, ibu Ashina She Er, sekaligus Putri Yicheng dari Dinasti Sui.
- Xiyue Cao sebagai Mimi Guli, pelayan Pasukan Elang, sahabat Li Chang Ge, sekaligus mata-mata Khatun.
The Long Ballad versi layar lebar tak meninggalkan unsur manhua-nya. Beberapa scene sengaja disajikan dalam bentuk gambar komik.
Contohnya scene Putri Chang Ge terjun dari jembatan gantung ke sungai ketika diburu pasukan kerajaan. Ada juga scene peperangan antara prajurit Kota Suzhou melawan prajurit Ashina, juga scene Raja Li Shi Min memimpin langsung pasukan Dinasti Tang melawan Yanli Khan di Sungai Wei.
Penyajian kayak gini tuh unik banget. Selain mengingatkan penonton bahwa serial ini diangkat dari komik populer, tim produksi bisa menghemat anggaran alias low budget karena gak perlu menghadirkan ratusan orang untuk adegan perang. Apalagi pas pandemi begini kan, gak mungkin mengerahkan massa ratusan orang di lokasi syuting. Brilian!
Tiga Cinta, Tiga Akhir Cerita.
The Long Ballad adalah roman sejarah berbalut intrik perang, balas dendam, dan cinta tanah air. Duh, kayak lagi belajar PPKn dan Sejarah aja nih.
Ada tiga pasang kekasih yang menawarkan dinamika hubungan berbeda di serial ini. Kisah ketiganya sama-sama menarik untuk diikuti.
Semua penonton berharap tiga pasangan ini berakhir bahagia, tapi kenyataannya gimana?
1. Li Chang Ge dan Ashina Sun
Li Chang Ge dan Ashina Sun merupakan pangeran dan putri dua kerajaan yang bermusuhan. Terlepas dari semangat juang dan jiwa patriot mereka, dua sejoli ini saling mengagumi satu sama lain.
Cinta mereka semakin dalam ketika sering bertemu dalam kejadian tak terduga saat melakukan penyamaran dan spionase. Chang Ge dan Ashina Sun melalui banyak momen penuh suka duka di mana mereka sering dihadapkan pada posisi berseberangan.
Ashina Sun pernah harus memanah Chang Ge karena Pasukan Elang yang dipimpinnya diperintah Raja Khan menaklukkan Kota Suzhou yang dipimpin Gong Sun Heng. Kala itu Gong Sun Heng mengangkat Chang Ge sebagai panglima militer yang memimpin perang. Busur panah Ashina Sun hampir saja merenggut nyawa Chang Ge.
Chang Ge menyebabkan ibu Ashina Sun, A Yi Er meninggal dunia. A Yi Er adalah alasan Ashina Sun bertahan di Pasukan Elang. Dia ingin melindungi ibunya beserta seluruh rakyat Ashina dari ancaman Dinasti Tang.
Pada akhirnya Chang Ge dan Ashina Sun bersatu menghapuskan perang, mewujudkan perdamaian di Dataran Tengah (Dinasti Tang), Padang Rumput (Suku Ashina), dan Gurun Besar (Gurun Utara dan Gurun Selatan). Misi mereka berhasil meski penuh onak dan duri.
2. Li Le Yan dan Hao Du
Li Le Yan adalah sepupu dan adik kesayangan Chang Ge. Dia digambarkan sebagai putri yang lemah, penakut, dan tidak bisa apa-apa.
Pribadi Li Le Yan semakin dewasa setelah dia diculik dan hidup sebagai pengungsi yang jauh dari kerajaan. Perjalanan hidup mengubah Li Le Yan bertransformasi menjadi putri yang kuat, sebagaimana Chang Ge.
Li Le Yan memiliki pengawal setia bernama Hao Du. Dia prajurit terbaik dan terkuat di Chang An. Hao Du patuh dan mengabdi pada ayah angkatnya yang tak lain adalah Menteri Perang Kerajaan Tang, Du Ru Hui.
