Orang bilang cinta tak bisa dipaksakan. Memang benar sih. Namun, cinta ada karena terbiasa, bukan? Nah, kali ini saya gak bakal bahas cinta-cintaan antara dua manusia. Saya mau mengajak siapa pun yang membaca tulisan ini bisa jatuh cinta pada makhluk ciptaan Tuhan yang punya sayap, mampu terbang, merdu suaranya, dan cantik rupanya melalui kegiatan birdwatching.
Birdwatching atau birding adalah kegiatan mengamati burung untuk tujuan rekreasi dan edukasi. Zaman dulu seseorang dianggap memiliki status sosial tinggi apabila bisa mengoleksi banyak jenis burung, dalam bentuk awetan atau burung dalam sangkar. Burung menjadi satwa paling rentan diburu kala itu.
Menjelang abad ke-19 barulah dua organisasi besar di Amerika dan Inggris, yaitu Audubon Society dan Royal Society for Protection of Birds (RSPB) menginisiasi kegiatan birdwatching. Perburuan burung semakin berkurang. Komunitas-komunitas pengamat burung bermunculan di seluruh dunia, khususnya Inggris dan pesisir timur Amerika Serikat.
Wisata birdwatching semakin populer setelah sebuah perusahaan tur wisata burung pertama di dunia membuka layanan di Inggris. Namanya Ornitholidays. Sejak itu mulai deh birdwatcher-birdwatcher di berbagai belahan dunia traveling ke tempat-tempat berbeda untuk menjajal hobi baru ini.
Birdwatching untuk Pemula
Birdwatching sebelumnya dianggap hobi orang-orang berduit saja atau hobi yang ditekuni orang-orang lanjut usia. Paradigma ini bergeser dari waktu ke waktu, sebagaimana halnya batik yang dulu kita kenal pakaian kakek nenek, tapi sekarang menjadi tren pakaian anak muda.
Birdwatching kini semakin mendunia. Ada anggapan aktivitas ini hanya banyak digemari laki-laki. Siapa bilang? Saya buktinya. Hehehe.
Sebanyak 56 persen birdwatcher di Amerika Serikat adalah perempuan. Klub dan komunitas pengamat burung dari kalangan perempuan berkembang setidaknya di enam negara bagian.
Bingung harus memulai dari mana agar kita bisa jatuh cinta dengan birdwatching? Tenang, kamu yang masih pemula bisa mengikuti sederet tips berikut ini.
1. Mulai perhatikan dan gabung komunitas
Sebelum kita mulai birdwatching di alam lepas yang lebih luas, luangkan sedikit waktu untuk mengenal burung-burung di sekitar kita. Berangkat kerja pagi hari atau dalam perjalanan pulang dari kantor misalnya, perhatikan burung-burung yang mungkin kita jumpai di jalan.
Dengan membiasakan diri mengamati burung-burung sekitar, baru lah pelan-pelan kita memperluas jangkauan wilayah pengamatan. Awalnya burung-burung di kompleks perumahan, berlanjut ke burung-burung di taman kota, hingga burung-burung di hutan.
Lebih asik lagi jika kita bergabung dengan komunitas pengamat burung yang bertebaran di berbagai kota. Saya yakin ada satu di daerahmu.
Cari saja di Facebook dengan kata kunci Klub Pemerhati Burung, Kelompok Pengamat Burung, Komunitas Pecinta Burung, Birdwatcher, dan sebagainya. Saya sendiri sejak 2006 bergabung bersama Kelompok Pemerhati Burung ‘Perenjak’ Himakova di Bogor.
Kita bisa belajar lebih cepat saat bergabung dengan komunitas. Kita bisa bertukar pikiran dengan sesama anggota dan bisa mengidentifikasi burung dengan baik dan benar.
2. Belajar identifikasi jenis
Kita bisa mengidentifikasi burung menggunakan buku panduan lapang regional. Sejauh ini saya familiar dengan tiga jenis buku yang cukup tebal.
Pertama, Burung-Burung di Sumatera, Jawa, Bali, dan Kalimantan karya John MacKinnon, Karen Phillipps, dan Bas van Balen. Kedua, Burung-Burung di Kawasan Wallacea (Sulawesi, Maluku, dan Nusa Tenggara) karya Brian J Coates dan K David Bishop.
Ketiga, Burung-Burung di Kawasan Papua (Papua, Papua Niugini, dan Pulau-Pulau Satelitnya) karya Bruce M Beehler, Thane K Pratt, dan Dale A Zimmerman. Buku-buku ini sebagian langka, tapi jika beruntung masih bisa dibeli online. Kita bisa juga meminjamnya di perpustakaan.
Saat ini berkembang aplikasi Merlin Bird ID dari Cornell Lab of Ornithology. Aplikasi ini memungkinkan kita mengidentifikasi jenis burung di seluruh belahan dunia. Meski burung-burung Indonesia belum bisa diidentifikasi lengkap di aplikasi ini, kita bisa menjadi kontributor untuk menambah informasi di dalamnya.
Keterangan identitas di dalamnya kurang lebih sama dengan yang ada di buku, mulai dari deskripsi, suara, dan sebagainya. Ya, belajar menjadi ornitologis amatir lah.
