Zat besi
Zat besi

Saya mengalami anemia defisiensi besi sepanjang masa remaja hingga beranjak dewasa, persisnya sejak saya duduk di kelas II SMP hingga SMA. Sebab masih anak-anak, saya waktu itu sama sekali tak terlintas punya penyakit ini. Menurut saya anak remaja usia sekolah mudah lelah, lemas, dan pusing ya itu biasa saja.

Saya masih 12 tahun ketika suatu hari pingsan dan membutuhkan bantuan medis waktu mengikuti Jambore Daerah Pramuka di Sumatera Barat. Dokter yang memeriksa saya waktu itu menduga saya anemia.

Sepulang dari bumi perkemahan, ayah membawa saya periksa ulang dan cek darah ke klinik. Hasilnya mengejutkan, kadar zat besi di tubuh saya anjlok, turun drastis.

Dokter menerangkan gejala anemia yang beberapa di antaranya saya miliki, seperti mudah lelah, lemas, insomnia, kaki suka gemetaran, kuku tangan dan kaki rapuh, tubuh mudah memar, sering pusing, kulit pucat, rambut rontok, persendian kerap sakit, dan jantung sering berdebar kencang.

Butuh beberapa tahun sampai saya berdamai dengan anemia defisiensi besi. Saya sempat diinfus beberapa kali, juga konsumsi beberapa jenis obat dan suplemen. Hal paling sedih adalah ketika saya harus mengurangi kegiatan ekstrakurikuler yang menguras fisik, terutama bulu tangkis, latihan Pramuka, juga Paskibra.

Syukurnya dengan waktu, kesabaran, penerimaan, dan bantuan orang-orang tersayang, khususnya ayah ibu yang sangat memerhatikan asupan gizi saya di rumah, saya akhirnya bisa mencapai keseimbangan zat besi dalam tubuh.

Sebelum merantau demi melanjutkan kuliah ke Bogor 2005, ayah ibu kembali memeriksa kesehatan saya ke dokter spesialis untuk memastikan saya benar-benar bebas dari anemia defisiensi besi. Alhamdulillah, lihatlah saya sekarang, sudah 34 tahun dan dikarunia tiga putra putri yang juga sehat walafiat.

Wanita dan Anemia

Berangkat dari pengalaman remaja saya, hidup dengan kondisi kekurangan zat besi sungguh merupakan tantangan yang melelahkan. Apalagi remaja itu adalah perempuan yang kelak akan menjadi seorang ibu.

Anemia memengaruhi lebih dari 30 persen populasi di dunia, berdasarkan riset Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Prevalensi wanita terkena anemia lebih tinggi dibanding pria. Anemia bahkan berkontribusi pada 20 persen kasus kematian ibu di seluruh dunia.

Kenapa wanita berisiko tinggi anemia?

Saya mencoba menjelaskannya berdasarkan tahapan usia wanita sejak balita, remaja, dewasa, hingga tua.

1. Usia awal pertumbuhan (0-5 tahun)

Bayi 0-5 tahun berada dalam periode emas (golden age). Kadang sulit dipercaya betapa cepatnya bayi-bayi itu bertumbuh.

Nah, tubuh bayi pada masa pertumbuhan pesat ini pastinya membutuhkan banyak darah. Ini berarti kebutuhan zat besinya meningkat untuk mengakomodasi percepatan pertumbuhan yang terjadi pada lima tahun pertama kehidupannya.

2. Usia pubertas dan menstruasi (10-14 tahun)

Ini adalah usia remaja di mana anak perempuan akan melalui fase pubertas dan menstruasi. Risiko anak perempuan mengalami anemia pada usia ini cukup tinggi, contohnya saya.

Alasannya pubertas dan menstruasi mendorong percepatan pertumbuhan remaja perempuan. Tubuh mereka membutuhkan lebih banyak zat besi untuk menampung volume darah yang semakin tinggi selama periode ini.