Sikap Hao Du sangat temepramen dan dingin, seperti robot. Dia tangguh, setia pada Raja Tang, sehingga akan menyingkirkan siapa saja yang mengancam raja dan keluarga kerajaan.
Siapa sangka sosok sekaku ini diam-diam jatuh cinta pada putri yang selama ini dikawalnya. Hao Du tidak tega melihat Li Le Yan menderita.
Suatu hari Li Le Yan terancam menjalani pernikahan campuran untuk mengikat perdamaian antara Kerajaan Tang dan Kerajaan Ashina. Li Le Yan akan menikah dengan Ashina She Er, Putra Mahkota Kerajaan Ashina.
Li Le Yan berusaha menghindari pernikahan campuran ini dengan mengadakan sayembara. Pria yang berhak menikah dengannya adalah pria terkuat yang bisa mengalahkan She Er.
Tak ada satu pendekar pun dari suku-suku yang hadir bisa mengalahkan pangeran Ashina, hingga akhirnya Hao Du maju dan menawarkan diri di detik-detik terakhir.
Hao Du dan She Er terlibat perkelahian sengit. Ilmu pedang keduanya sama-sama kuat.
Hao Du sempat tumbang karena serangan She Er. Namun, semangat untuk melindungi Li Le Yan mengantarnya menuju kemenangan. Sah, Hao Du akhirnya menikah dengan Li Le Yan.
3. Mu Jin dan Mimi Guli
Pasangan ketiga ini sayangnya harus berakhir tragis dan mengenaskan. Mu Jin adalah penasihat militer Pasukan Elang, sekaligus tangan kanan Ashina Sun.
Yanli Khan mengirim beberapa budak wanita ke kamp Ashina Sun sebagai hadiah karena Pasukan Elang berhasil menaklukkan Kota Suozhou. Mu Jin bertemu Mimi Guli dan jatuh cinta sejak pandangan pertama.
Rupanya Mimi Guli sebelumnya adalah budak kesayangan Ashina She Er. Yanli Khan tak ingin putra mahkota terlalu terobsesi dengan perempuan, sehingga memisahkan She Er dengan Mimi Guli dengan cara mengirimkannya ke kamp Pasukan Elang.
Mimi Guli merangkap sebagai mata-mata Khatun yang aslinya ditugaskan untuk membunuh Ashina Sun. Khatun merasa posisi putranya, Ashina She Er terancam dengan kehadiran Ashina Sun sebagai anak angkat Yanli Khan.
Putri Yicheng adalah Khatun atau Permaisuri Raja Khan yang dulunya menikah karena pernikahan campur, sebelum Dinasti Tang menaklukkan Dinasti Sui. Dia masih menyimpan dendam menaklukkan Kerajaan Tang dan mengembalikan kekuasaan Dinasti Sui.
Mimi Guli awalnya menyukai Li Chang Ge yang menyamar sebagai pria dan penasihat militer kedua Ashina Sun. Setelah mengetahui Li Chang Ge perempuan, keduanya bersahabat baik.
Usaha Mu Jin terus mendekati Mimi Guli berhasil. Sayang nasib pasangan ketiga ini berbeda dari dua pasangan lainnya. Mimi Guli dianggap berkhianat. Dia mati terkena panah milik chini, sebutan untuk pasukan berani mati yang mengabdi pada Putri Yicheng.
Sinopsis The Long Ballad
Li Chang Ge adalah putri tunggal Li Jian Cheng, Putra Mahkota Dinasti Tang yang berkuasa di Dataran Tengah Cina. Chang Ge lahir dan tinggal bersama ibunya, Nyonya Jin di Istana Timur Kota Chang An, ibu kota Kerajaan Tang.
Chang Ge tidak seperti tuan putri pada umumnya. Fisiknya boleh perempuan, tapi mentalnya tangguh laksana prajurit laki-laki.
