“Seperti seorang anak yang dilahirkan, seorang ibu juga dilahirkan.” Demikian dialog terakhir Kang Soo Jin di penutup episode 16 Mother. K-drama produksi 2018 yang diadaptasi dari serial Jepang berjudul sama ini saya tonton di aplikasi VIU, tepat setelah saya menyelesaikan drama korea When the Weather is Fine.
Soo Jin tergerak hatinya membawa lari Kim Hye Na, bocah perempuan delapan tahun yang juga salah satu muridnya di sekolah. Hye Na disiksa ibu kandungnya, Shin Ja Young dengan cara membungkus tubuh anaknya dalam plastik sampah, kemudian menaruhnya di luar rumah dalam kondisi cuaca malam sangat dingin di Kota Muryeong.
Bukan kali itu saja Hye Na mengalami kekerasan fisik dan mental dari sosok yang seharusnya melindunginya. Lee Seol Ak, kekasih Shin Ja Young yang tinggal serumah dengan Hye Na acap kali merundung anak itu setiap ada kesempatan.
Banyak bekas luka di tubuh Hye Na. Pernah gendang telinganya hampir pecah akibat dilempar bola bisbol oleh Seol Ak yang dia panggil paman.
Hye Na tidak terurus. Dia kerap memakai baju sama ke sekolah. Rambut dan kukunya dibiarkan panjang. Akibatnya dia dipanggil tempat sampah oleh teman-temannya.
Gadis kecil itu sering dibiarkan kelaparan oleh ibunya. Dia tak diberi makanan cukup dan bergizi. Akibatnya secara kognitif Hye Na tertinggal dari teman-teman sekolahnya.
Saya over pede ketika pertama kali nonton drama korea ini. Sedari awal saya tahu Mother adalah drama keluarga, drama sedih, tapi saya yakin saya gak bakalan nangis. Saya gak semudah itu terpengaruh dan diaduk-aduk emosinya cuma karena tontonan drama, sebagaimana penggemar drakor pada umumnya.
Eh, tahunya apa? Baru 30 menit nonton episode pertama air mata saya mengalir. Banjir, ngalah-ngalahin luapan air Bendungan Katulampa Bogor kalo udah masuk musim penghujan.
Lanjut episode kedua, saya mengepalkan jari jemari. Tenggorokan saya tercekat, seperti ada sesuatu hendak saya muntahkan. Hal sama terjadi di episode-episode berikutnya di mana pada satu titik saya pasti menangis.
Bertahan dalam Pelarian
Soo Jin dan Hye Na terus bersembunyi dalam pelarian mereka. Rencananya Soo Jin hendak membawa Hye Na ke Islandia, negara yang menurutnya teraman di dunia.
Soo Jin diterima sebagai peneliti di Scomer Center, Iceland Ornithology Laboratory. Sembari menunggu surat panggilan itu lah dia bekerja sebagai guru bantu di sekolah Hye Na.
Ya, Soo Jin adalah seorang ornitologis, doktor yang mendalami ilmu burung.
Selama 1,5 bulan bersama, ikatan batin Hye Na dan Soo Jin terbentuk, layaknya anak dengan ibu kandung. Mereka berpindah dari satu tempat ke tempat lain, terus mengulur waktu sampai paspor dan kartu identitas Hye Na yang baru selesai dicetak.
Hye Na dengan tulus memanggil Soo Jin ibu. Dia menyukai nama barunya, Kim Yoon Bok.
Walau semua orang memanggilku Hye Na, aku tetaplah Yoon Bok.
Kim Hye Na/ Kim Yoon Bok
Di sisi lain, ibu kandung Hye Na tak mau tahu anaknya masih hidup atau tidak. Dia bahkan berharap Hye Na benar-benar hilang dan mati agar polisi tak menuntutnya lantaran melakukan kekerasan terhadap anak.
Hye Na sangat khawatir Soo Jin ditangkap polisi. Jika itu terjadi, dia akan terpisah dengan ibu angkat yang amat menyayanginya. Soo Jin meyakinkan Hye Na, apapun yang terjadi mereka pasti bersatu kembali.