Setiap bulannya remaja perempuan akan kehilangan darah banyak ketika menstruasi. Mereka perlu diasupi nutrisi kaya zat besi, berasal dari makanan sehari-hari, susu pertumbuhan, bahkan jika perlu suplemen. Apabila faktor ini tidak diperhatikan, tak perlu heran jika banyak anak perempuan tumbang dan terkena anemia di usia remaja.

3. Usia produktif hamil dan melahirkan (15-45 tahun)

Kehamilan juga meningkatkan risiko anemia karena peningkatan volume darah. Tubuh wanita menghasilkan 50 persen darah lebih banyak selama kehamilan untuk mengimbangi penambahan berat badan dan menyediakan zat besi untuk janin yang dikandungnya.

Pada trimester akhir, bayi dalam kandungan ibunya mulai menyimpan zat besi untuk persediaan selama enam bulan pertama kehidupannya. Bayangkan jika ibu hamil tidak mendapatkan suplementasi zat besi yang cukup selama mengandung, jelas ibu dan janin berisiko anemia, bahkan bayi yang dilahirkan berisiko stunting dan malnutrisi.

4. Usia emas (55 tahun ke atas)

Pada usia emas atau masa tuanya wanita rentan mengalami anemia defisiensi besi. Faktor penyebabnya banyak, misalnya penggunaan obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) yang sering dikonsumsi untuk mengurangi peradangan selama hidupnya.

Faktor lain bisa juga karena konsumsi aspirin selama bertahun-tahun yang memicu kerusakan saluran pencernaan dan pendarahan.

Selain itu, wanita pada usia 55 tahun ke atas tidak bisa lagi menghasilkan cukup asam lambung, sehingga bisa merusak penyerapan zat besi dalam tubuhnya. Inilah yang saat ini dialami oleh ibu saya. Ya, ibu saya yang sudah berusia di atas 60 tahun menderita anemia.

Sering kali ibu tiba-tiba pingsan di rumah. Jika itu terjadi, ayah saya harus membawa ibu ke rumah sakit untuk diinfus. Ibu juga menerima suntikan khusus dari dokter, dan kembali minum obat dan suplemen.

Wanita pada usia emas sangat mungkin mengalami penurunan nafsu makan. Mereka akhirnya hanya mengonsumsi makanan yang miskin nutrisi dan tidak mengandung cukup zat besi. Ini memperburuk risiko wanita terkena anemia defisiensi besi.

Apa Itu Anemia Defisiensi Besi?

Saya tidak sendiri. Prevalensi anemia pada remaja, ibu hamil, ibu menyusui, dan balita di Indonesia cukup mengkhawatirkan.

Dokter Spesialis Gizi Klinik Indonesian Nutrition Association (INA), DR dr Diana Sunardi, MGizi, SpGK mengatakan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan sejak 2013 menunjukkan angka anemia pada remaja Indonesia saat ini masih berkisar 15 persen. Angka anemia pada ibu hamil malah mencapai 37 persen.

Wajar jika Indonesia masih menghadapi tiga beban masalah gizi (triple burden), yaitu stunting, malnutrisi (gizi buruk), dan obesitas. Malnutrisi di sini disebabkan kekurangan mikronutrien (vitamin dan mineral), salah satunya zat besi.

Anemia defisiensi besi adalah kondisi tubuh kekurangan zat besi, sehingga jumlah sel darah merah yang bersirkulasi terlalu sedikit. Dokter Diana dalam Webinar Peran Nutrisi dalam Tantangan Kesehatan Lintas Generasi yang bekerja sama dengan Danone Indonesia menyebutkan tiga faktor yang berperan dalam anemia defisiensi besi, yaitu demografi, asupan makanan, dan sosial.

Oke, sekarang kita fokus ke asupan makanan ya.

Asupan makanan masyarakat Indonesia saat ini masih didominasi pangan nabati di mana kadar energinya rendah, proteinnya rendah, yang ujung-ujungnya menyebabkan defisit energi, defisit protein, dan defisit mikronutrien.

