Ibu Gubernur Jawa Timur beberapa hari lalu mengirimkan memo ditujukan kepada seluruh orang tua dan wali murid bahwa sekolah anak-anak diliburkan selama dua pekan. Suami saya tiba-tiba pulang ke rumah mengabarkan kantornya pun diliburkan dan seluruh karyawan working from home hingga 31 Maret 2020.
Pada hari yang sama salah seorang admin kantor suami ternyata positif corona setelah tertular dari sang ayah. Duh, langsung deh pak suami sampai rumah mandi, cuci semua baju yang melekat di badannya, dan jemur semua perlengkapan yang dia pakai ke kantor, mulai dari jam tangan, tas, dompet, sampai sepatu.
Saat saya menulis blog ini, sehari kemudian, suami sedang sibuk di depan laptop di kamar, sementara puteri saya yang seharusnya mulai masuk lagi kelas mengaji asik menonton televisi.
Jujur, saya tak terbiasa dengan pemandangan seperti ini, suami di rumah 24 jam di hari kerja, demikian juga anak. Situasi seperti ini biasanya hanya saya dapati saat weekend. Mulai sekarang saya harus menghadapinya setiap hari.
Kenapa mak? Gak suka?
Bukan, bukan saya gak suka loh. Saya sangat bersyukur dan berterima kasih karena kebijakan pimpinan kantor suami di pusat sangat bagus untuk mencegah potensi penyebaran Covid-19 lebih luas.
Suami saya mungkin sedikit lebih beruntung dibanding suami-suami lain di luar sana yang tetap harus masuk kerja karena kantornya tidak memberikan toleransi libur di tengah situasi mencekam hari ini hanya karena alasan cuan, gak mau rugi. Padahal, pemerintah sendiri telah menganjurkan rakyatnya sementara melakukan social distancing.
Saya hanya butuh waktu untuk terbiasa dengan kondisi ini. Demikian juga saya rasa jutaan ibu lainnya di Surabaya, Jakarta, Bali, dan kota-kota yang sudah mencatat korban dari pandemi ini, baik itu korban meninggal dunia, suspek, atau orang dalam pantauan (ODP).
Corona oh corona, kehadirannya bikin emak pening kepala. Biasanya emak cuma masak untuk sarapan dan makan malam, sekarang emak harus masak untuk tiga kali makan setiap hari, plus nyiapin camilan siang hari. Biasanya emak bisa leyeh-leyeh di rumah, sekarang aktivitasnya makin heboh.
Baca Juga: Lindungi Keluarga dari Virus Corona
Hari pertama suami kerja di rumah, abis shalat dzuhur doi udah protes istrinya katanya di depan laptop terus. Yah, mau bagaimana? Memang sehari-hari saya begini. Pagi setelah menyiapkan sarapan, mengantar suami pergi ke depan pagar rumah, saya langsung mengurus tiga krucil, bermain dengan mereka. Begitu ada waktu luang saat anak-anak asik bermain, saya buka laptop, ngerjain job klien, atau update tulisan organik di blog.
Sebagaimana saya tak biasa dengan kehadiran suami di rumah pada hari kerja, demikian juga mungkin suami merasa aneh melihat istrinya sibuk di depan laptop saat suami di rumah. Beginilah emak blogger duhai para suami. Semoga pak suami mengerti sebagaimana istri selalu mengerti betapa sibuk suaminya di kantor.
Saya yakin emak-emak di luar sana selama dua pekan ini mengatur ulang jadwalnya mengurus suami dan anak. Belum lagi emak harus nyiapin masker cukup, hand sanitizer, tisu basah atau sabun pencuci tangan, hingga stok makanan di kulkas untuk dua pekan.
Syukur alhamdulillah jika semua bisa disiapkan. Jika situasi gak memungkinkan? Emak harus pergi keluar dulu membeli semua, menambah risiko tertular virus di lingkungan luar semakin besar. Semoga keluarga kita semuanya senantiasa dalam lindungan Allah SWT ya mak. Amin.
Saya kini tak pernah absen membaca semua artikel terkait virus corona, lengkap dengan update kebijakan pemerintah pusat dan daerah. Kadang saya merasa dari tadinya waspada menjadi gugup sendiri, bahkan panik tingkat tinggi.
Corona menguras emosi emak di rumah. Kita menjadi terlalu waswas akan kesehatan anggota keluarga. Anak panas sedikit langsung panik. Suami batuk dan sakit kepala sedikit langsung mikir aneh-aneh.
Corona Bikin Ibu Kerja Ekstra di Rumah
Novel corona virus yang pertama kali ditemukan di Wuhan, Cina dinamakan COVID-19. CO singkatan dari corona, VI singkatan dari virus, D singkatan dari disease yang berarti penyakit, sedangkan 19 mewakili 2019, tahun virus ini mulai merebak.
