Kenapa sih kita cepat mengantuk kalo lagi santai di tepi pantai? Kenapa sih kita bisa tidur nyenyak di kebun raya atau hutan yang penuh dengan suara jangkrik dan kumbang? Kenapa sih kita bisa terlelap di kereta yang melaju kencang penuh penumpang? Kenapa sih pasangan yang sudah lama menikah terbiasa dengan suara ngorok suami atau istri di tempat tidur?
Suatu malam kita tak kunjung bisa memejamkan mata. Padahal, apa lagi yang kurang? Kasur empuk, lampu kamar temaram, AC sejuk. Jika pernah mengalami hal ini, solusi tidur kita bukan kamar yang enak, melainkan white noise.
Hal sama tak hanya berlaku pada orang dewasa, bayi juga loh. Banyak emak kecapekan karena terlalu lama menggendong bayi sampai pegal, tapi si kecil tak kunjung bobok. Bayinya ditimang, dinyanyiin, dibacain ayat-ayat pendek sampai ayat kursi, kok matanya masih belo aja sih?
White noise atau jika dibahasakan berarti ‘kebisingan putih’ adalah salah satu teknik menidurkan bayi, khususnya usia 0-12 bulan dengan berbagai jenis suara.
Sebelum kita melanjutkan pembahasan tentang white noise lebih jauh, perlu diketahui teknik ini tidak berlaku untuk seluruh bayi, namun layak dicoba karena sangat meringankan beban emak di rumah.
Kok bisa?
Jika bayi kita terbiasa tidur dengan suara-suara sekitarnya, emak bisa bebas mengerjakan apa saja di rumah. Gak perlu jalan mengendap-endap kayak pencuri hanya untuk ambil air minum. Gak perlu mengaktifkan mode getar pada ponsel atau berbisik-bisik menerima panggilan telepon suami di rumah.
Emak gak perlu deg-degan kalo masak di dapur. Gak perlu bergerak lambat kayak sloth pas buka tutup pintu kamar mandi. Gak perlu jadi ninja pas nempelin pantat ke kasur dan tidur di samping anak. Merdeka banget deh kalo bayi kita bisa tetap lelap meski Bumi sekitarnya gonjang ganjing.
White Noise untuk Tidur Bayi Berkualitas
Masing-masing bayi tidur dengan rentang waktu berbeda, berdasarkan usia dan kebiasaan. Ada bayi yang tidur malam sangat panjang dan tidur siang singkat. Ada bayi yang tidur siang sangat panjang, namun ngalong alias begadang di malam hari. Ada juga bayi yang tidur malamnya cukupan, namun sama sekali tak tidur siang.
Dilansir dari Kids Health, bayi baru lahir (newborn) biasanya tidur 18 jam per hari. Bayi berusia 1-2 bulan lelap rata-rata 4-5 jam berturut-turut untuk satu kali tidur.
Bayi 3-6 bulan tidur 8-9 jam di malam hari dan tidur sangat singkat di siang hari. Saat usia bayi menginjak 7-12 bulan, lama tidurnya pagi hingga malam hari mencapai 14 jam diselingi 2-3 kali tidur siang.
1. Menjaga tumbuh kembang
Bayi baru lahir hingga 1.000 hari pertama kehidupannya memerlukan tidur berkualitas. Hormon pertumbuhan diproduksi selama bayi tidur nyenyak. Sebuah penelitian di Italia menunjukkan anak-anak dengan gangguan pertumbuhan dipicu tidur kurang nyenyak.
Berbagai bukti menunjukkan bayi dan anak-anak yang kurang tidur justru mengalami obesitas alias kelebihan berat badan. Hasil penelitian di Rumah Sakit Anak Penn State College, Amerika Serikat ini berdasarkan riset selama satu tahun penuh sejak bayi berusia dua minggu.
Anak-anak yang kurang tidur memang terlihat ramping satu tahun pertama. Namun, setelah itu seiring berjalannya waktu, tubuh mereka cenderung menggemuk.
Anak-anak seperti halnya orang dewasa lebih berselera dengan makanan tinggi lemak, tinggi garam, dan tinggi karbohidrat ketika terbiasa kurang tidur atau kelelahan. Alhasil, kemampuan tubuh membakar kalori tak seimbang.
2. Menyehatkan jantung
Tidur cukup melindungi bayi kita dari masalah jantung dan kerusakan pembuluh darah akibat produksi hormon stres (kortisol) berlebih yang merusak dinding arteri jantung.
