Birdwatching adalah kegiatan mengamati burung untuk tujuan rekreasi. Sebagian dari kita masih asing dengan hobi satu ini. Padahal peminatnya di seluruh dunia semakin banyak loh.
Saya pribadi menekuni birdwatching sejak 2006 setelah bergabung dengan komunitas pengamat burung bernama KPB Perenjak alias Kelompok Pemerhati Burung ‘Perenjak’ di Bogor. Anggotanya beberapa teman seangkatan saya di kampus, juga senior dan junior, tak ketinggalan dosen-dosen kesayangan saya, khususnya Ibu Yeni Aryati Mulyani, Ibu Ani Mardiastuti, dan Bapak Jarwadi Budi Hernowo.
Di kelas, beliau-beliau adalah dosen saya. Di lapangan, beliau-beliau merangkap teman-teman saya. Tidak ada gap antara dosen dan mahasiswa. Semua menyatu jadi satu, seperti teman seperjalanan.
Traveling Sambil Birdwatching
Birdwatching adalah hobi yang membuat saya selalu punya alasan untuk traveling. Ini bisa menjadi hobi termurah, tapi sekaligus bisa jadi hobi mahal.
Selain rekreatif, edukatif, dan meditatif, birdwatching bisa dilakukan di mana aja, kemana pun kita pergi. Kita tak harus ke luar kota, ke luar pulau, atau ke luar negeri untuk mendapatkan lokasi bagus mengamati burung.
Cukup duduk di teras rumah atau halaman belakang kita bisa mengamati burung-burung lokal di sekitar kita. Emak-emak sambil memasak di dapur coba deh ngintip ke luar jendela, maka kita bisa menemukan aneka burung, mulai dari yang ukurannya kecil, sedang, hingga besar yang kebetulan hinggap di pepohonan.
Pada wilayah perkotaan padat penduduk sekali pun, kita bisa menemukan burung. Burung gereja dan burung walet misalnya.
Memang benar, birdwatching kadang dianggap hobi mahal karena membuat kita kepengen punya fasilitas pendukung, seperti binokuler, monokuler, kamera bagus, dan buku panduan lapang untuk identifikasi jenis burung. Sebagian birdwatcher jadi kecanduan traveling ke tempat-tempat baru.
But, wait. Menurut saya itu relatif kok. Orang sesekali tentunya loyal untuk diri sendiri, apalagi buat hobi. Namun, beli alat-alat tersebut opsi kesekian lah, bisa diabaikan sementara waktu. Kita belajar menyukai kegiatannya dulu, baru deh fasilitas pendukung menyusul.
Selama ini kita ngapain aja kalo traveling?
Oke, kita menikmati suasana, merasa rileks, mengunjungi tepat-tempat baru, dan ujung-ujungnya selfie.
Adakah cara lain menikmati traveling? Birdwatching adalah jawabannya.
Birdwatching bukan hobi kaleng-kaleng. Amerika Serikat mencatat lebih dari 45,1 juta birdwatcher atau pengamat burung pada 2016. Jumlah ini setara 20 persen populasi masyarakat di Negeri Paman Sam.
Di Inggris, peminat birdwatching melebihi jumlah mereka yang hobi memancing. Birdwatcher Inggris bahkan menjadi pasar wisata terbesar kedua di dunia, setelah Amerika.
Saya gak heran, soalnya Inggris merupakan markas organisasi burung terbesar di Eropa, yaitu the Royal Society for the Protection of Birds (RSPB). Organisasi ini mencatat lebih dari enam juta penduduk Inggris merupakan birdwatcher aktif.
Birdwatching dulu dipandang hobi orang-orang tua yang sudah lanjut usia. Pernah nonton film The Big Year (2011) gak? Ini film komedi Hollywood yang pemeran utamanya Jack Black.
Cerita film ini intinya adalah persaingan antara birdwatcher untuk memecahkan rekor dunia mengamati burung paling banyak. Pesan yang disampaikan film ini juga dalam banget loh, khususnya buat kita yang tengah menghadapi mid-life crisis atau work-life crisis.
https://m.youtube.com/watch?v=GrSMyIHbH-4
Kalo masih ada yang bingung atau justru makin penasaran dengan hobi birdwatching, mending nonton filmnya dulu deh. Kocak abis karena ada adu akting Trio Kwek Kwek Hollywood, yaitu Jack Black, Steve Martin, dan Owen Wilson. Sutradaranya juga yang bikin film The Devil Wears Prada.
Eh, kok keasikan bahas film sih? Hehehe.
Banyak orang punya cita-cita bisa traveling berkeliling dunia, tapi hanya sebatas keinginan. Begitu ditanya alasannya apa, bingung menjawabnya.
Nah, dulu kalo saya ditanya ingin keliling Indonesia, salah satu alasan saya ya mau birdwatching. Hehehe. Beda pulau, beda jenis burung. Makin ke timur, burung yang kita jumpai semakin warna-warni, semakin cantik, semakin eksotis.
Birdwatching dan Segudang Manfaatnya
Sepintas orang ya biasa saja melihat burung, bahkan cuek sama kehadirannya. Begitu ditanya, “Itu hewan apa?” Pasti jawabannya sama, “Oh, itu burung.”