Sejak kecil Chang Ge berlatih silat dan ilmu pedang layaknya seorang pangeran. Dia belajar politik, administrasi negara, strategi militer, bahkan taktik perang dari pamannya, Li Shi Min.
Suatu hari Chang Ge mendapati ayahnya mati dibunuh begitu melintasi Gerbang Xuanwu, Kota Chang An. Saat itu ayahnya dalam perjalanan memimpin pasukan ke medan perang.
Chang Ge kembali ke Istana Timur dan mendapati ibu, pelayan, dan seluruh prajurit di kediamannya dibantai oleh sang paman. Chang Ge menduga Li Shi Min ingin merebut tahta, sehingga tega membunuh adiknya sendiri.
Hati Chang Ge diliputi dendam. Sejak itu dia bertekad membunuh Li Shi Min, membalaskan kematian ayah dan ibunya, serta membebaskan rakyat Tang dari kepemimpinan raja licik.
Perjalanan Chang Ge dimulai. Saya membagi petualangannya menjadi empat bagian, yaitu di Yuozhou, Suozhou, Gurun Besar, dan kembali ke Chang An.
1. Mencari Perlindungan ke Yuozhou
Chang Ge membawa kabur stempel kerajaan dan berkelana mencari dukungan loyalis ayahnya untuk menaklukkan Li Shi Min. Putri Yongning hidup dalam persembunyian bersama sahabat kecilnya, A Dou.
Prajurit Tang terus memburu Chang Ge. Dalam keadaan terdesak, Chang Ge memilih terjun dari atas tebing dan hanyut di Sungai Wei. Dada kirinya luka terkena anak panah.
Beruntung Chang Ge diselamatkan Ashina Sun, Komandan Pasukan Elang dari Kerajaan Ashina. Dia menyamar sebagai Qin Zhun, saudagar kaya yang sedang berdagang di Yuozhou.
Sejak awal Ashina Sun mengetahui Chang Ge seorang perempuan. Namun, dia tak tertarik alasan Chang Ge menyamar sebagai laki-laki, sebab dirinya sendiri sedang menjalankan misi besar dari Yanli Khan.
Chang Ge memperkenalkan diri sebagai Shisi Lang pada Ashina Sun. Setelah berterima kasih, keduanya berpisah dan mencari jalan masing-masing.
Mula-mula Chang Ge mencari paman ketiganya, Li Yuan yang menjadi Gubernur Kota Yuozhou. Chang Ge menganggap Li Yuan lebih pantas menggantikan ayahnya sebagai raja ketimbang Li Shi Min.
Siapa sangka anggapan itu salah. Chang Ge malah mendapati paman ketiganya rela bersekutu dengan Suku Ashina agar tetap menjadi penguasa.
Li Yuan bahkan memerintahkan tangan kanannya, Jenderal Wang Jun Kuo untuk membunuh Chang Ge dan merebut stempel kerajaan. Beruntung Chang Ge diselamatkan Ashina Sun untuk kedua kalinya. Sejak itu Ashina Sun semakin penasaran dengan Chang Ge, bahkan diam-diam jatuh hati.
2. Pertempuran di Suozhou
Chang Ge berhasil kabur ke Suozhou berkat bantuan Jendral Shen, loyalis ayahnya di perbatasan Yuozhou. Jenderal Shen berpesan, tak ada gunanya Chang Ge mempertahankan stempel kerajaan untuk memimpin pemberontakan.
Stempel kerajaan tidak bisa menggerakkan hati rakyat. Yang mengerahkan ribuan pasukan bukan segelnya, melainkan hatinya.
Jenderal Shen
Takdir kembali mempertemukan Chang Ge dengan Ashina Sun yang secara kebetulan pindah tugas dari Yuozhou ke Suozhou. Yanli Khan memerintahkan Pasukan Elang dan Pasukan Beruang merebut Kota Suozhou yang saat itu dipimpin seorang gubernur bernama Gong Sun Heng.