Neurosaintis sekaligus peneliti di Georgia State University, Amerika Serikat, Dr Jeffrey Durmer mengatakan produksi gula darah dan kortisol meningkat saat kita terjaga di malam hari. Keduanya terkait dengan risiko diabetes, obesitas, dan penyakit jantung.
3. Membasmi kuman jahat
Tubuh bayi menghasilkan sitokin, sejenis protein yang hanya bisa dihasilkan saat tidur. Protein ini bertugas melawan infeksi, penyakit, dan stres.
Ini pula alasan mengapa saat flu atau batuk, dokter menyarankan kita memperbanyak tidur dan istirahat. Alasannya supaya tubuh lebih banyak memproduksi sitokin dan akhirnya membunuh kuman jahat dari dalam.
Jangan heran jika orang dewasa yang tidurnya sedikit, kurang dari tujuh jam sehari tiga kali lipat lebih berisiko terkena flu ketimbang orang yang cukup tidur.
4. Mengurangi risiko cedera
Yah, namanya juga bayi dan anak-anak. Mereka sangat aktif dan impulsif saat terjaga. Nah, tidur cukup bisa membuat si kecil beristirahat sejenak, sehingga mengurangi risiko cedera, misalnya terjatuh saat bermain, terbentur, atau terluka yang memerlukan penanganan medis.
5. Membuat bayi lebih fokus
Bayi yang tidurnya kurang dari 10 jam secara berkelanjutan hingga usia tiga tahun tiga kali lipat lebih berisiko menjadi anak hiperaktif pada usia enam tahun. Penyakit hiperaktif juga familiar dengan istilah ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder).
Anak ADHD susah fokus pada sesuatu. Aktivitas motoriknya sering tak lazim dan berlebihan, misalnya suka memukul orang, berkata-kata serampangan tanpa pikir dahulu, sulit fokus, sehingga sering dicap anak nakal.
6. Meningkatkan perkembangan otak
Peneliti di Columbia University Medical Center membuktikan bayi baru lahir sudah bisa belajar banyak hal dalam tidur mereka. Peneliti contohnya meniupkan angin lembut ke wajah bayi baru lahir berusia 1-2 hari selama beberapa kali.
Otak bayi menunjukkan bayi belajar mengantisipasi embusan udara tersebut dengan menyipitkan mata. Ini berarti sistem saraf otak bayi belajar memberi perintah pada otot mata.
White Noise Alami
Anak pertama saya, Maetami saat masih bayi sangat tidak kompromi dengan kebisingan. Jujur, waktu itu saya dan ibu saya sama sekali tidak kenal teknik white noise ini.
Alhasil, rumah kami selalu sepi kalo Maetami kecil lagi tidur. TV nyala sangat pelan, hp dibikin mode getar, pintu rumah ditutup supaya suara dari luar gak terlalu bising ke dalam.
Mendengar suara pintu berdecit sekali saja, Maetami langsung terjaga dari tidurnya, demikian juga saat mendengar suara air galon yang dituang ke dalam gelas.
Sepanjang Maetami berusia 0-3 bulan, saya sering menunda masak buat sarapan, nunggu si bayi bangun dulu. Ya iya lah, dengar suara orang buka pintu saja dia langsung nangis, apalagi dengar suara centongan dan wajan emaknya yang lagi masak?
Saat si kembar, Rashif dan Rangin lahir, saya gak kebayang jika keduanya sama seperti Mae. Apalagi saya merawat mereka berdua tanpa bantuan asisten rumah tangga. Pelan-pelan saya mulai kenalan dengan white noise dan mempraktikkannya di rumah.
Setelah trial dengan suara macam-macam selama lebih sepekan, mulai dari mendengarkan si kembar lullaby song, bersenandung, bernyanyi shalawat, metode sushing, akhirnya saya temukan si kembar lebih bisa tidur lama dengan mendengar suara kipas angin.
Jadi, saya selalu menyalakan kipas angin di siang hari. Malam hari diganti AC. Kipas angin ini tidak melulu diarahkan ke badan bayi, tapi sesekali ke dinding, yang penting suara mesin kipasnya bisa membuat si kembar tidur lebih panjang.
Beberapa situs jual beli online memang menyediakan alat white noise praktis untuk digunakan di rumah. Namun, kita tak perlu repot membelinya sebab white noise bisa bersumber dari suara-suara alami di sekitar kita.
Hal yang penting diketahui adalah ketahui white noise seperti apa yang disukai bayi, kemudian membiasakannya dengan suara tersebut. Berikut beberapa jenis white noise alami.