Anemia defisiensi besi umumnya disebabkan asupan zat besi terutama zat besi heme rendah, asupan vitamin C rendah, konsumsi sumber fitat berlebihan, konsumsi sumber tanin terutama dari teh dan kopi berlebihan, atau bisa juga karena menjalankan diet yang tidak seimbang.

Pada anak, penyebab anemia defisiensi besi karena anak jadi pemilih makanan (picky eater), asupan makanannya tidak bervariasi, kondisi tertentu yang menyebabkan gangguan penyerapan, dan kondisi tertentu yang menyebabkan asupan besi rendah, seperti alergi bahan makanan sumber besi heme.

Apa sih zat besi heme dan non-heme?

Zat besi heme adalah zat besi yang bergantung pada sumber protein hewani. Asupan zat besi terbaik berasal dari sini, sebab lebih mudah dicerna dan diserap tubuh.

Sumber zat besi heme terutama dari jenis ikan, daging, dan unggas. Jenisnya seperti ikan salmon, ayam, sapi, kambing, domba, hati ayam, hati sapi, dan hati domba.

Zat besi non-heme adalah zat besi yang bergantung pada sumber protein nabati. Sumbernya bisa dari bayam, wortel, kangkung, tempe, tahu, brokoli, asparagus, jamur, daun singkong, kecipir, dan buncis.

Sayangnya, sebut dr Diana proses penyerapan zat besi non-heme atau nabati ini lebih panjang. Kita harus memerhatikan faktor-faktor penghambat yang membuat tubuh tidak maksimal menyerap zat besi non-heme, seperti reaksi silang dengan serat, fitat, tanin, kalsium, polifenol, dan zinc.

Sebaliknya kita bisa meningkatkan proses penyerapan zat besi non-heme dalam tubuh dengan menambahkan asupan vitamin C, asam askorbat, asam sitrat, dan komponen lain dari makanan.

Perangi Anemia Bersama Danone Indonesia

Saya percaya penanganan yang baik, khususnya advokasi dan kolaborasi seluruh pihak sangat membantu masyarakat Indonesia sehat sejahtera dari anemia.

Tidak ada kata terlalu cepat, atau terlalu lambat untuk melakukannya. Cek status zat besi dalam tubuh kita dan anggota keluarga kita, kenali tanda dan gejala kekurangan zat besi, hidup sehat dengan mengonsumsi makanan kaya zat besi, dan pahami berbagai sumber untuk memperkaya zat besi pada usia anak hingga dewasa tua.

Saya kutip sedikit pernyataan Corporate Communication Director Danone Indonesia, Bapak Arif Mujahidin bahwa, “Setiap kali kita makan dan minum, kita memilih dunia seperti apa yang akan kita tempati.”

Danone salah satu perusahaan makanan dan minuman di Indonesia yang menaruh perhatian lebih pada masalah kesehatan masyarakat. Danone tidak hanya memikirkan bisnis, melainkan berkomitmen mewujudkan One Planet One Health.

Bisnis Danone dari hulu ke hilir, sejak produksi sampai produk-produknya dinikmati konsumen selalu memikirkan kesehatan Bumi. Kesehatan planet berkaitan dengan kesehatan masyarakat dan Danone ingin memelihara serta melindungi keduanya.

Sebagai perusahaan makanan, Danone terdepan dalam Revolusi Makanan, yaitu sebuah gerakan yang bertujuan untuk memelihara penerapan kebiasaan makan dan minum lebih sehat dan berkelanjutan.

Strategi dan komitmen Danone Indonesia untuk memelihara penerapan kebiasaan makan dan minum lebih sehat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain:

  • Meningkatkan kualitas nutrisi produk.
  • Meningkatkan keseimbangan keseluruhan portofolio perusahaan.
  • Berinovasi untuk menciptakan dan mempromosikan alternatif yang lebih sehat.
  • Menginspirasi kebiasaan yang lebih sehat melalui berbagai program dan layanan.
  • Mengomunikasikan informasi yang transparan dan berguna tentang produk-produk Danone.
  • Menunjukkan dampak positif Danone pada kebiasaan makan dan kualitas diet.