Corona sudah ditetapkan sebagai pandemi di dunia. Namun, bukan berarti COVID-19 lebih mematikan dari virus saudaranya, seperti SARS dan MERS. COVID-19 ditetapkan sebagai pandemi mengingat geografis penyebaran virus ini sangat masif di seluruh dunia.
Biar ibu gak bingung, berikut saya sampaikan informasi COVID-19 berdasarkan pemaparan UNICEF.
- Corona adalah virus berukuran besar dengan diameter berkisar 400-500 mikro. Ini berarti masker jenis apapun dapat mencegah masuknya virus ini ke tubuh kita. Artinya, ibu gak harus beli masker mahal dan spesifik, seperti N95. Beda cerita jika kita tengah berhadapan dengan ancaman abu vulkanis dari gunung berapi.
- Virus corona tidak melayang di udara, melainkan menempel pada benda. Jadi, penularannya tidak melalui udara ya.
- Saat COVID-19 menempel di permukaan logam, virus ini dapat hidup selama 12 jam. Solusinya disiplin mencuci tangan dengan air dan sabun.
- Saat COVID-19 menempel di kain, virus ini dapat hidup selama 9 jam. Solusinya cuci pakaian atau jemur di bawah sinar matahari minimal dua jam. Ini bisa membunuh virus tersebut.
- Saat COVID-19 menempel di tangan, virus ini dapat hidup 10 menit. Solusinya gunakan hand sanitizer atau tisu basah yang berbahan dasar alkohol. Ini cukup aman untuk berjaga-jaga.
- Saat COVID-19 berada di tempat bersuhu 26-27 derajat celsius, virus ini otomatis akan mati. Jadi, fix ya, corona susah berkembang di tempat bersuhu panas. Rajin minum air hangat, hindari minum air dingin atau air es sudah cukup mencegah virus ini berkembang biak.
- Rajin juga berkumur dengan larutan air hangat dan garam untuk membunuh virus corona yang sudah mencapai anak tekak. Ini bisa mencegah virus masuk menuju paru-paru.
Kasih ibu tak terhingga sepanjang masa, tak mengenal musim mangga, musim semangka, atau musim corona. Ibu akan selalu siap sedia memastikan suami dan anak-anaknya nyaman dan sehat. Berikut beberapa tugas ekstra ibu selama masa karantina keluarga di rumah.
1. Mengingatkan anak dan suami rajin cuci tangan
Ikuti lima langkah terbaik mencuci tangan dengan benar. Pertama, basuh tangan dengan air mengalir. Kedua, oleskan sabun ke seluruh permukaan tangan.
Ketiga, gosok semua bagian tangan, mulai dari telapak tangan, punggung tangan, sela-sela jari, dan bagian bawah kuku setidaknya 20 detik. Keempat, bilas bersih tangan dengan air mengalir. Kelima, keringkan tangan dengan tisu bersih atau handuk sekali pakai.
Biasakan mencuci tangan, terutama sebelum makan, setelah membersihkan hidung, setelah batuk, bersin, atau setelah pergi ke kamar mandi. Jika sabun dan air tidak tersedia, gunakan pembersih tangan berbasis alkohol 60 persen.
2. Menyiapkan stok makanan cukup di rumah
Ibu tidak sedang menimbun sembako loh. Beda kasus dengan oknum nakal yang menimbun masker dan menjualnya kembali dengan harga mahal.
Namanya juga ingin mengurangi aktivitas di luar rumah. Mau tak mau ibu harus menyiapkan seluruh keperluan di rumah, khususnya stok makanan selama anak dan suami libur kerja. Jika ibu setiap hari ke pasar, risiko ibu tertular virus justru lebih besar karena ibu berinteraksi dengan orang-orang di luar rumah.
Saya misalnya menyiapkan beras minimal 5 kg, minyak goreng, gula, sayur mayur, buah-buahan, ikan, tahu, tempe, bumbu dapur, dan jajan anak untuk dua pekan. Obat-obatan dasar juga perlu diadakan untuk berjaga-jaga, misalnya anak demam mendadak, atau batuk flu mendadak.
Ibu juga menyiapkan makanan bergizi untuk keluarga. Virus corona dapat ditangkal dengan mengonsumsi sayur hijau dan buah, seperti jambu biji, jeruk, dan daun kelor. Ini berdasarkan penelitian dua kampus besar, Universitas Indonesia dan Institut Pertanian Bogor.
Baca Juga: Jambu Biji Tangkal Corona
3. Memperbaharui informasi perkembangan COVID-19 di Indonesia
Sampai saya menulis ini, 18 Maret 2020 sudah 19 orang meninggal dunia akibat corona di Indonesia. Wabahnya sudah mencapai 227 kasus dari hasil pemeriksaan terhadap 1.200 orang.