Padahal, burung itu banyak jenisnya, banyak namanya. Jika kita mau sedikit perhatian dan meluangkan waktu untuk belajar, banyak hal bisa kita eksplorasi dari hewan bersayap ini. Spesiesnya, famili-nya, bentuk sayapnya, paruhnya, kakinya, suara kicauannya, habitatnya, perilakunya, pakannya, hingga cara hidupnya.
Dulu waktu berkuliah di Fakultas Kehutanan, banyak yang nanya kenapa saya suka birdwatching? Waktu itu saya jawabnya simpel, sebab saya takut ular, saya takut mamalia buas, juga geli sama amfibi. Sungguh alasan yang gak banget pada waktu itu.
Burung di mata saya satwa liar paling bersahabat, menghibur karena umumnya jenis burung pengicau, plus perawakannya cantik-cantik. Lihat saja cendrawasih, raja udang, jalak bali, kasuari, kakatua, nuri, merak, dan sebagainya. Cantik banget.
Semua makhluk ciptaan Tuhan yang hadir di muka Bumi ini bisa dipetik pelajaran. Burung mengajarkan saya satu makna kehidupan, bahwa sesulit apapun hari yang dijalaninya kemarin, burung tetap mengawali hari ini dengan bernyanyi (berkicau).
Nah, berikut kita akan membahas beberapa manfaat birdwatching, khususnya yang saya rasakan selama ini.
1. Birdwatching membangun kebersamaan
Memang gak ada salahnya pergi birdwatching sendirian alias bersolo ria. Namun, ada rasa berbeda ketika kita mengamati burung bersama teman-teman sehobi.
Birdwatcher itu memiliki rasa kebersamaan yang kuat, selayaknya keluarga. Itu yang saya rasakan selama bergabung dengan KPB Perenjak Himakova.
Kita bisa treking atau hiking bareng, saling bertukar informasi, sharing kendaraan, sharing perlengkapan untuk birdwatching, dan tentunya meningkatkan peluang perjumpaan berbagai jenis burung lebih besar. Apalagi jika kita berburu burung eksotis, seperti julang, rangkong, kuau, jalak bali, nuri, cendrawasih, dan sebagainya. Soalnya ada banyak mata ikut mengamati kan?
Selain kebersamaan bersama teman dan sahabat, birdwatching juga bisa membangun kebersamaan bersama pasangan. Ini yang saya rasakan sendiri waktu pertama kali ngajakin suami birdwatching ke Baluran.
2. Birdwatching meningkatkan konsentrasi dan refleks
Birdwatcher harus memiliki mata yang jeli, gak peduli matanya normal atau pakai kacamata. Sebagai pengamat burung, kita terbiasa selalu siaga dan refleks begitu menyadari kehadiran jenis burung tertentu.
Tak jarang saya harus mengambil berbagai posisi untuk bisa melihat burung di hutan. Kadang saya tengkurap, menengadah dalam waktu lama sampai leher pegal, baringan telentang, sampai nungging sambil mengendap-endap. Ya, birdwatching mengajarkan kita waspada di setiap waktu.
3. Birdwatching melatih kesabaran
Rata-rata saya satu kali pengamatan menghabiskan waktu 4-5 jam. Namun, tidak selama itu pula saya bisa berjumpa dengan burung-burung menarik.
Seringnya saya hanya bisa menikmati keindahan burung hitungan detik saja. Burung yang tinggal di hutan primer misalnya, begitu menyadari kehadiran manusia biasanya langsung kabur. Kadang saya ketemunya jenis burung itu itu saja. Eh, lu lagi, lu lagi.
Birdwatching bukan hobi yang disukai mereka yang tak terbiasa menunggu, apalagi menunggu jodoh yang tak kunjung tiba. Nah, biar sabar menunggu jodohnya, mendingan latihan sabar menunggu burung aja dulu. Gimana?
Orang yang pertama kali mengamati burung misalnya, suka terlalu excited, malah saking kagumnya sampai berteriak kecil begitu jumpa dengan burung cantik. Yaaa, ambyar dong, burungnya ngibrit ketakutan.
Nah, jangan sampai 4-5 jam kita sia-sia hanya karena kita grasah-grusuh dalam hitungan detik begitu berjumpa dengan burung yang kita target. Makanya saya bilang birdwatching itu melatih kesabaran.
4. Birdwatching menyehatkan jantung
Apa hubungannya? Pasti pada heran kan? Birdwatcher atau pengamat burung terbiasa berjalan kaki saat menjalankan hobinya. Saya bersama teman-teman saya pernah mengelilingi satu pulau dalam satu hari untuk mengamati burung air dan habitatnya.
Lokasinya adalah Pulau Rambut, surganya burung air di Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Jika ada kesempatan, saya akan buat tulisan khusus soal ini.
Pulau Rambut luasnya hampir 45 hektare (ha) loh. Nah, kami mengelilingi seluruh garis pantainya. Berangkat pagi setelah subuh dan sarapan, dan sampai lagi di titik semula menjelang sore, saat pasang naik.
