Menulis itu harus jujur. Kita harus menghadirkan hati dan niat baik ketika menulis, seperti yang ditegaskan Mba Steffi Fauziah di personal blognya beberapa waktu lalu. Jangan sampai tulisan kita mencomot hasil karya orang lain alias plagiat.
Awak media atau kamu yang dulunya pernah bekerja di media, mau itu cetak, online, atau televisi pasti sudah akrab dengan kehadiran wartawan bodrex di berbagai acara. Istilah wartawan bodrex diambil dari salah satu brand obat sakit kepala yang iklannya populer banget tahun 90’an.
Mengapa bodrex? Karena bodrex itu obat sakit kepala, jadi secara tak langsung wartawan bodrex bisa diartikan wartawan yang bisa bikin kita sakit kepala.
Gimana gak sakit kepala? Mereka itu wartawan gadungan. Medianya gak ada, ID pers-nya palsu, kartu namanya abal-abal, suka muncul tiba-tiba di acara-acara yang diadakan pemerintah atau perusahaan swasta, dan suka mengancam demi mendapatkan bayaran.
Wartawan bodrex telah merusak citra wartawan sejak lama. Biasanya begitu mereka datang berkelompok, 3-5 orang, wartawan asli langsung nyindir, “Pasukan bodrex datang tuh.”
Belakangan wartawan bodrex memiliki nama lain. Ya, sebenernya kasihan juga sih bodrex jadi dikonotasikan negatif. Hehehe. Ada yang menyebut mereka wartawan muntaber (muncul tanpa berita), wartawan CNN (cuma nanya-nanya), wartawan amplop (maunya dibayar usai liputan), sampai WTS alias wartawan tanpa surat kabar.
Bloger Bodrex Juga Lakukan Plagiarisme Konten
Meski sudah tak berkutat lagi dengan surat kabar dan portal berita online, saya masih setia dengan dunia kepenulisan dengan menjadi full time bloger. Beberapa waktu lalu alhamdulillah saya ada rezeki diajakin salah satu creative agency menulis konten untuk advertiser mereka.
Betapa terkejutnya saya saat salah seorang bloger yang mengirimkan tulisan ternyata mencomot beberapa paragraf tulisan saya. Saya sudah menyetor tulisan tersebut dua hari lebih dulu darinya. Mungkin dia tidak sadar bahwa kami berada dalam satu grup whatsapp.
Sejak awal saya sudah curiga sebab ternyata dia mendaftarkan tiga blog berbeda untuk perusahaan yang sama. Ini mengharuskannya membuat tiga tulisan berbeda untuk topik serupa, sementara waktu yang disediakan hanya kurang dari lima hari.
Seorang yang mengaku content writer secara sengaja atau tidak bisa melakukan plagiarisme. Salah satu sebabnya karena terdesak, dikejar deadline, sehingga tidak punya waktu cukup mengeksplorasi ide sendiri.
Karena saya kepo, saya bukain dong satu per satu link tulisannya. Apalagi saya belum kenal sebelumnya dengan yang bersangkutan, sebab sepertinya tidak bergabung di grup blogwalking mana pun yang pernah saya ikuti selama ini.
Saya akhirnya japri atau menghubungi yang bersangkutan. Saya minta penjelasan atas banyaknya kesamaan penulisan pada salah satu kontennya yang dicomot dari blog saya. Trus, dianya gimana? Eh ternyata dia tetap bersikukuh tidak mencontoh konten milik saya sama sekali.
Seorang ibu tak mungkin salah mengenali anaknya. Tak ubahnya seperti seorang bloger yang tak mungkin salah mengenali gaya tulisannya, mau tulisan itu sudah di-re-post di blog lain, dipermak judulnya, diubah sedikit susunan paragraf atau susunan kalimatnya, dihilangkan beberapa kata sambungnya, dan yah, banyak lagi taktik bisa dilakukan supaya gak plek ketiplek sama banget sama empunya blog.