3. Miliki binokuler atau teropong
Birdwatching memang hobi sederhana, karena kita bisa mengamati burung dengan mata telanjang. Namun, untuk meningkatkan pengalaman pribadi, tak ada salahnya kita berinvestasi membeli sebuah binokuler atau teropong.
Harga binokuler sekarang udah murah meriah loh. Dulu binokuler Nikon, Kenko, atau Bushnel minimal Rp 1,5 juta. Sekarang jenis yang sama gak sampai Rp 500 ribu udah dapat yang bagus dan baru.
Ada yang harganya Rp 150-250 ribu juga loh. Rentang harga ini saya dapatkan di situs jual beli online, seperti Tokopedia. Carilah binokuler berkualitas dengan harga yang pantas.
4. Percaya pada penglihatan sendiri
Dosen-dosen dan senior di kampus dulu selalu meyakinkan saya untuk percaya pada penglihatan sendiri. Jika kita yakin berjumpa dengan jenis burung tertentu, melihat dengan mata telanjang atau menggunakan teropong, bisa juga mengidentifikasi melalui suara, menemukan jenisnya di buku panduan lapang, maka kita harus memasukkannya ke dalam list perjumpaan tanpa keraguan sedikit pun.
Birdwatching meningkatkan konsentrasi dan refleks kita saat mengamati burung. Tidak ada istilah amatir atau profesional. Birdwatching adalah meyakini kemampuan diri sendiri. Ini lah untungnya birdwatching bersama komunitas. Kita bisa saling mendiskusikan hasil pengamatan di lapangan.
5. Rileks dan nikmati momen
Birdwatching mengajarkan kita untuk rileks dan menikmati momen berharga saat mengamati burung meski hanya beberapa detik saja. Burung adalah satwa sensitif yang peka pada kehadiran manusia. Oleh sebabnya birdwatcher harus bisa beradaptasi dengan habitat burung.
Jangan memakai pakaian mencolok saat birdwatching, misalnya merah, kuning, oranye. Pakai lah pakaian netral, seperti hitam, cokelat, atau hijau daun. Hindari juga memakai wewangian atau parfum dengan aroma menyengat. Ini justru membuat burung menghindari kita karena hewan ini sangat sensitif pada warna, suara, dan aroma.
6. Rencanakan traveling
Pada tahap lebih lanjut kita bisa merencanakan traveling ke tempat-tempat baru dengan keanekaragaman burung tinggi. Bersyukurlah kita tinggal di Indonesia, salah satu pusat keanekaragaman burung tertinggi di dunia, setelah Kolombia, Peru, dan Brasil.
Untuk birdwatcher pemula, saya merekomendasikan traveling ke lokasi dengan populasi burung air. Mengapa burung air? Sebab rata-rata burung air tubuhnya berukuran besar dan mudah dijumpai. Sederhananya, ya biar gak bosan atau hopeless duluan lantaran gak nemu-nemu jenis burung yang dicari. Hehehe.
Kalo ujug-ujug birdwatcher pemula langsung pengamatan burung ke hutan primer, mungkin dapat capeknya doang, dan sedikit saja bertemu burung-burung yang menarik. Belum lagi rata-rata waktu birdwatching itu berlangsung 3-5 jam.
Namanya juga masih pemula kan? Nah, biar birdwatcher pemula semakin termotivasi, saya sarankan mulai berburu pengamatan burung-burung air atau burung-burung pantai.
Saya pertama kali traveling untuk birdwatching ke Suaka Alam Pulau Rambut di Kepulauan Seribu, sekitar 2006. Jenis-jenis burung air yang ada di sana beragam, mulai dari kuntul, cangak, kowak, tikusan, bangau, pecuk, mandar, dan sebagainya.
Sensasi pertama kali menyaksikan ribuan burung air berkoloni, beterbangan ke sana kemari, keluar mencari makan di pagi hari, dan pulang ke pulau menjelang sore hari, masya Allah, luar biasa. Saya langsung bersemangat menunggu petualangan birdwatching berikutnya. Benar-benar termotivasi sepulangnya dari Pulau Rambut.
7. Main ke kebun binatang atau taman burung
Kita bisa juga termotivasi menyukai birdwatching ketika mengunjungi kebun binatang atau taman burung di perkotaan. Main ke sana bukan sekadar jalan, lihat burung, trus pulang loh. Bawa buku identifikasi, pelajari detail setiap jenis burung yang ada di kandang, bahkan kalau bisa buat sketsanya.
Sketsa ini penting loh. Mana kala kita lagi birdwatching di hutan, dan kita tak kunjung bisa mengidentifikasi burung yang baru saja kita lihat, maka kita bisa membuat sketsanya. Tunjukkan ciri-ciri spesifik berdasarkan hasil pengamatan burung tertentu.
Apa warna ekornya, kepalanya berjambul atau tidak, paruhnya runcing atau pipih, warna tunggir, tungging, lingkar mata, garis sayap, bulu primer dan sekunder, pokoknya apa saja yang bisa kita deskripsikan. Nah, begitu sudah selesai pengamatan, kita bisa mengidentifikasi lebih detail dengan cara mencocokkannya melalui buku panduan lapang.