Kontribusi Danone ini dalam rangka mewujudkan Tujuan Danone 2030 yang selaras dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals PBB 2030.

Apa saja komitmen Danone dalam rangka membantu mengatasi tiga beban masalah gizi (triple burden) di Indonesia?

1. Isi Piringku

Fakta menunjukkan hanya dua dari lima anak Indonesia yang konsumsi makanannya sesuai rekomendasi WHO. Program Isi Piringku dari Danone Indonesia mempromosikan konsumsi gizi seimbang dan gaya hidup sehat untuk anak usia 4-6 tahun melalui guru dan orang tua.

Danone Indonesia telah menggandeng lebih dari empat ribu guru, 40 ribu siswa PAUD, dan 44 ribu ibu di delapan provinsi.

2. Gerakan Ayo Minum Air (Amir)

Fakta menunjukkan satu dari empat anak Indonesia masih kurang minum. Program kolaboratif Danone ini bertujuan untuk meningkatkan kebiasaan minum 7-8 gelas air per hari bagi anak usia sekolah.

Gerakan Amir telah melibatkan lebih dari 745 ribu siswa SD dan 1,2 juta siswa PAUD, dan 1,2 juta kader PKK di lima provinsi.

3. Warung Anak Sehat

Program ini memberdayakan ibu-ibu kantin sekolah untuk mengelola kantin sehat di sekolah. Mereka menyediakan makanan ringan dan minuman sehat bagi siswa. Program ini juga mendidik guru, orang tua, dan penjual di sekolah.

Warung Anak Sehat melibatkan 234 agen aktif, lebih dari 500 guru terlatih, enam ribu ibu, dan 27 ribu anak.

4. Aksi Cegah Stunting

Fakta menunjukkan satu dari tiga anak Indonesia di bawah usia lima tahun mengalami stunting.

Danone Indonesia menggandeng Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan Kementerian Desa. Hasilnya spektakuler sebab bisa menurunkan angka stunting sebesar 4,3 persen dalam enam bulan.

Danone fokus pada perbaikan sistem rujukan bagi anak-anak gizi buruk dan penguatan peran fasilitas kesehatan. Danone juga memprioritaskan intervensi dini khusus bagi mereka yang berisiko tinggi mengalami stunting.

Selain aksi nyata, Danone Indonesia juga fokus edukasi masyarakat tentang gizi dan kesehatan. Berikut adalah tiga contoh program edukasi yang dilakukan.

1. Generasi Sehat Indonesia (GESID)

Danone Indonesia bertujuan membangun pemahaman dan kesadaran remaja tentang kesehatan gizi dan remaja, pentingnya seribu hari pertama kehidupan, dan pembentukan karakter. Program tersebut menjangkau dua ribu siswa di lima SMP dan lima SMA.

2. Taman Pintar

Selama bertahun-tahun Danone Indonesia mendukung empat fasilitas pendidikan yang berfokus pada kesehatan dan gizi di Taman Pintar, Yogyakarta untuk lebih dari satu juta pengunjung per tahun.

3. Duta 1.000 Pelangi

Danone Indonesia memberi bantuan kepada karyawan dan masyarakat sekitar tentang masalah gizi dan kesehatan dalam seribu hari pertama kehidupan dengan menjadikan karyawan sendiri sebagai duta. Karyawan Danone Indonesia dilatih dan dibekali pengetahuan tentang gizi seimbang dan materi lain yang berkaitan dengan seribu hari pertama kehidupan.

Masalah nutrisi di Indonesia tidak melulu karena masyarakat tidak punya uang. Problem sesungguhnya adalah masyarakat kita masih kekurangan informasi dan ilmu pengetahuan tentang gizi dan nutrisi terbaik.