Suozhou adalah perbatasan paling luar yang menghubungkan Negeri Tang dengan wilayah kekuasaan Kerajaan Ashina. Sedianya Suozhou adalah zona perang, tapi entah kenapa rakyatnya bisa hidup layak, tenang, dan damai, tidak seperti daerah perbatasan kebanyakan yang masyarakatnya miskin juga terbelakang.
Semua berkat sosok Gong Sun Heng. Dia adalah gubernur yang aslinya berasal dari Dinasti Sui, dinasti yang memerintah sebelum Tang.
Setelah Dinasti Tang menaklukkan Sui, Gong Sun Heng rela mengabdi pada Raja Tang. Dia diangkat sebagai gubernur dan memimpin rakyat dengan bijaksana.
Chang Ge yang mengetahui rencana penyerbuan Suku Ashina ke Suozhou tak tinggal diam. Dia membantu Gong Sun Heng sebagai Panglima Shi menyusun strategi perang mengalahkan musuh bebuyutan Dinasti Tang tersebut.
Prajurit Suozhou sempat menang. Namun, pertahanan mereka rentan oleh serangan Pasukan Elang yang terkenal sangat kuat dan pemberani.
Gong Sun Heng diam-diam mengadakan pertemuan rahasia dengan Ashina Sun. Dia mempertaruhkan nyawanya dengan syarat tidak ada pertumpahan darah. Ashina Sun harus membiarkan rakyat Suozhou hidup bebas.
Ashina Sun setuju. Gong Sun Heng memutuskan bunuh diri secara terhormat dan memerintahkan Chang Ge untuk berdamai dengan Suku Ashina. Itu pertama kalinya Chang Ge bertatap muka dengan Komandan Pasukan Elang yang selama ini dikenalnya sebagai Qin Zhun.
Berjuang atau menyerah hanyalah cara untuk mengakhiri. Memberikan kedamaian bagi rakyat dan menjauhkan mereka dari perang adalah hal terpenting.
Gubernur Kota Suzhou, Gong Sun Heng.
Api dendam di hati Chang Ge perlahan meredup. Pengorbanan Gong Sun Heng menyadarkan Chang Ge bahwa ada yang lebih penting dari dendam pribadi, yaitu membebaskan rakyat Tang dari ancaman penjajah dan membawa perdamaian di Negeri Tang. Bagi Chang Ge, kematian Gong Sun Heng dengan alasan tepat bukan lah pengorbanan, melainkan kehormatan.
Chang Ge menjadi tawanan perang Ashina Sun. Dia dibawa ke Padang Rumput dan berita kematiannya dipalsukan. Tidak ada lagi Shisi Lang atau Panglima Shi dari Kota Suozhou.
Chang Ge mengenyampingkan dendam pribadinya untuk sementara waktu. Perlahan dia menyadari bahwa Ashina Sun tidak sejahat yang dia kira. Ashina Sun juga sama seperti dirinya, menginginkan perdamaian di Padang Rumput, Dataran Tengah, dan Gurun Besar.
Hubungan Chang Ge dan Ashina Sun semakin dekat. Beberapa kali identitas Chang Ge nyaris ketahuan oleh Yanli Khan dan She Er, sepupu sekaligus lawan berat Ashina Sun.
Ashina Sun kerap harus melawan bangsanya sendiri demi melindungi Chang Ge. Ibu angkatnya, A Yi Er ikut terbunuh demi melindungi Chang Ge.
3. Berkoalisi dengan Gurun Besar
Chang Ge dan Ashina Sun akhirnya mengetahui dalang utama di balik perseteruan antara Tang dan Ashina adalah Khatun, yang tak lain adalah Putri Yicheng dari Dinasti Sui.
Khatun adalah sebutan untuk permaisuri raja (khan). Dia adalah sosok perempuan paling dihormati Suku Ashina. Meski seorang khan meninggal, posisi khatun tidak pernah bisa digantikan istri dari raja baru selama khatun pertama masih hidup.