8. Ikutan bird race
Siapa yang pernah menonton film Hollywood berjudul The Big Year (2011)? Ini adalah perlombaan antara pengamat burung atau birders yang paling banyak menemukan jenis burung selama setahun penuh di Amerika Utara.
Film ini mengangkat kisah tiga orang birders yang menjadi pesaing kuat. Mereka adalah Harris yang diperankan Jack Black, Stu (Steve Martin), dan Bostick (Owen Wilson). Harris adalah birder pendatang baru, Stu adalah birder senior, sedangkan Bostick adalah birder yang selalu menjadi juara bertahan.
Nah, di Indonesia ternyata ada kegiatan serupa yang kita kenal dengan istilah Bird Race. Lomba pengamatan burung ini biasanya diinisiasi berbagai kampus di Indonesia, khususnya yang ada jurusan kehutanan dan biologi-nya.
Peserta Bird Race bukan cuma mahasiswa yang tergabung dalam komunitas pengamat burung saja. Ada yang mengikutsertakan masyarakat umum loh. Nah, kalo kita merasa tertantang dengan hobi ini, yuk ikutan. Minimal sekali seumur hidup pernah menjajal Bird Race. Pasti pengalamannya tak terlupakan.
Saat melakukan pengamatan, kita perlu mencatat data penting terkait aktivitas yang kita lakukan. Pertama, catat tanggal, waktu, dan lokasi pengamatan.
Kedua, catat kondisi cuaca saat pengamatan, plus deskripsi habitat tempat kita melakukan birdwatching.
Ketiga, ketika menemukan jenis burung, catat jumlah individu burung yang dijumpai. Catat juga aktivitas burung tersebut, apakah dia sedang makan, sekadar hinggap, membersihkan atau menisik bulu, atau berkicau.
Jangan lupa, lengkapi data dengan lokasi penemuan burung. Burung tersebut misalnya hinggap di pohon karet, pohon sengon, atau semak. Jika tak tahu jenis tumbuhannya, cukup gambarkan di bagian dahan, ranting, kayu mana burung tersebut beraktivitas.
Keempat, identifikasi jenis burung yang dijumpai. Jika belum yakin dengan jenis tersebut, catat ciri khas burung yang dimaksud, seperti yang saya terangkan di poin tujuh.
Belajar dari Burung
Burung mengajarkan kita banyak arti kehidupan. Meskipun manusia adalah makhluk tanpa sayap, tidak serupa burung, tapi kita bisa terinspirasi dari hewan satu ini.
1.Burung mengajarkan sikap optimis
Tak peduli seberapa sulit hari kemarin, burung selalu mengawali hari dengan kicauan merdu. Yups, burung setia bernyanyi setiap hari di awal pagi. Kesannya hidup burung itu bahagia terus ya.
2. Burung menunjukkan pentingnya kerja sama
Burung umumnya terbang berkelompok. Jika ada burung soliter, biasanya dia adalah puncak teratas rantai ekosistem dengan kekuatan luar biasa, seperti elang.
Sekelompok burung kuat karena bersama. Pernah tidak kita memerhatikan pola burung yang sedang terbang? Mereka terbang berkelompok membentuk ujung panah untuk membelah arah angin supaya melesat di angkasa. Mirip dengan sila ketiga Pancasila ya, Persatuan Indonesia.
Burung yang terbang paling depan biasanya yang paling kuat di kelompoknya. Begitu yang terdepan lelah, burung paling belakang akan maju menggantikan. Begitu terus siklusnya hingga kelompok burung tersebut sampai di tempat tujuan.
3. Burung hidup penuh percaya diri
Burung mengajarkan kita agar selalu percaya diri. Begitu menetas, dalam hitungan singkat induk burung membiarkan anak-anaknya yang masih kecil belajar terbang. Secara alami burung belajar menemukan arah angin dan memanfaatkannya untuk melayang.
4. Burung adalah pekerja keras
Bangun pagi membuka pintu rezeki. Yups, burung adalah hewan paling rajin bangun pagi. Lihat saja ayam, pasti subuh dia berkokok. Biasanya burung keluar dari sarangnya pagi-pagi sekali untuk mencari makan, dan kembali lagi petang hari.
Ini juga alasan waktu terbaik birdwatching adalah pagi hari. Kalo pengamatannya kesiangan, ya penemuan burungnya juga sedikit.
5. Burung itu mandiri
Burung makhluk paling mandiri. Induk burung tidak pernah memanjakan keturunannya. Begitu anak-anak burung bisa terbang sendiri, secara otomatis anak akan memisahkan diri dari induknya. Jangan takut jatuh, jangan takut gagal, mulai dengan keberanian mengepakkan sayap dan memulai hidup baru yang lebih baik.
Banyak lagi pelajaran bisa kita petik dari burung. Mungkin kamu yang membaca bisa menambahkannya di kolom komentar. Gimana? Apakah kamu sudah jatuh cinta dan ingin mencoba birdwatching?
Leave a Comment