Tangis Bu Risa pecah melihat dan mendengar langsung Marten bercerita dengan begitu semangatnya. Moderator pun diambil alih Pak Iwan di seberang sana. Tak terasa 15 menit sudah anak laki-laki 24 tahun itu curhat tentang kehidupannya sejak masih menyandang autisme hingga sekarang menjadi mantan autisi.
Marten berasal dari Pekanbaru. Dia putera tunggal dari Ibu Marlene, seorang WNI keturunan Belgia. Marten didiagnosis autism spectrum disorder (ASD) saat masih berusia tiga tahun oleh seorang dokter spesialis anak di Jakarta.
Waktu itu belum ada dokter spesialis yang konsen tentang penyakit ini di Pekanbaru hingga Ibu Marlene mengenal dr Rudy Sutadi. Wanita paruh baya ini memboyong putera semata wayangnya bersama tiga orang calon terapis untuk mengikuti pelatihan khusus di KID AUTIS (nama KID ABA sebelumnya).
Perjuangan Ibu Marlene mendampingi Marten melewati masa-masa kelamnya sungguh mengagumkan. Pernah suatu hari dr Rudy menolak konsultasi karena Ibu Marlene tidak disiplin dengan jam terapi Marten di rumah.
Ibu Marlene pun kembali ke Pekanbaru dengan tangan hampa. Tiga bulan berikutnya setelah dosis jam terapi cukup dan konsisten, dr Rudy bersedia bertemu seiring dengan perkembangan penyembuhan Marten yang luar biasa.
Sebagaimana anak balita lainnya, Marten sering tantrum karena diet ketat yang mengharuskannya tidak boleh sembarangan mengonsumsi makanan. Marten kerap menangis karena tidak boleh makan donat, tidak boleh makan tahu, tidak boleh makan bakwan. Di sekolah ia pun sering diejek teman-temannya karena tampak berbeda.
Semua anak yang didiagnosis autisme, pada tingkatan mana pun autismenya, tanpa terkecuali WAJIB DIET. Segera jalankan diet yang benar untuk autisi kita. Jangan lagi menengok kiri kanan untuk maju ke depan menuju kesembuhan autisi yang Allah amanahkan kepada kita.
dr rudy sutadi, Spa, mars, spdi
Hingga usia sekolah pun, Marten masih mengalami perundungan (bullying). Dia pernah diejek karena tidak punya adik. Dia pernah ditertawakan teman-teman karena tidak pernah pacaran. Anak laki-laki itu sakit hati. Namun, dia optimistis seseorang yang benar-benar mencintainya suatu hari akan datang karena kondisinya sekarang sudah baik.
Saya buktikan autisi bisa maju. Saya yakin pada diri saya bahwa setiap kekurangan pasti ada kelebihan. Saya optimistis dan saya kembalikan segalanya pada Tuhan.
Marten
Selama bersekolah Marten anak berprestasi. Dia pernah mengikuti Olimpiade Bahasa Inggris. Dia juga sering menjawarai lomba pidato.
Pria yang hobi membaca ini sering berorasi di kampus. Dia berkuliah sebagaimana mahasiswa lainnya hingga lulus sebagai Sarjana Pendidikan Islam dari Universitas Islam Bandung.
Autisi Bisa Sembuh
Siapa bilang autisi otaknya jongkok? Hilmy membuktikan mantan autisi pun bisa berkuliah master di universitas negeri bergengsi.
Hilmy merupakan sarjana Jurusan Fisika di Institut Teknologi Surabaya (ITS). Sekarang dia melanjutkan kuliah S2 di universitas yang sama, bahkan lewat jalur beasiswa. Masya Allah.
Ada lagi Iqbal, 20 tahun yang masih berstatus mahasiswa Jurusan Matematika di Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.
Remaja kelahiran 25 Juli 2000 ini didiagnosa autis oleh seorang dokter di Palembang. Namun, di Palembang belum ada dokter yang konsen tentang autisme.
Iqbal kemudian dibawa ke Jakarta dan menjalani terapi yang ‘katanya’ terapi khusus autisi. Faktanya Iqbal diterapi tusuk jarum dan membuatnya trauma hingga sekarang.
Ibunya kemudian mencari second opinion ke Surabaya, bertemu dr Sasanti Juniar Santosewoyo dan tetap didiagnosis autis. Akhirnya berdasarkan saran dr Sasanti, Iqbal menjalani terapi dengan metode Smart Applied Behavior Analysis (ABA) yang digagas dr Rudy.
Selama di Surabaya, Iqbal tinggal di rumah neneknya. Dua tahun berikutnya ia menjalani terapi Smart ABA hingga masuk TK, SD, SMP, dan SMA reguler. Iqbal memang menyukai Matematika sejak lama, dan dia pun senang berkuliah di jurusan favorit, bahkan sempat menjadi asisten dosen.
Sebelum lulus di Jurusan Matematika, Iqbal sempat mempertimbangkan beberapa jurusan alternatif, seperti Fisika, Teknik Geofisika, dan Perencanaan Kota. Di antara jurusan tersebut, Iqbal lebih senang keilmuwan basic karena dianggap lebih fleksibel dan bisa masuk ke berbagai bidang ilmu lainnya.
Rendy merupakan mantan autisi asal Sumatera Barat yang saat ini bekerja di sebuah perusahaan tambang di Kolaka, Sulawesi Tenggara. Rendy merupakan sarjana lulusan Teknik Pertambangan, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Salah satu problem yang dihadapi autisi adalah pubertas ketika menginjak usia remaja. Rendy mengatasi masa-masa ini dengan membiarkan perasaannya mengalir seperti air. Sebelumnya Rendy telah dibekali informasi oleh orang tuanya terkait hal-hal apa saja yang akan dihadapinya seiring pertambahan usia.
Cara kita (autisi) mengatasi pubertas juga dengan lebih mendekatkan diri pada Allah SWT supaya tak mudah terjerumus ke dalam kesalahan.
Rendy Adrista Farrand
Engineer pertambangan ini jago banget menulis. Tak lama lagi bukunya yang berjudul Ombak Itu Tidak Akan Menelanmu akan diterbitkan penerbit mayor, Gramedia. Rendy menceritakan perjalanan hidupnya di buku ini.
Akhir pekan kemarin, Minggu (20 September 2020) masih dalam rangkaian Seminar Nasional Autisme-II 2020 saya berkesempatan mendengarkan langsung pemaparan enam orang mantan autisi dewasa yang sembuh setelah menjalani terapi Smart ABA dan Smart BIT.
Hati saya terenyuh mendengarkan kisah-kisah mereka, mengetahui perjuangan para orang tua mengantar sang putera ke pintu kesembuhan. Ingin rasanya menuliskan kisah mereka semua.
Saya berharap suatu hari Abang Rashif akan sukses seperti mereka. Saya berdoa suatu hari abang akan bercerita dan menginspirasi semua. Semoga ibun bisa menuliskan kisah abang, tentang perjalanan kita hari ini hingga nanti. Insya Allah ya nak.
Usaha tak akan pernah mengkhianati hasil. Lelah kita hari ini, insya Allah berbuah manis di masa depan. Amin Ya Rabbal Alamin.
Leave a Comment