Alhasil selama 30 tahun menjadi Khatun di Negeri Padang Rumput, Putri Yicheng tak ubahnya seperti barang warisan. Begitu Khan pertama meninggal dunia, dia menjadi pendamping khan kedua, ketiga, hingga khan keempat, yaitu Yanli Khan.
Ashina She Er adalah putra tunggal Putri Yicheng, hasil pernikahannya dengan Shule Khan (khan ketiga). She Er memimpin Pasukan Srigala Suku Ashina. Dia calon terkuat yang akan menggantikan Yanli Khan.
Putri Yicheng merasa terancam dengan kehadiran Ashina Sun, meski hanya berstatus anak angkat Yanli Khan. Impiannya menjadikan She Er sebagai Raja Ashina dan memimpin pasukan menaklukkan Dinasti Tang, mengembalikan kejayaan Dinasti Sui.
Selama 30 tahun Putri Yicheng bertahan dan menyusun rencana matang. Dia bahkan tega menyingkirkan Yanli Khan pelan-pelan dengan racun, sehingga sang raja sakit, lumpuh, dan tak bisa bicara.
Khatun yang mengatasnamakan diri sebagai Yanli Khan memerintah Pasukan Beruang di bawah pimpinan Tu Ka She untuk membunuh Ashina Sun dan melenyapkan Pasukan Elang. Putri Yicheng sengaja mengirim Pasukan Beruang dan Pasukan Elang untuk menaklukkan Gurun Utara dan Gurun Selatan yang bersatu membentuk Gurun Besar karena ajakan Chang Ge.
Ashina Sun menyetujui ide Chang Ge untuk memalsukan kematian Pasukan Elang dan bersatu bersama Gurun Besar. Dengan demikian tidak ada pertumpahan darah antara Pasukan Elang dan Pasukan Beruang. Bersama mereka membentuk pasukan yang nyaris tak terkalahkan.
4. Kembali ke Chang An
Putri Yicheng kian murka mengetahui Pasukan Elang belum musnah, malah bersatu dengan Gurun Besar dan akan berkoalisi dengan Dinasti Tang. Putri Yicheng ingin menggagalkan rencana tersebut dengan merebut kepercayaan Raja Tang, Li Shi Min.
Sebagai Khatun, dia mengunjungi Raja Tang dan mengajukan rencana perkawinan campuran antara Pangeran She Er dengan Li Le Yan sebagai Putri Raja Tang.
Li Le Yan menolak ide tersebut karena tak ingin kebahagiaannya tergadai karena perjanjian dua negara. Singkat cerita pernikahan campuran ini gagal dan khatun mengerahkan seluruh loyalis Dinasti Sui di Chang An melakukan pemberontakan.
Sudah bisa ditebak, pemberontakan tersebut berujung kegagalan. Khatun tewas dengan cara membakar dirinya sendiri di Istana Dinxiang, bekas istana era Dinasti Sui.
Rahasia Nyonya Jin, Ibu Chang Ge.
Satu pertanyaan terus muncul di kepala saya, “Apa iya Li Shi Min sejahat itu? Membunuh kakaknya sendiri demi menjadi Raja Tang?”
Jawabannya muncul di episode 40, ketika Chang Ge bertemu dengan Wei Zheng, orang kepercayaan ayahnya yang kini menjadi penasihat Li Shi Min.
Wei Zheng menceritakan Chang Ge sebuah kisah lama yang memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang muncul di hati Chang Ge, tak terkecuali di hati kita semua sebagai penonton.
Begini kisahnya
Kakek Chang Ge saat masih menjadi Raja Tang pernah memimpin pasukan menghadapi Raja Sui yang berkuasa di Dataran Tengah pada masa itu. Ketika melalui Jalur Yanmen menuju Tembok Utara, Raja Tang tiba-tiba dikepung prajurit Suku Ashina.
Rupanya Dinasti Sui bersekongkol dengan Suku Ashina melawan Dinasti Tang. Mereka mengikat perjanjian dengan mengadakan perkawinan campuran antara pangeran Suku Ashina dengan putri dari Dinasti Sui, yaitu Putri Yicheng.