Oleh sebab itu Danone Indonesia terus meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya nutrisi dan edukasi lintas generasi untuk mewujudkan Indonesia sehat dan bebas anemia. Perusahaan yang baik tidak melulu memikirkan bisnis, melainkan berkenan tumbuh bersama masyarakat.

Share:

46 responses to “Zat Besi Cukup Ciptakan Generasi Sehat Bebas Anemia”

  1. omnduut Avatar

    Info yang super lengkap. Walaupun mostly pembahasannya tentang wanita, aku sebagai pria juga ikutan dapet ilmunya. Sampai sekarang aku juga masih rutin minum multivitamin penambah darah. Apalagi kalau badan ngerasa gak fit, habis begadang dsb.

    1. Okti Li Avatar

      Justru sebagai seorang (calon) ayah, harus tahu informasi ini. Kelak punya keluarga kan bisa dipraktikkan ilmu dan wawasannya. Hehehe

    2. Mutia Ramadhani Avatar

      Pria dan wanita sama-sama berisiko anemia mas. Tetap waspada dengan kesehatan keluarga. Terima kasih sudah berkunjung dan meninggalkan komentar mas.

  2. fennibungsu Avatar

    Pemahaman akan kekurangan zat besi ini harus terus disosialisasikan ya kak, karena demi mencetak generasi emas 2045 yang bebas dari anemia, sebab kekurangan zat besi dampaknya besar juga untuk perkembangan tubuh

  3. Cempaka Noviwijayanti Avatar

    Huhu… kita senasib mbak. Saya pun pengidap defisiensi zat besi. Saya sampai selalu diinfus venover untuk meningkatkan zat besi setiap hamil. Defisiensi zat besi bisa meningkatkan risiko komplikasi saat kehamilan katanya.

    1. Mutia Ramadhani Avatar

      Masya Allah. Alhamdulillah sekarang sudah sehat ya mba. Betul, anemia defisiensi besi meningkatkan risiko komplikasi kehamilan, malah bisa memicu preklamsia.

  4. lksaalmunawaroh Avatar

    Zat besi penting bagi perkembangan tubuh bahkan semnjak mengandung konsumsi zat besi perlu rutin selama 90 hari atau sehari 1 tablet. Kekurangan zat besi perlu diperhatikan karena akan mudah lesu.

  5. @nurulrahma Avatar

    Asupan makanan masyarakat Indonesia saat ini masih didominasi pangan nabati di mana kadar energinya rendah, proteinnya rendah, yang ujung-ujungnya menyebabkan defisit energi, defisit protein, dan defisit mikronutrien.

    Wah, semua ortu kudu nonton YouTube NuB dan baca blogpost ini!
    Supaya tercerahkan seputar serba/i anemia.
    Danone emang TERBAIIIKKK bisa kasih edukasi sarat manfaat ya

    1. Mutia Ramadhani Avatar

      Iya mba, kadang ada keluarga yang memilih vegetarian.Ya, sebetulnya gak salah juga sih, asalkan benar-benar tahu ilmunya. Misalnya, kalo vegetarian, makanan apa yang patut diperhatikan untuk memberi asupan zat besi cukup, dan makanan nabati apa yang sementara perlu dihindari yang berisiko menghambat penyerapan zat-zat yang diperlukan tubuh. Kalo sudah tahu ilmunya mah, mau vegetarian atau tidak, sudah lah pasti tidak masalah.

  6. Okti Li Avatar

    Kontribusi Danone banyak banget ya. Tidak hanya mencapai keuntungan semata, tapi juga kelestarian alam dan kesejahteraan semua penghuni bumi.

    Btw soal kekurangan zat besi, ternyata kita sebagai kaum perempuan harus lebih waspada ya. Semoga asupan zat besi kita dan keluarga tercukupi…

  7. Keke Naima Avatar

    Saya baru tau kalau zat besi ada 2 golongan. Bahkan untuk yang non-heme sebaiknya ditambah dengan komponen lain supaya penyerapannya terbantu, ya. Tentu ini penting untuk diketahui orang tua. Karena inginnya kan makanan yang dikonsumsi oleh keluarga terpenuhi nutrisinya dna terserap optimal

    1. Mutia Ramadhani Avatar

      Betul mba. Soal ini paling penting diperhatikan keluarga yang memilih menjadi vegetarian.

