Beberapa hari lalu saya mengakses laman berita asing, Arab News dan cukup kaget setelah membacanya. Judul beritanya, Egyptian govt encourages women to avoid pregnancy during Covid-19. Intinya adalah Kementerian Kesehatan Mesir meminta perempuan-perempuan Mesir untuk menunda kehamilan selama pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19).
Berita yang ditulis jurnalis Laila Mohammed pada 30 Juni 2020 itu menyebutkan, kehamilan menyebabkan melemahnya sistem kekebalan tubuh dan secara tidak langsung membuat ibu hamil rentan terhadap virus. Imbauan ini juga dilatarbelakangi kondisi tenaga medis yang kewalahan mengakomodasi pasien Covid-19 di seluruh Mesir.
Pemerintah Mesir mengintensifkan penyediaan berbagai alat kontrasepsi untuk memperkecil angka kehamilan di negara tersebut, termasuk kapsul dan implan yang bisa menunda kehamilan jangka pendek hingga jangka panjang maksimal tiga tahun. Bagi wanita yang sedang hamil atau terlanjur hamil, pihak berwenang menggarisbawahi pentingnya ibu menjaga kesehatan, cukup istirahat, dan tidak stres selama kehamilan.
Imbauan pemerintah Mesir ini tentu saja memicu pro kontra di negara tersebut. Salah satu yang kontra adalah pasangan baru menikah atau yang sedang menjalani program kehamilan.
Mari kita kesampingkan perdebatan mereka dan fokus pada kondisi yang perlu diperhatikan jika kita hamil selama Covid-19. Benarkah sebegitu mengkhawatirkan risiko hamil di saat pandemi?
Apa Saja Bentuk Kekhawatiran Ibu yang Hamil Saat Pandemi?
Ibu hamil yang sedang menunggu detik-detik kelahiran buah hati, atau pasangan baru menikah yang istrinya sedang mengandung anak pertama pastinya deg-degan dan sedikit mengkhawatirkan keadaan sekarang.
Yusi, sahabat saya di Bogor melahirkan dalam kondisi memprihatinkan ini, tepatnya 17 Maret 2020. Syukurnya Covid-19 belum menjadi pandemi saat Yusi menjalani trimester pertama kehamilan. Padahal saat itu kesehatannya fluktuatif. Tensi darahnya selalu rendah dan sering pusing tiba-tiba. Yusi masih harus mengantar jemput puteranya yang masih TK ke sekolah.
Awalnya Yusi ingin bersalin normal atau vaginal birth after caesarean (VBAC) di bidan terdekat. Alasan medis tidak memungkinkan, sehingga Yusi kembali menjalani operasi saat pemerintah Kota Bogor memberlakukan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
Situasi rumah sakit begitu berbeda saat Yusi melahirkan dalam kondisi darurat Covid-19. Yusi harus berbagi ruangan dengan pasien lain. Dia juga takut terpapar virus baru ini, atau menjadi carrier.
Yusi dan suaminya harus mengurus segala kepentingan pra dan pascapersalinan berdua karena pihak rumah sakit tidak menerima kunjungan pasien dari luar. Hal yang tak kalah penting adalah sampai hari Yusi terus berjuang melindungi bayinya yang masih rentan dari ancaman Covid-19.
Banyak lagi bentuk kekhawatiran ibu yang menjalani kehamilan di tengah pandemi. Berikut saya paparkan bentuk-bentuk ketakutan tersebut.
Saya juga menyertakan beberapa alasan ilmiah dan pendapat dari sumber terpercaya untuk menjawab ketakutan tersebut. Sebagian besar saya menukil dari laman resmi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pendapat dokter, serta ahli kesehatan dari laman berita asing. Semoga informasi ini bisa membantu ibu hamil yang membutuhkan.
1. Ibu hamil berisiko tinggi terjangkit Covid-19
WHO masih terus meneliti dampak infeksi Covid-19 terhadap ibu hamil. Sampai hari ini belum ada bukti yang menyatakan ibu hamil pasti berisiko tinggi terjangkit Covid-19 dibanding orang biasa.
Ibu hamil bisa terdampak Covid-19 lebih karena kondisi imunitas tubuhnya, khususnya infeksi saluran pernapasan. Makanya WHO mengingatkan pentingnya ibu hamil mengambil langkah pencegahan dan melaporkan segala gejala yang mungkin timbul, termasuk demam, batuk, dan kesulitan bernapas kepada dokter, bidan, atau tenaga medis.
2. Covid-19 meningkatkan risiko keguguran
Peningkatan risiko keguguran pada ibu hamil yang terjangkit Covid-19 belum terbukti kuat sampai saat ini.
American College of Obstetricians dan Gynecologists dari situs yang saya baca memang pernah mencatat bahwa ibu hamil terjangkit Covid-19 rentan mengalami komplikasi kehamilan, seperti melahirkan prematur. Namun, datanya masih terbatas dan infeksi virus mungkin saja bukan faktor langsung yang menyebabkan kelahiran bayi prematur.
3. Bingung dengan langkah pencegahan Covid-19 saat hamil
Ibu tak perlu bingung. Langkah pencegahan yang diambil ibu hamil saat Covid-19 sama kok seperti orang pada umumnya.
Bagaimana caranya?
- Lindungi diri dengan cara rajin mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir, atau menggunakan antiseptik berbahan dasar alkohol.