Ketimbang saya chat war terus sama yang bersangkutan, akhirnya saya mengalah. Saya maafkan dia, sembari sedikit menegaskan. Apabila saya menemukan lagi kasus serupa di mana di lain hari dia mengulangi hal sama, saya gak akan segan screenshoot dan viralin tulisan-tulisan plagiat dia di seluruh akun media sosial saya dan ke semua grup blogwalking yang saya ikuti. Yah, bisa ditebak sendiri lah gimana reaksinya kan?
Mana tulisannya? Jadi kepo deh.
Mohon maaf teman-teman, karena ini perdana, saya masih rahasiakan nama dan link bloger tersebut. Saya pun gak mau menutup pintu rezeki orang lain, terlebih saat-saat susah seperti sekarang ini kan.
Kalo saya sebarkan ketiga link blognya di sini, bukan tidak mungkin itu akan mencoreng kredibilitasnya. Bisa bisa nanti gak ada lagi yang mau kerja sama sama dia dan saya gak tahu apakah nge-blog adalah satu-satunya sumber penghasilannya atau tidak. Jadi, saya ikhlas, insya Allah, saya maafkan.
Konten Dicuri, Kita Harus Gimana?
Saya kadang iseng ngubek-ngubek Google dengan mencari beberapa kata kunci di blog saya. Beberapa kali saya menemukan tulisan saya dicopy paste ke website lain tanpa meminta izin, tanpa mencantumkan sumber utama.
Ada juga yang sportif mencantumkan alamat blog saya, bahkan memberi backlink. Saya bahkan menemukan lebih dari tiga paragraf tulisan di blog saya untuk topik tertentu ditulis ulang oleh sebuah aplikasi berita online.
Kasus terakhir cukup mengecewakan karena tulisan saya dikomersialkan, tapi aplikasi berita online tersebut tidak memberikan backlink atau link hidup yang mengarah langsung ke blog saya. Padahal mereka menjalankan laman komersial dan menghasilkan uang dari me-re-post tulisan saya.
Apa yang harus dilakukan ketika konten blog kita dicuri pihak ketiga?
1. Hubungi situs terkait
Langkah pertama hubungi webmaster atau si pemilik situs dan jelaskan dengan sopan yang intinya menerangkan mereka telah melanggar hak cipta. Sampaikan permintaan kita agar dia berkenan menghapus konten yang dimaksud.
Biasanya sih kalo maling ketahuan maling, malingnya di awal gak mau mengaku. Namun, ujung-ujungnya kalo sudah tersudut, si bloger bodrex dalam 90 persen kasus bersedia menghapus postingannya kurang dari 24 jam. Syukur syukur disertai permintaan maaf.
2. Hubungi hosting-nya
Apabila si empunya blog masa bodoh dan cuek, kita bisa menghubungi hosting yang menghandle blog tersebut. Beri tahu hosting-nya bahwa laman yang menggunakan jasanya telah melanggar hak cipta.
Minta tolong hostinger menghubungi si pemilik blog atas nama kita dan memintanya menghapus konten yang kita maksud. Jika hasilnya tak sesuai harapan, kita bisa meminta hostinger menghapus hosting blog yang dimaksud. Jika hostinger-nya konsen sama plagiarisme sih biasanya pasti membantu supaya win win solution.
3. Hubungi pihak pengiklan
Saya bisa saja memilih jalan ini untuk kasus yang saya hadapi. Bloger bodrex pastinya punya motivasi dong, kenapa dia mencuri konten kita? Ya jelas dia melakukannya demi cuan. Ada yang demi panen AdSense. Ada yang kontennya untuk sponsored post, dan konten berbayar lainnya.
Kita bisa kirim email memberitahukan aktivitas bloger bodrex yang melanggar ketentuan. Iklan-iklan yang muncul di laman blognya bisa diblokir. Si bloger bodrex juga bisa masuk daftar blacklist creative agency atau advertiser supaya tidak menggunakan jasanya untuk seterusnya.
4. Sanksi sosial, viralkan!
Apabila si bloger plagiat tetap tak menghapus kontennya, kita bisa memberi sanksi sosial. Viralkan tulisan dia yang plagiat di berbagai akun media sosial, grup-grup blogwalking, dan grup-grup job bloger yang kita ketahui. Kalo perlu masuk Lambe Turah. Hehehe.