Bagaimana jika jumlah yang diperiksa ditingkatkan lebih dari itu, misalnya 200 ribu orang, seperti di Korea? Bisa jadi angka penemuannya lebih fantastis dari hari ini.
Bapak Jusuf Kalla yang merupakan Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI) bahkan memproyeksikan pertumbuhan penambahan pasien COVID-19 di Indonesia bisa mencapai 30 persen per hari. Wallahualam bissawab.
4. Membatasi teman bermain anak dan kegiatan anak di luar rumah
Soliter adalah solider, demikian filosofi yang kita pakai sepanjang karantina virus ini. Sementara waktu kita harus berani membatasi teman bermain anak, mencegah mereka sering berkegiatan di luar rumah, mencegah anak bersentuhan dengan orang lain termasuk meniadakan aktivitas bersalaman.
Tutup mulut dan hidung dengan masker, dengan siku, atau sisi lengan saat batuk dan bersin. Buang segera tisu bekas yang digunakan untuk membersihkan batuk dan bersin. Hindari anak kontak dengan siapapun yang menunjukkan gejala flu, pilek, dan batuk.
Cobalah untuk tidak pergi ke tempat umum, apakah itu tempat kerja, sekolah, tempat wisata, atau naik angkutan umum untuk memperkecil peluang penularan.
Ada beberapa barang sekitar kita yang tanpa disadari sebetulnya sangat kotor, seperti ponsel, keyboard laptop, gagang pintu, pegangan tangga, tombol lift, troli belanja, tombol lampu, dan uang kertas atau logam. Jadi, pastikan kita segera membersihkan tangan setelah bersentuhan dengan barang-barang tersebut.
5. Memastikan anak tetap belajar (homeschooling) di rumah
Saya sempat membaca status seorang teman yang sudah mulai pusing menjadi guru mata pelajaran anak di rumah. Jadi emak itu harus serba bisa. Ya jadi koki, ya jadi dokter, ya jadi teman main, ya jadi guru anak.
Anak kita memang libur sekolah, namun mereka tetap berkewajiban mengerjakan tugas-tugas sekolah dari rumah. Guru biasanya mengirimkan email tugas ke orang tua atau wali murid, dan anak-anak harus mengumpulkan tugas tersebut via email.
Alhamdulillah sekarang sudah banyak platform yang membantu anak belajar dari rumah, seperti Ruangguru.com, aplikasi bimbingan belajar online. Kalo anak kewalahan mengerjakan tugas mata pelajaran, tinggal tanyain bapak ibu guru online.
6. Memberikan bayi vaksin influenza
Saran keenam ini saya tuliskan tanpa bermaksud memicu perdebatan antara tim vaksin dan tim antivaksin. Vaksin secara umum diadakan untuk meningkatkan daya tahan tubuh atau imunitas anak.
Anak dengan daya tahan tubuh bagus lebih kecil risiko terpapar penyakit-penyakit berbahaya, seperti COVID-19 ini. Saya golongan orang tua yang memberikan ketiga putera puteri saya vaksin influenza.
7. Cari bantuan medis saat anggota keluarga menunjukkan gejala sakit
Cari bantuan medis sedini mungkin jika kita atau anggota keluarga kita mengalami demam, batuk, atau kesulitan bernapas. Kenali beda corona, flu, dan batuk biasa. Saya sempat demam selama musim virus ini. Dua dari tiga anak saya juga sama. Sempat waswas jika kami terpapar corona. Namun, alhamdulillah saat ini kami semua sudah sembuh dan beraktivitas seperti biasa.
Sebagai pencegahan awal, gunakan masker medis. Jadi, yang memakai masker sejatinya adalah orang yang menunjukkan sakit gejala pernapasan, seperti batuk, flu, dan pilek. Kalau kita merasa sehat, harusnya gak perlu pakai masker.
Buk ibuk, kalo gak mau panik dan parno, ada baiknya setiap hari kita mencari informasi akurat tentang perkembangan kasus corona ini dari sumber-sumber terpercaya berbasis data ilmiah dan saran kesehatan terbaru dari pemerintah. Jangan ikut-ikutan menyebar informasi hoax, hanya menambah kekhawatiran orang lain yang membaca.
Lebih baik menekankan pentingnya tindakan preventif kepada orang lain, alih-alih menakut-nakuti, atau menghujat sana sini. Jika kita mempunyai akses untuk berbagi masker murah atau hand sanitizer misalnya, lakukan. Bantuan seperti ini akan sangat dihargai saudara-saudara kita yang membutuhkan. Yuk, lindungi keluarga kita dari virus corona!
Leave a Comment