Pertempuran hari itu dimenangkan pasukan Tang. Secara kebetulan di tengah jalan Li Shi Min yang menjadi panglima Kerajaan Tang waktu itu membawa sejumlah tawanan perang dari Kerajaan Sui, salah satunya ibu Chang Ge (Nyonya Jin).
Li Shi Min membawa Nyonya Jin ke istana. Keduanya lama kelamaan saling jatuh cinta. Status Nyonya Jin yang cantik sebagai tawanan perang membuat Li Shi Min khawatir. Dia takut tidak selalu bisa melindungi perempuan yang dicintainya. Apalagi Li Shi Min sering meninggalkan istana untuk berperang.
Suatu hari Li Shi Min yang akan pergi memimpin pasukan diam-diam menitipkan Nyonya Jin tinggal bersama pelayan-pelayan perempuan di Istana Tang. Kakak Li Shi Min, Li Jian Cheng keliru menganggap Nyonya Jin adalah wanita penghibur (geisha) istana. Dalam kondisi sedang mabuk, Li Jian Cheng memaksa Nyonya Jin melayaninya.
Sekembalinya dari perang, Li Shi Min mendapati wanita yang dicintainya sudah hamil. Ya, Nyonya Jin mengandung Chang Ge. Dia terpaksa menikah dengan Li Jian Cheng dan menjadi ratu sekaligus calon permaisuri yang mendampingi Putra Mahkota.
Nyonya Jin tetap tak bisa mencintai Li Jian Cheng, seperti dia mencintai Li Shi Min. Inilah yang kita lihat di episode pertama mengapa Li Jian Cheng dan Li Shi Min tampak tidak akrab, padahal keduanya adalah kakak beradik.
Chang Ge lahir dan tumbuh di keluarga kerajaan. Li Shi Min sangat menyayanginya seperti anak kandung sendiri. Chang Ge pun lebih akrab dengan pamannya ketimbang ayahnya.
Chang Ge jarang tersenyum ketika digendong Li Jiang Cheng, tapi dia bisa tersenyum tanpa henti hanya dengan menatap mata Li Shi Min. Mungkin inilah yang namanya takdir.
Nyonya Jin tidak bisa memberi tahu kenyataan ini pada Chang Ge karena dirinya sendiri aslinya seorang chini, yaitu mata-mata Dinasti Sui yang anggotanya didominasi perempuan. Tugas chini adalah menaklukkan Dinasti Tang dan mengembalikan kekuasaan Dinasti Sui
Cinta Nyonya Jin pada Li Shi Min membuatnya lupa akan tugas utamanya. Nyonya Jin terhimpit desakan saudara-saudara perempuannya yang juga chini.
Li Shi Min mengetahui rencana loyalis Dinasti Sui untuk membunuh seluruh keluarga kerajaan Tang. Kakaknya, Li Jian Cheng dibunuh begitu keluar dari Gerbang Xuanwu. Belakangan dia mengetahui banyak loyalis Dinasti Sui menyamar sebagai prajurit Kerajaan Tang dan berdiam di Istana Timur, tempat Nyonya Jin tinggal.
Li Shi Min membawa sejumlah prajurit kepercayaannya menuju Istana Timur. Nyonya Jin membeberkan semua kenyataan di sana. Dia meminta Li Shi Min bersumpah tidak membunuh Chang Ge, menjaga Chang Ge, dan membiarkan Chang Ge hidup bebas selamanya.
Setelah Li Shi Min mengiyakan permohonan tersebut, Nyonya Jin bunuh diri dengan pisau belati yang terselip di pinggang Li Shi Min. Belati tersebut adalah hadiah yang diberikan Chang Ge untuk pamannya.
Teka-teki episode kedua The Long Ballad terjawab sudah. Ada scene di mana Nyonya Jin memaksa Chang Ge berlutut di hadapan dewa. Nyonya Jin meminta Chang Ge menjalani hidup tanpa dendam dan kebencian, menjauhi perselisihan, hidup bahagia dan bebas selamanya.