- Jaga jarak aman dengan orang lain minimal satu meter, terutama dengan orang yang sedang batuk atau bersin.
- Hindari menyentuh bagian mata, hidung, dan mulut sebelum memastikan tangan bersih dan bebas kuman.
- Gunakan masker atau penutup wajah saat hendak batuk atau bersin. Jika ibu menggunakan tisu untuk membersihkan bekas batuk dan bersin, langsung buang tisu bekasnya ke dalam tempat sampah tertutup.
- Ibu hamil yang menunjukkan gejala lebih parah, seperti gangguan pernapasan, sebaiknya langsung menghubungi dokter atau tim medis, kemudian ikuti arahan.
- Jalani perawatan kesehatan seperti biasanya, khususnya rutin memeriksakan kandungan.
4. Takut ikut rapid test dan swab/ PCR test
Memang benar, protokol pemeriksaan pasien Covid-19 itu berbeda, tergantung daerah tempat tinggal masing-masing. Namun, WHO menggarisbawahi bahwa ibu hamil dengan gejala Covid-19 harus diprioritaskan menjalani pemeriksaan, khususnya menjelang persalinan.
Apabila mereka terjangkit virus corona, mereka tentu membutuhkan perawatan khusus. Saat ini telah tersedia rapid test atau swab/ PCR test terencana lewat berbagai aplikasi kesehatan. Ini bisa mengurangi kekhawatiran ibu yang takut menjalani tes Covid-19 karena tak ingin terinfeksi dari orang lain di rumah sakit.
Covid test terencana melalui aplikasi kesehatan memungkinkan ibu bisa menentukan sendiri jam berapa dan lokasi tes yang diinginkan. Ada juga layanan home care di mana tes bisa dilakukan di rumah loh.
5. Ibu hamil positif Covid-19 harus melahirkan caesar
WHO sama sekali tidak membenarkan pernyataan tersebut. Operasi caesar hanya dibenarkan untuk kondisi medis tertentu, berlaku sama untuk pasien Covid-19.
Ibu hamil tetap bisa melahirkan normal kok. Apapun metode persalinan yang dipilih, tetap semuanya diserahkan pada ibu.
6. Takut kontrol kehamilan ke dokter
Ibu hamil harus tetap menjalani pemeriksaan rutin kehamilan di klinik atau rumah sakit. Ini untuk memastikan kesehatan ibu dan janin.
Setelah Covid-19 meningkat menjadi pandemi global, beberapa dokter kandungan mungkin memperketat interval kunjungan pasiennya yang sedang hamil. Bisa jadi ada dokter yang melakukan video call dengan pasiennya.
7. Bayi bisa terinfeksi Covid-19 melalui ASI
Sama sekali tidak. Sejauh ini belum ada penelitian yang menemukan virus corona ditularkan melalui ASI.
WHO menyebutkan ibu yang terjangkit Covid-19 tetap bisa menyusui bayinya, asalkan mematuhi protokol kesehatan. Pertama, ibu mengenakan masker saat menyusui bayi. Kedua, ibu mencuci tangan sampai bersih sebelum dan sesudah menyentuh bayinya.
Ketiga, ibu rutin membersihkan permukaan-permukaan apa saja yang disentuhnya. Apabila kondisi si ibu tidak sehat untuk menyusui langsung, misalnya sesak napas intensif, maka ibu bisa memberi ASI pada bayi dengan cara lain, seperti ASI perah, donor ASI, atau relaktasi begitu kondisi tubuh ibu cukup sehat.
8. Ibu tidak bisa menyentuh bayi jika positif Covid-19
Pemberian ASI eksklusif sejak dini tetap dilakukan meski pun ibu terjangkit Covid-19. WHO menegaskan ibu untuk tetap menyusui bayinya dengan aman, menggunakan pelindung (masker), dan tetap berada satu kamar dengan bayinya. Jauh lebih aman jika ibu bisa memberikan ASI perah untuk si kecil.
9. Takut tertular Covid-19 setelah melahirkan di rumah sakit
Pihak rumah sakit pastinya membatasi jumlah orang yang bisa mengunjungi pasien baru melahirkan. Biasanya hanya keluarga inti saja yang diizinkan masuk kamar ibu dan bayi.
Percayalah, semua staf medis pasti bekerja keras untuk melindungi seluruh pasien dari ancaman Covid-19. Jika kondisi ibu dan bayi sehat, tak perlu penanganan medis lebih lanjut, dokter biasanya memberikan izin pulang lebih cepat.
10. Bolehkan ibu hamil mengadakan baby moon dan baby shower?
Sebaiknya ibu hamil menghindari segala bentuk kegiatan tidak penting di luar rumah, termasuk traveling dengan alasan baby moon. Ini karena virus corona bisa ditularkan melalui interaksi dengan lingkungan luar, seperti satu pesawat dengan orang positif Covid-19.
Baby shower biasanya acara ngumpul-ngumpul bersama keluarga besar dan teman-teman. Protokol Covid-19 mengharuskan kita menjaga jarak aman dengan orang lain. Ya, sebaiknya gak perlu ada baby shower dulu. Utamakan social distancing sementara waktu.
Semoga semua kekhawatiran ibu yang sedang hamil di tengah Covid-19 ini terjawab lewat pemaparan di atas ya. Sehat-sehat selalu bumil.
Leave a Comment