Gak capek tuh?
Percayalah, kalo sudah hobi, capek nomor sekian. Saya sudah lebih dari tiga kali berkeliling Pulau Rambut sepanjang 2006-2010 loh. Sampai-sampai saya bergelar Haji Pulau Rambut. Hehehe.
Kegiatan birdwatching biasanya dilaksanakan pagi hari. Makin pagi makin bagus. Ini karena sebagian besar burung adalah diurnal, artinya mencari makan pada siang hari.
Burung itu sama kayak ayam (ya iyalah, sebangsa dan se-Tanah Air) yang bangunnya subuh untuk mencari makan dan pulang ke sarang menjelang malam untuk beristirahat. Nanti kita akan membahas terpisah tentang burung-burung nokturnal yang mencari makan malam hari, seperti burung hantu.
Banyak jenis burung bersarang di tempat-tempat yang tidak mungkin dijangkau kendaraan bermotor. Makanya birdwatcher kerap berjalan kaki untuk meningkatkan kemungkinan perjumpaan dengan burung-burung tertentu.
Benar kata orang, cantik itu gak murahan. Burung dengan warna menarik dan kicauan merdu gak mungkin bisa kita temui di pinggir jalan, kecuali burung dalam sangkar. Mereka tinggal di hutan-hutan bagian dalam. Makin ke dalam, makin besar peluang kita menyaksikan keindahan mereka.
Udara pagi yang segar juga sempurna untuk kesehatan jantung. Apalagi kita menikmatinya dengan berjalan kaki.
Burung hewan sensitif. Nah, dengan berjalan kaki, kita bisa lebih beradaptasi dengan habitat mereka. Ada burung yang tinggal di habitat pantai, persawahan, hutan dataran rendah, hutan dataran tinggi, hingga pegunungan. Jalannya pelan-pelan. Jangan sampai burungnya kabur duluan.
5. Birdwatching menjernihkan pikiran
Birdwatching bisa menjernihkan pikiran. Biasanya birdwatcher berdiam diri di satu lokasi, di tempat agak tersembunyi, dan dengan sabar menunggu kehadiran burung tertentu. Ini mengajarkan kita untuk lebih menghargai waktu yang singkat dalam hidup, hingga kita akhirnya bisa melihat dengan jelas meski sekilas burung yang ditunggu dengan sabar.
Saya sering melamun saat birdwatching, tapi bukan melamun kosong ya. Melamun memikirkan banyak hal dalam hidup saya, sembari menggunakan binokuler alias teropong mengecek kondisi lingkungan sekitar di hutan. Meditatif sekali pokoknya, bisa sambil introspeksi diri dan kontemplasi.
6. Birdwatching kegiatan wisata alam
Birdwatching paling asik dilakukan di alam lepas karena itu merupakan bagian dari wisata alam. Sembari mengamati burung, kita bisa menikmati pemandangan sekitar, mengagumi keindahan alam ciptaan Allah SWT, menghirup udara segar, bahkan tak jarang kita bisa berjumpa dengan hewan lain.
Saya beberapa kali berjumpa dengan mamalia saat mengamati burung di hutan. Seringnya sih tupai ya, tapi pernah juga bertemu mamalia buas.
Waktu ekspedisi ke Kalimantan Barat, tepatnya di hutan Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya, saya dan kawan-kawan berjumpa dengan sarang beruang madu, bentuknya lubang raksasa di dalam pohon berusia ratusan tahun. Untung aja pak beruangnya sedang keluar mencari makan. Akhirnya kami ngibrit menghindari sarangnya sebelum kepergok.
Pernah juga waktu ingin melakukan pemetaan wisata di Kubu Perahu, masuk area Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Lampung, saya dan teman-teman berjumpa dengan gajah liar, lalu kami kabur karena gajahnya mau mengejar. Kebayang gak horornya gimana?
Saya paling suka waktu birdwatching di Gede Pangrango, atau di Halimun Salak. Di kedua tempat itu saya beberapa kali bertemu dengan owa, surili, dan primata lainnya. Bahagianya tak terlukiskan deh.
7. Birdwatching hobi yang menghasilkan uang
Siapa yang suka fotografi? Gak semua orang bisa mendokumentasikan burung loh. Burung selain sensitif, juga lincah. Mengabadikan gambarnya butuh momen yang pas. National Geographic banget ya.
Kita bisa menjual foto-foto kita ke berbagai situs, seperti Shutterstock. Bayarannya gak main-main loh. Apalagi kalo kita bisa mendapatkan gambar burung endemik, eksotis, dan langka.
Tahu gak? Indonesia itu salah satu pusat keanekaragaman burung tertinggi di dunia, setelah Kolombia, Peru, dan Brasil. Jadi, semua birdwatcher dunia itu justru balapan pengen ke Indonesia. Kok kita yang jelas-jelas tinggal di sini malah cuek aja?
Terima kasih sudah membaca tulisan saya sampai akhir ya teman-teman. Semoga kamu yang membaca jadi tertarik dan coba menjajal hobi satu ini di saat kamu traveling. Selamat birdwatching!
Leave a Comment