  8. Dhenok Avatar

    aku ngalamin, meski ga sampe pingsan kaya ibunya. tapi udah sering ngedrop dalam 3 tahun terakhir. musti lebih dibagusin pola makan.

    semoga orang tua masa kini lebih aware ya.. dulu masa kecilku kurang giji dan kurang gajih hehe

  9. Hani Avatar
    Hani

    Pernah nemenin bocil ke DSA. Kata beliau, anak-anak Indonesia sebagian besar kekurangan zat besi. Terus diajarin deh menata piringnya dengan contoh-contoh, 1/3 karbo. 1/3 protein, dan 1/3nya lagi sayur.

    1. Mutia Ramadhani Avatar

      Edukasinya bagus sekali Bunda Hani.

  10. Maria G Soemitro Avatar

    Waktu remaja sayapun terkena anemia karena sok diet 😀😀
    Maklum badan saya gendut, bikin ga percaya diri
    Untunglah ibu saya Cerewet soal makanan jadi ngga berkelanjutan

  11. Siti Nurjanah Avatar

    Mencegah dan mengatasi anemia bisa dilakukan dengan konsumsi makanan bergizi seimbang dan kaya zat besi ya..
    Juga mesti di imbangi dengan pola hidup yang sehat serta rutin konsumsi vitamin C

  12. rafahlevi Avatar
    rafahlevi

    Dulu kupikir anemia gak bisa sembuh. Tapi ternyata bisa, asal pola makan dan asupan gizinya diperhatikan dan konsumsi vitamin & obat teratur. Dan aki ngerasain sendiri punya anemia itu fisik gak kuat kalo beraltifitas terlalu capek. Alhamdulillah sekarang baik-baik aja.

    1. Mutia Ramadhani Avatar

      Bisa mas, saya contohnya penyintas anemia yang alhamdulillah sudah sembuh sekarang.

  13. annisatang Avatar

    Awalnya saya pikir Anemia itu hanya sekedar kekurangan darah, ternyata justru kekurangan zat besi dulu ya Mom, sehingga menyebabkan sel darah merahnya sedikit. Terima kasih infonya Mom.

  14. Shyntako Avatar
    Shyntako

    Anemia tuh memang berbahaya ya, terutama untuk anak, edukasi tentang pentingnya zat besi untuk para buibu memang penting banget nih, so kerenlah Danone memberikan edukasi bahaya defisiensi zat besi ini yaa mba Muthe

  15. annienugraha Avatar

    Saya pernah mengalami anemia akut di usia 20an (sekitar 25-26 tahun). Saat masih kerja rodi di perusahaan multi nasional. Penyebabnya lebih karena jadwal makan yang ngawur, makan asal sempat dan kenyang serta tidak menimbang nilai gizi, load kerja yang over sehingga exhausted. Hingga di satu titik, setelah sempat opname agak lama, saya bertekad untuk melakukan healthy living (baik dari asupan maupun ritme kerja). Merubah life style. Took a lot of time indeed, tapi alhamdulillah berhasil.

    1. Mutia Ramadhani Avatar

      Wanita usia produktif memang rentan sekali anemia Mba Annie.

  16. naniknara Avatar

    ibu saya, yang usianya udah menjelang 70 tahun juga pernah kena anemia mbak, bahkan sampai tranfusi darah habis 2 kantong. Saat itu saya heran, kok usia lanjut gitu “masih” kena anemia juga. Membaca artikel ini jadi makin paham, bahwa wanita itu, rentang berapa pun bisa punya peluang untuk kena anemia.