Cara ini seharusnya cukup menyita perhatian publik. Si bloger bodrex biasanya gak bakal nyaman identitasnya diekspose negatif terus dan akhirnya bersedia menghapus kontennya.
5. Lindungi website dengan DMCA
Kita semua pasti jengkel menemukan ada pihak lain menggunakan konten kita tanpa izin, terlebih untuk kepentingan komersial. Nah, salah satu solusi cepat menyelesaikan permasalahan tersebut adalah mendaftarkan website kita ke DMCA.
DMCA adalah singkatan dari Digital Millennium Copyright Act. Ini adalah aturan yang mengatur hak cipta atas konten digital, mau itu dalam format video, foto, gambar, dan teks atau tulisan. Kalo kita gak mau berlangganan premium, minimal bisa tetap daftar untuk protection basic yang free alias gratis.
Aturan DMCA ini disahkan di Amerika Serikat pada 1998. DMCA bukan hanya melindungi si pembuat konten saja, dalam hal ini saya sebagai bloger, tapi juga pihak ketiga yang terlibat dalam penggunaan konten digital ini, seperti mesin pencari (search engine), penyedia jasa layanan hosting, dan penyedia jasa layanan internet lainnya.
DMCA melindungi kita sebagai pemilik konten dari semua tindakan penyalahgunaan konten. Artinya, jika ada pihak yang menduplikasi sebagian atau keseluruhan konten yang kita miliki, kita bisa melakukan take down melalui DMCA.
Kita bisa mengirimkan takedown notice kepada pihak yang menduplikasi konten kita. Kita juga bisa meminta Google untuk tidak menampilkan hasil pencarian dengan konten yang telah dilanggar hak ciptanya. Praktiknya sama saja seperti layanan takedown yang diberlakukan di Facebook, Instagram, dan YouTube.
DMCA memang aturan yang diterbitkan di Amerika, tapi bukan berarti tidak berlaku di Indonesia. Aturan ini berlaku di mana saja tempat konten tersebut disimpan.
Misalnya nih, konten saya yang menggunakan WordPress disimpan di server Indonesia atau Singapura. Secara hukum WordPress memang tidak wajib menaatinya, tapi sebagian besar orang yang mengetahui pasti menghormati aturan ini.
Apakah kamu sudah mendaftarkan websitemu di DMCA? Kamu bisa mengaksesnya langsung di laman ini.
6. Tempuh jalur hukum
Saya kira ini adalah langkah terakhir, tapi saya belum pernah melakukannya. Namun, siapa tahu kan suatu hari nanti blog kita berkembang pesat dan populer, kita bisa menempuh jalur hukum dengan melaporkan si pelaku kepada yang berwajib.
Saat ini juga banyak situs plagiarisme checker yang bisa kita andalkan untuk mendeteksi konten-konten plagiat. Tulisan ilmiah biasanya pakai Turnitin. Kalo bloger biasanya menggunakan Copyscape.
Kedua tools ini bisa mengecek apakah konten yang kita tulis pernah ditulis sama persis oleh orang lain atau tidak. Biasanya tulisan-tulisan content writer harus lolos Copyscape.
Siapa saja boleh kok menggunakan karya orang lain untuk kepentingan tertentu, asalkan tahu batasannya alias fair use. Jangan asal copy paste doang.
Contohnya nih, kita mau nulis konten di blog kita soal review film Avengers: End Game. Pastinya kita akan menampilkan foto atau suntingan video dari situs YouTube resmi. Kita bisa memostingnya di blog kita tanpa perlu minta izin pembuatnya.
Sebagian orang menganggap plagiarisme itu hal sepele, tapi tidak buat saya. Bikin konten itu bukan model dengkul sama jari doang. Konten itu adalah buah pemikiran orang lain yang harus kita hormati. Karya dan kerja adalah dua hal yang menjadikan manusia itu berharga.
Leave a Comment