Jika kau menjadi ikan, ibu akan menjadi pemancing yang menangkapmu. Jika kau menjadi gunung, ibu akan menjadi pendaki yang menaikimu. Jika kau menjadi burung yang terbang tinggi menjauh, ibu akan menjadi pohon yang setia menunggu.
Kang Soo Jin
Soo Jin menganggap Hye Na seperti dirinya waktu kecil, sama-sama ditelantarkan ibu kandung mereka. Soo Jin pernah diikat dengan rantai sepeda dan ditinggal ibu kandungnya di depan pagar sebuah panti asuhan saat usianya delapan tahun. Selama tinggal bersama ibunya itu, Soo Jin kerap disiksa pria yang menjadi kekasih ibunya.
Akhirnya Soo Jin menjadi anak adopsi aktris terkenal Korea, Cha Young Sin. Soo Jin dibesarkan penuh kasih sayang, tapi hingga dewasa dia sangat jarang memanggil Cha Young Sin ibu. Meski demikian, Cha Young Sin tetap menjadikan Soo Jin putri kesayangannya.
Soo Jin sadar jika dia tak membawa Hye Na segera malam itu, Hye Na pasti sudah tak bernyawa. Polisi terus memburu Soo Jin dan Hye Na dan menangkap keduanya di hari ke-50 pelarian, tepatnya ketika Soo Jin dan Hye Na hendak menaiki kapal yang terlebih dahulu membawa mereka ke Cina.
Bukan cuma Hye Na yang merasa beruntung bertemu Soo Jin. Soo Jin pun demikian. Hye Na seperti malaikat yang Tuhan kirimkan untuk mengurai satu per satu benang kusut masa lalu Soo Jin.
Berkat Hye Na, Soo Jin belajar lebih menghargai dan lebih peduli pada ibu angkat yang merawat dan membesarkannya. Berkat Hye Na, Soo Jin bertemu kembali dengan ibu kandungnya, Nam Hong Hee dan memperbaiki hubungan mereka yang sempat terputus.
Dua Perempuan Ajarkan Makna ‘Ibu Sejati’
Saya pernah bertanya pada diri sendiri, sebetulnya apa sih yang membuat seorang perempuan benar-benar layak dipanggil ibu?
Ada dua sosok perempuan yang saya kagumi di drama korea Mother yang saya tonton di aplikasi VIU. Mereka adalah Kang Soo Jin dan ibu angkatnya, Cha Young Sin.
Saya kagum dengan sosok Kang Soo Jin. Bukan karena keputusannya terpaksa menculik Hye Na dan memalsukan kematian anak muridnya itu.
Saya menyukai Soo Jin karena dia mengajarkan saya bahwa tidak semua ibu pasti menjadi ibu yang baik hanya karena melahirkan anak. Melahirkan anak memang kodrat perempuan, tapi sebagaimana anak, seorang ibu juga dilahirkan.
Menjadi ibu adalah proses panjang. Jalan berbeda, terkadang berliku yang dihadapi semua perempuan untuk menjadi ibu, membuat kita semua ada di posisi sama, setara, terlepas apakah kita adalah ibu kandung, ibu tiri, ibu asuh, atau pun ibu angkat.
Soo Jin menjalani perannya sebagai ibu dengan sangat baik. Tindakannya menculik dan menyelamatkan Hye Na dari siksaan ibu kandungnya lebih bisa diterima masyarakat luas secara moral, ketimbang kita pusing mencari kebenarannya di mata hukum.
Bagi yang tetap melihat tindakan Soo Jin itu salah. Saya tanya balik, apakah hukum selalu benar? Apakah hukum di setiap negara di dunia terbukti selalu berhasil melindungi yang lemah? Saya memantapkan hati berpihak pada Soo Jin kali ini.