  17. jasmibakri Avatar
    jasmibakri

    Selama ini kita cenderung memperhatikan protein dan vitamin untuk anak sampai lupa ke zat besi. Ternyata manfaatnya luar bia dan penting banget bagi anak-anak juga ya mbak. AKu suka gerakan minum air putih ini. soalnya kadang anak-anak jarang mau minum air putih, maunya minuman botolan yang manis-manis which is nggak sehat

  18. Vivian Wahab Avatar
    Vivian Wahab

    Saya dulu saat masih single lumayan sering anemia.
    Mungkin karena pola makan dan pola istirahat yang tidak teratur
    Alhamdulillah sejak menikah jadi mengatur itu, terutama minum air putih, dan semua keluhan yang dulu, sekarang tidak ada lagi anemia

  19. ndiievania Avatar

    zat besi memang penting banget yaa.. memang sih perempuan lebih penting karena untuk mencetak generasi lagi. namun yg anak lelaki jgn sampai abai jg ya. Karena ini kan berpengaruh dalam pemikiran untuk belajar di sekolah dan nanti2 yaa..
    Semoga Indonesia bisa menyelesaikan masalah kekurangan zat besi dan stunting, biar generasi2 selanjutnya hebat2 semua

  20. Zen Avatar

    Wanita memang kayaknya rentan banget ya Mbak terkena anemia. Soalnya kan asupan zat besi ini bakalan kepake terus untuk sistem hormonal wanita. Beda sama laki-laki yang tubuhnya nggak tergantung sama sistem hormonal.

  21. Dian Restu Agustina (@dianrestoe) Avatar

    Benar jika kebanyakan masyarakat itu bukannya enggak punya uang untuk membeli tapi kurangnya informasi dan pengetahuan tentang keseimbangan nutrisi. Salut dan bangga akan kotribusi nyata Danone terkait masalah ini terutama hal anemia defisiensi besi.
    Saya juga pengidap anemia sama seperti Mbak Mutia, saat remaja, Eh kini kadang kambuh lagi akibat gaya hidup sepertinya. Dan persoalan seperti anemia defisiensi zat besi seperti ini perlu peran serta semua pihak untuk menuntaskannya

  22. Rui Akaruicha Avatar
    Rui Akaruicha

    Luar biasa memang apa yang Danone lakukan dalam memgembangkan generasi emas. Banyak sekali kampanye posorif seperti Isi Piringku,Warung Anak Sehat, dan masih banyak lagi. Sungguh berbahaya ya anemia ini sebenarnya. Apalagi bagi kaum perempuan.

  23. Icha Marina Elliza Avatar

    Kiprah Danone di Indonesia ternyata sangat besar ya kak Mutia. Banyak gerakan yang diciptakan agar anak Indonesia tidak miskin nutrisi alias kekurangan gizi. Saya paling suka dengan geeakan warung anak sehat dan juga aksi cegah stunting.
    By the way, gerakan ayo minum air putih bagus juga kak. Secara anak sekolah kadang suka lupa sama jumlah air yang dikonsumsi.
    Liat gambarnya salfok nih.. hehe..
    Minumnya duduk ya dek…

  24. ellafitria Avatar

    btw, aku masih asing dengan anemia defisiensi besi mbak Muthe. Baca artikel ini sambil ngangguk2, ternyata anemia defisiensi besi dampaknya bisa fatal juga. kl boleh tahu, untuk cek penyakit ini mengunjungi dr spesialis apa ya, mbak? Soalnya akhir2 ini aku mengalami beberapa gejala yang mbak sebutkan di atas, daripada selfdiagnosis mending dipriksakan biar make sure.. bersyukur banget Danone sangat peduli dengan masalah gizi di Indonesia 🙂

  25. Inova Melisa Avatar

    Program Danone sangat baik ya kakak, saya pribadi sangat prihatin melihat angka malnutrisi di Indonesia. Semoga hal ini bisa teratasi dengan baik agar generasi kita tumbuh sehat dan negara semakin kokoh.