Agaknya Nyonya Jin sudah tahu akan ada genosida pada hari itu. Dia mengirim Chang Ge keluar istana, tepatnya ke Aula Biyong untuk menginstrospeksi diri selama 10 hari.
Chang Ge menyadari ada yang tidak beres selama perjalanan. Dia memutuskan kembali ke Istana Timur dan dari kejauhan menyaksikan Li Shi Min keluar dari kediaman ibunya dengan jubah perang dan percikan darah.
Kejahatan Li Shi Min ternyata hanya sebatas dugaan Chang Ge. Fakta sebenarnya adalah Li Shi Min satu-satunya orang yang paling peduli pada Chang Ge dan ibunya.
Kesan Setelah Nonton The Long Ballad
Gak sia-sia nih maraton sejak Maret sampai Mei 2021 buat ngikutin The Long Ballad. Ceritanya fokus pada Li Chang Ge, tapi tidak membosankan.
Sama seperti kita mendapat sebuah kotak besar berisi hadiah. Setiap kita buka kertas kadonya satu per satu, kita kembali menemukan kotak baru di dalamnya.
Kita terus penasaran pengen tahu ada apa di balik kotak tersebut, juga kotak-kotak berikutnya. Begitu lah rasanya menonton serial satu ini.
Beberapa kesan dan pesan yang bisa dipetik dari serial ini, antara lain:
1. Cinta tanpa pamrih membawa kebahagiaan
Li Shi Min mengajarkan kita makna cinta tanpa pamrih. Dia ikhlas ketika wanita yang dicintainya menjadi milik orang lain, yaitu kakaknya sendiri.
Li Shi Min tetap setia mendampingi kakaknya yang menjadi Putra Mahkota. Dia menjadi panglima perang Dinasti Tang yang melindungi kerajaan dari ancaman penjajah dan pemberontak.
Chang Ge memang bukan anak kandungnya, tapi Li Shi Min menyayangi Chang Ge seperti Li Le Yan, putri kandungnya. Dia tak sekali pun memerintah prajurit kerajaan untuk membunuh Chang Ge, meski tahu nyawanya terancam karena Chang Ge terus menuntut balas atas kematian ayah dan ibunya.
2. Tidak selamanya apa yang kita pikirkan sama dengan apa yang kita lihat
Chang Ge berpikir pamannya, Li Shi Min membunuh keluarganya demi merebut tahta. Padahal faktanya tidak demikian.
Li Yuan yang jelas-jelas paman kandung Chang Ge rela mengkhianati bangsanya dengan meminta perlindungan pada Suku Ashina. Berbeda dengan Gong Sun Heng yang nota bene keturunan Dinasti Sui, justru mengabdi sepenuh hati pada Dinasti Tang.
Ini mengajarkan kita bahwa tidak selamanya apa yang kita pikirkan sama dengan apa yang kita lihat. Jangan pernah takut atau terlalu khawatir akan sesuatu yang belum tentu terjadi.
3. Rakyat pasti taat pada pemimpin yang bijak
Chang Ge berusaha keras melarikan segel kerajaan. Dia berpikir selama segel tersebut berada di tangannya, maka semua orang akan mengikuti perintahnya atau perintah siapa saja yang memegang segel tersebut.
Jenderal Shen dan Gong Sun Heng mengajarkan Chang Ge bahwa bukan segel kerajaan yang menggerakkan hati prajurit atau rakyat. Prajurit dan rakyat pasti taat pada pemimpin yang bijak.
Di Suozhou, Gong Sun Heng sama sekali tidak punya segel khusus, tapi pasukannya rela mati demi melindunginya. Contohnya Xu Feng, panglima perang Kota Suozhou hampir mati disiksa Pasukan Beruang Suku Ashina karena diminta berkhianat.