Episode 14 Mother menurut saya paling menyentuh hati. Betapa terlukanya Soo Jin dan Hye Na ketika mereka dipisahkan oleh hukum. Hye Na harus tinggal di panti asuhan, sementara Soo Jin di penjara dan dilarang berhubungan dengan Hye Na.
Hye Na tanpa sadar mengalami depresi. Dia tampak ceria di siang hari, bermain dengan teman-temannya sesama anak panti, tapi di malam hari dia susah tidur, berkeliaran menenangkan pikiran, bahkan dia memuntahkan semua makanan yang ditawarkan orang tua barunya untuknya. Ya, Hye Na sempat mengalami anoreksia sejak dipisahkan dari Soo Jin.
Hye Na sempat nekat kabur dari tempat penampungan anak di Seoul menuju Muryeong. Berbekal peta jalan yang dia peroleh, serta uang yang terselip di tasnya, Hye Na melakukan perjalanan ratusan kilometer seorang diri menggunakan kereta. Dia berhasil tiba di rumah neneknya, Cha Young Sin dan bertemu ibunya.
Ada scene di mana Hye Na memberi kesaksian jujur untuk menyelamatkan Soo Jin dari jerat hukum, tapi tak sedetik pun ekspresi wajahnya menunjukkan kebencian atau dendam pada ibu kandungnya.
Tidak ada satu pun ibu di dunia ini yang sempurna. Kita semua adalah ibu sejati.
Cha Young Sin mengajarkan saya bahwa seorang ibu tetaplah ibu sejati meski hanya memiliki anak adopsi. Cha Young Sin mengangkat tiga anak perempuan sebagai anak adopsinya, yaitu Kim Soo Jin, Kim Yi Jin, dan Kim Hyu Jin.
Beberapa orang percaya bahwa perempuan menjadi ibu dengan melahirkan. Namun, bagi saya perempuan menjadi ibu ketika mereka rela mengorbankan apa saja demi hidup anaknya.
Cha Young Sin
Keluarga Cha Young Sin tetap otentik, meski anak-anaknya tidak satu genetik. Adopsi anak juga bukan proses mudah di Korea.
Makanya saya melihat perjalanan Cha Young Sin sampai berhasil mengadopsi ketiga putrinya tak ubahnya seperti proses kehamilan pada wanita normal. Hal sama dia lakukan ketika mengetahui putri dan cucu kesayangannya, Yoon Bok tengah dikejar-kejar polisi, meski kondisi kesehatannya kritis karena mengidap kanker stadium IV.
Ibu bertugas membesarkan anaknya dengan nyawa mereka sendiri. Melahirkan atau membesarkan anak seorang diri itu artinya melawan kesehatan sendiri. Aku tak tahu berapa lama lagi sisa hidupku, tapi aku akan menggunakan sisanya untuk membantu Soo Jin.
Cha Young Sin
Menjadi ibu dengan cara apapun adalah hasil kerja keras. Kita semua mencintai anak-anak kita dan berusaha memberi yang terbaik untuk mereka dalam segala hal, tak peduli bagaimana caranya anak itu datang kepada kita.
Saya heran masih banyak stigma berkembang tentang ibu sejati hanya karena pilihan seorang wanita melahirkan alami atau lewat operasi caesar, menyusui anak dengan payudara (ASI) atau memberi susu botol, anak biologis atau anak adopsi, status ibu kandung atau ibu asuh.
Apapun jalan kita menjadi ibu, kita berhak menyandang gelar itu selama kita mencintai anak kita dengan tulus.
Saya angkat topi untuk para pemeran utama drama ini. Lee Bo Young sukses besar memerankan Kang Soo Jin setelah hiatus dua tahun karena menikah dan melahirkan buah hati pertamanya bersama aktor Korea, Ji Sung.
Heo Yool begitu apik memerankan Hye Na. Saya gak nyangka bahwa Mother merupakan akting perdana Heo Yool di layar televisi. Semua penonton yang pernah menonton Mother versi Jepang pasti tahu bagaimana sempurnanya Ashida Mana memerankan Reina alias Tsugumi.