  26. bayufitri Avatar

    Setuju mbak pemahaman kesehatan pada sebagian masyarakat masih abai dan cuek jadinya masih banyak anak yang kurang gizi dan mengakibatkan anemia padahal bahaya sekali ya Mbak untuk perkembangan anak kedepannya

  27. vivi Avatar

    Saya mendukung itu tentang kantin sehat yang di sekolah itu.
    Jajanan sembarangan anak-anak yang bisa mempengaruhi kesehatannya.
    Jangan sampai gegara jajan jadi sakit sakitan.
    Untuk anemia, saya juga berjaga-jaga nih, supaya gak anemia, terutama anemia defisiensi besi.
    Mencermati apa yang dimakan, saya sangat concern sama yang begini.
    Sehat itu tidak mahal. Sakit itu yang mahal, biaya berobat ampun ampunan.

  28. Erin Avatar

    Keren ya program-program Danone, benar-benar peduli terhadap generasi bangsa. Jangankan anak kecil orang dewasa saja masih sedikit konsumsi air mineral. Tapi memang lebih baik dibiasakan dari kecil.

    1. Mutia Ramadhani Avatar

      Iya Mba Erin. Semoga bisa dicontoh oleh perusahaan-perusahaan makanan minuman lainnya ya.

  29. Ubay Avatar

    Anemia memang kadang jadi musuh bersama. Kadang tak disadari pun bisa terkena anemia apalagi jika tidak mengkonsumsi asupan yang sehat dan kurang olahraga

  30. Mei Daema Avatar

    di usia produktif seperti saya memang wajib banget perhatiin soal zat besi, kadang suka banget berasanya kalau udah kekurangan zat besi seperti ini, wajib banyak konsumsi makanan sehat dan bergizi

  31. Marita Ningtyas Avatar

    Anemia ini ternyata juga menurun ya. Kalau emaknya anemia, anak-anaknya juga biasanya akan kena anemia. Kebetulan aku termasuk yang sering kurang darah juga, makanya pas anak-anak umur setahun dan berat badannya nggak naik-naik, sama dokter diresepi penambah darah deh. Jadi tahu kalau anemia itu berdampak banget ke tumbuh kembang anak sedemikian hebat, harus diperhatikan benar-benar ya asupan zat besi dalam menu harian anak-anak biar tumbuh kembangnya optimal.

  32. Alfimanzila Avatar

    Mencegah lebih baik daripada mengobat ya mbak, kebutuhan zat gizi akan terpenuhi sang anak apabila orang tua peduli akan kebutuhan asupan sehari hari

  33. Iid Yanie Avatar
    Iid Yanie

    Saya baru ngalamin anemia pas lagi hamil rasanya memang capek banget kepala sering pusing dan lemes, untungnya diresepin dokter zat besi sampe lahiran, zat besi penting bgt semasa hamil agar anak tumbuh sehat saat lahir

  34. nurhilmiyah Avatar
    nurhilmiyah

    enam bulan pertama di kandungan janin sudah menyimpan cadangan zat besinya ya di rahim ibu, makanya memang penting banget nih suplementasi zat besi bagi bumil biar anaknya kelak gak malnutrisi atau stunting ya…

  35. edexme Avatar
    edexme

    Hi, I’m Dr. Jhone,
    I have read this article and it has contained much information and also very accurate. Thanks to the writer of this article for sharing knowledge with us.
    Also, I would like to add some more details i have found via the article about : https://edexme.com/deficiency/anemia-in-pregnancy-stage/
    Thanks
    Dr. Jhone

    1. Mutia Ramadhani Avatar

      Hallo, dr Jhone. Thank you for visiting my blog.

  36. Meilia Wuryantati Avatar
    Meilia Wuryantati

    Zat besi emang penting banget apalagi untuk saat kehamilan . Kayak aku gini mba diusia 40an masih dipercaya untuk hamil.. kebutuhan akan zat besi lebih banyak. Mknya aku pun mengonsumsi nya, karena kan kehamilan juga meningkatkan risiko anemia karena peningkatan volume darah.

Leave a Comment