Sebelum meninggal, Gong Sun Heng memerintahkan seluruh prajurit Suozhou untuk mengabdi pada Chang Ge. Mereka patuh pada perintah tersebut sampai akhir.
4. Drama romantis tanpa adegan kiss scene dan bed scene dua tokoh utama
Salut sama Leo Wu Lei. Dia salah satu aktor Cina yang sampai hari ini menolak adegan romantis dengan lawan main, entah itu kiss scene atau bed scene.
Konon alasan Leo Wu Lei melakukannya karena merasa belum cukup dewasa. Apalagi dia sudah populer sejak menjadi artis cilik, bahkan dinobatkan sebagai Nation’s Little Brother di Cina. Kelak jika dia menganggap dirinya sudah cukup umur, dia pasti siap beradegan romantis di depan layar.
So, gak perlu heran kalo adegan Chang Ge dan Ashina Sun berciuman itu disamarkan, bahkan dikiaskan dengan sepasang burung parkit yang sedang bercumbu. Adegan romantis mereka sebatas berpelukan, atau kecupan sayang Ashina Sun di kening Chang Ge.
Eh tapi eh tapi, kok saya tetap saja tersipu malu sama kemesraan Chang Ge dan Ashina Sun, meski begitu sederhana ya? Mungkin inilah yang disebut chemistry. Mereka cocok banget.
Romantisnya Ashina Sun itu beda, lebih ke cara dia bersikap. Dia melindungi Chang Ge dengan caranya sendiri, bahkan tanpa perlu Chang Ge tahu.
Dia rela berduel dengan She Er dalam perayaan Kurutai di Padang Rumput demi merebut Chang Ge yang menjadi tawanan She Er. Kurutai sedianya adalah pertarungan sampai mati. Ashina Sun berani mengambil risiko itu demi Chang Ge.
Ada juga surat cinta dengan dua kalimat singkat yang dikirim Ashina Sun untuk Chang Ge yang menjadi tawanan Gurun Besar. Ashina Sun hanya menuliskan, “Aku merindukanmu,” di surat tersebut, tapi bisa bikin hati Chang Ge, juga saya yang menonton ikut berbunga-bunga.
Itu salah satu petikan kalimat Ashina Sun ketika menjemput Chang Ge di Gurun Besar. Aduh, meleleh deh hati ini.
5. Gak semua drama romantis berakhir dengan adegan pernikahan
Pesta pernikahan Chang Ge dan Ashina Sun secara eksplisit memang tidak diperlihatkan hingga akhir episode. Katanya sih ini bikin penonton kecewa.
Sutradara seperti mempersilakan kita menafsirkan sendiri bahwa Chang Ge dan Ashina Sun sudah menikah, meski sementara mereka hidup terpisah sampai kondisi pascaperang benar-benar mereda dan kehidupan rakyat kembali kondusif.
Toh di episode 40 kita sudah melihat Chang Ge mengajak Ashina Sun melakukan kowtow di depan prasasti mendiang ibunya. Ashina Sun bahkan menaruh surat lamaran untuk Chang Ge yang ditaruh di tempat persembahan mendiang Nyonya Jin.
Pada episode 48, ada kalimat Situ Langlang, Guru Chang Ge yang pernah menyelamatkan nyawa Chang Ge saat dikejar Pasukan Srigala di Padang Rumput. Dia bilang, “Baiklah. Aku harus pergi. Aku datang untuk menyelamatkan nyawa suami muridku.”
Chang Ge tampak tersipu malu mendengar kalimat gurunya. Yups, Situ Langlang sempat menyelamatkan Ashina Sun yang hampir dipenggal oleh Putri Yicheng di Istana Dinxiang.
Buat saya itu cukup melukiskan happy ending untuk drama ini. Overall, The Long Ballad sukses mencuri hati saya. Sampai hari ini ratingnya tinggi banget, yaitu 8.8/10 (IMDb), 9.5/10 (iQiyi), dan 8.6/10 (MyDramaList). Sampai jumpa di review lainnya ya.
Leave a Comment