Soo Jin beruntung memiliki dua ibu yang mencintainya dengan cara masing-masing. Mereka adalah Lee Hye Young yang memerankan Cha Young Sin (ibu angkat Soo Jin), dan Nam Gi Ae yang menjadi Nam Hong Hee (ibu kandung Soo Jin).
Selama ini saya lebih mengenal Lee Hye Young sebagai tokoh antagonis, entah itu hakim bertangan besi di Lawless Lawyer, atau ibu Goo Jon Pyo yang super berkuasa di Boys Over Flower. Karakternya berubah menjadi ibu angkat yang cantik, sabar, sedikit keras, tapi amat baik hati.
Nam Hong Hee melindungi putrinya dalam diam. Dia tahu telah memberi Soo Jin luka yang susah dihapus, tapi kesabarannya dalam penantian berbuah manis.
Momen terindah bisa kita lihat ketika Nam Hong Hee menggunting dan merapikan rambut Cha Young Sin menjelang detik-detik terakhir kehidupannya. Dua ibu itu tampak begitu akrab dan saling bernostalgia tentang kenangan mereka bersama Soo Jin waktu kecil.
Mother sejauh ini masih menjadi drama korea pertama dengan rating tertinggi yang pernah saya tonton. IMDb memberikan skor 9.1/10, demikian juga MyDramaList dengan 9/10. Chukkae!
Nonton Drama Korea di Aplikasi VIU
Saya harus berterima kasih pada VIU karena aplikasi ini hadir mengobati rindu saya akan drama Korea. Dulu setiap kali mau nonton drakor, era 2000-an, saya harus nongkrong di warnet buat nonton online. Mentok-mentoknya kalo malas, saya terpaksa berdosa karena harus beli DVD bajakan sama abang yang suka jualan di Stasiun Bogor atau Pasar Minggu.
VIU adalah aplikasi premium untuk menonton video sesuai keinginan kita, serta memberi pengalaman luar biasa saat menontonnya melalui sejumlah perangkat, mulai dari ponsel, tablet, dan desktop.
VIU sudah tersedia di sejumlah negara, seperti India, Malaysia, Myanmar, negara-negara Timur Tengah dan Afrika Selatan, serta tak ketinggalan Indonesia. Aplikasi VIU bisa kita download melalui Google PlayStore atau AppStore.
Saya mau curhat sedikit nih, betapa serunya sekarang saya nonton drama korea di aplikasi VIU.
1. Streaming video tanpa jeda iklan
Kesal pastinya kalo kita lagi asik nonton tiba-tiba iklan, ya kan? Kita gak bakal nemuin itu kalo download aplikasi VIU dan berlangganan.
Kita bisa streaming video tanpa jeda iklan. Daftar video koleksi VIU terus bertambah setiap bulannya. Saat ini jumlah film, acara televisi, dan lagu yang bisa kita nikmati di aplikasi VIU lebih dari 4.500 jam.
Kita bisa menyaksikan film dan drama dari TV Korea, TV Jepang, TV Asia. Ada juga video lifestyle dan dokumenter. Buat yang suka nonton on going drama atau serial terbaru, bisa buka fitur On-Air di aplikasi VIU.
Hal yang gak kalah menarik adalah kehadiran VIU Originals, berisi film atau drama yang eksklusif cuma bisa kita tonton lewat aplikasi VIU. Banyak banget film, drama komedi, romance, action, suspense and thriller yang bisa kita pilih di sini.
Yang ngaku generasi milenial Indonesia, jangan lewatkan VIU Originals produksi negeri sendiri. Tahu serial Pretty Little Liars kan? Web TV series ini diperankan Yuki Kato, Anya Geraldine dan kawan-kawan. Nah, ini tuh salah satu VIU Originals yang memenangkan penghargaan Best TV Format Adaptation (Scripted) in Asia loh.
Ada banyak serial Indonesia lain yang gak kalah heboh, plus juga memenangkan penghargaan bisa kita tonton di aplikasi VIU. Judulnya antara lain Assalamualaikum Calon Imam, The Publicist, dan Knock Out Girl.
Kualitasnya tentu jauh beda lah sama sinetron-sinetron di TV publik. Jauh lebih berkelas.
2. Nonton video premium dengan biaya minimum
Saya masih ingat dulu beli satu keping DVD bajakan harganya Rp 5.000 dengan kualitas gambar standar. Rata-rata drama korea 16 episode dimuat dalam empat keping DVD yang artinya saya harus membayar Rp 20 ribu untuk satu judul K-drama.
Sekarang, begitu saya download aplikasi VIU, saya hanya perlu membayar biaya berlangganan Rp 30 ribu per bulan. Banyak promo juga, seperti saya yang mengambil promo VIU enam bulan dengan harga lebih terjangkau.
Bayangkan, saya bayar Rp 30 ribu dan saya bisa nonton drama korea di aplikasi VIU selama sebulan penuh. Nonton sepuasnya, kalo perlu sampai bisa berbahasa korea sendiri. Jinjja? Jongmal?
Jomplang banget sama uang yang saya keluarkan untuk beli DVD bajakan dulu. Nonton di aplikasi VIU gak perlu takut dosa karena ini tuh saluran nonton video premium yang resmi, bukan ilegal.
Pilihan pembayaran berlangganannya banyak, bisa lewat Google Pay Store Billing, iTunes Pay, Wallet Billing, atau Promo Code.
3. Nontonnya bisa online dan offline
Kita bisa nonton film atau drama di aplikasi VIU secara online, atau mengunduhnya terlebih dahulu untuk kemudian ditonton offline.
Kita bisa menggunakan satu akun VIU dan menontonnya maksimal di lima perangkat pada saat bersamaan. Saya sering buka VIU di ponsel, sekaligus di laptop, juga TV android di rumah. Bebas deh, mau buka pakai apa.
Demi keamanan data, sebelum membuka aplikasi VIU di perangkat baru, saya sarankan keluar (log out) dulu di perangkat lama. Jangan lupa gunakan kata sandi yang kuat dan rutin memperbaharuinya. Oke?
4. Jika video dijeda, kita tak perlu menonton dari awal.
Serunya aplikasi VIU tuh ini. Sebagai ibu anak tiga yang semua kerjaan dilakukan bersamaan alias multitasking, saya sering banget nge-pause film atau drama yang tengah saya tonton.
Misalnya nih, baru 40 menit nonton Mother, si kakak mendadak minta ditemani ke kamar mandi, atau si kembar mendadak mau mimik ASI. Udah deh, nontonnya ditunda dulu.
Nah, VIU secara otomatis mendeteksi video apa yang saya tonton terakhir kali dan di bagian mana saya menghentikannya. Saya bisa melanjutkan tontonan saya di lain waktu, dimulai dari titik jeda terakhir, tanpa perlu mengulang dari awal.
5. Masih ragu subscribe, mau lihat-lihat dulu? Ya udah, nonton gratisan aja.
Kalo kita masih ragu untuk berlangganan alias mau lihat-lihat dulu, pikir-pikir dulu, ya udah, no problem. Kita tetap bisa kok nonton video-video di aplikasi VIU. Kita gak perlu registrasi seperti subscriber lainnya.
Paket dasar ini memungkinkan kita bisa menonton hampir 70 persen video gratis di aplikasi VIU. Risikonya ya kita harus mau dijeda sama iklan setiap beberapa menit penayangan. Ya, ada harga ada rupa lah. Masak mau protes juga?
Itulah kenapa saya lebih senang paket premium yang berlangganan. Selain tanpa iklan, saya bisa mengunduh semua konten yang ada di aplikasi VIU. Worth it lah sama uang yang dikeluarkan.
Tunggu apa lagi? Download aplikasi VIU sekarang juga dan bebaskan harimu dari rasa bosan selama social distancing ini. Terima kasih sudah berkunjung dan membaca ya teman. Happy VIUwing. Kamsahamnida, yeorobun!
Leave a Comment