1. Suara kipas angin
Saat masih di rahim ibu, kira-kira usia kehamilan 15 minggu, indera pendengaran bayi mulai berkembang. Bayi bisa mendengar suara-suara bising dari dalam, namun suara tersebut sedikit diredam oleh cairan ketuban.
Dokter dan ahli tumbuh kembang anak dari Universitas Buffalo, Amerika Serikat, Harvey Karp mengatakan bayi sesungguhnya terbiasa dengan suara bising sejak di rahim. Aliran darah yang mengalir cepat melalui plasenta menghasilkan suara lebih berisik dari penyedot debu.
Jadi, kata dr Karp, tak perlu heran jika bayi bisa langsung tidur saat mendengar suara kipas angin, suara AC, dan pengering rambut (hair dryer). Tak perlu heran juga jika si kecil tertidur mendadak di atas motor yang sedang melaju. Ini karena suara-suara sejenis sudah akrab di telinga mereka sejak masih di perut ibunya.
Studi penelitian menunjukkan white noise membantu lebih dari 80 persen bayi tertidur lelap dalam waktu rata-rata lima menit.
2. Suara shusing
Semua orang tua pasti pernah menerapkan metode sushing. Sambil menggendong bayi, kita mengeluarkan suara desisan, seperti ssss, ssst ssst ssst, atau shushushu.
Shusing adalah white noise paling umum yang dimengerti bayi sejak usia dini. Kunci sukses menerapkan metode sushing pada bayi yang menangis atau terbangun dari tidurnya adalah dengan mengeluarkan suara desisan lebih keras dari suara tangisan bayi.
Jika kita berdesis lebih pelan dari tangisan bayi, bayi tak akan bereaksi karena suara tangisannya tetap dominan. Mau tak mau si kecil akan terus menangis tanpa henti.
3. Suara air
Suara ombak, meski volume deburannya bervariasi dari rendah ke tinggi lalu ke rendah lagi, namun ada interval jeda yang intensitasnya halus. Inilah mengapa otak merespon baik suara ini, sehingga berefek menenangkan.
Suara air mengalir, suara rintik hujan bisa membendung suara lain yang tidak nyaman di telinga bayi, seperti suara seseorang yang lagi nyiram toilet atau suara centong nasi emak di dapur.
4. Suara desiran angin
Suara alam yang lamban, sepeti desiran angin adalah salah satu white noise terbaik. Profesor Kesehatan Biobehavioral dari Pennsylvania State University, Orfeu Buxton mengatakan otak manusia merespon suara desiran angin sebagai suara menenangkan, bukan ancaman.
5. Senandung atau musik pengantar tidur
Cara tradisional ini ampuh menidurkan bayi. Bayi sangat familiar dengan suara ayah ibunya. Itu sebab mereka mudah tertidur saat dinyanyikan kedua orang tua, apalagi jika kebiasaan ini diterapkan sejak bayi masih dalam kandungan.
Musik pengantar tidur, seperti denting piano, lantunan murotal alquran, atau musik klasik Mozart juga ciamik jadi senandung pengantar tidur si kecil.
6. Aplikasi white noise
Jika kita takut tagihan listrik membengkak karena harus menyalakan kipas angin atau AC 24 jam, maka cobalah cara terakhir ini.
Install aplikasi white noise dengan mengunduh gratis di Google Playstore. Aplikasi white noise memiliki ratusan suara unik untuk dipilih dan diperdengarkan saat anak mulai mengantuk.
Mengontrol Kebisingan di Rumah
White noise bisa meminimalisir suara bising yang berasal dari dalam rumah dan luar rumah. Berbagai penelitian menunjukkan suara yang bisa diterima bayi untuk tetap tertidur lelap biasanya di bawah 50 desibel, atau tidak lebih dari 65 desibel. Suara ini setara dengan suara kita bercakap normal.
Sayangnya tidak semua bayi bisa tidur lelap dengan teknik white noise. Oleh sebab itu kita perlu mengontrol kebisingan suara yang berasal dari dalam rumah dan luar rumah. Bagaimana caranya?
1. Mengontrol kebisingan dari dalam rumah
Caranya:
- Nyalakan mesin cuci pakaian dan mesin cuci piring sebelum si kecil tidur.
- Jika kamar tidur berada di dekat dapur, usahakan memasak sebelum bayi tertidur atau tunggu saat bayi bangun tidur.
- Tempatkan penyangga untuk meredam suara bising yang mengganggu bayi tidur, misalnya dengan meletakkan rak buku di antara ruang tamu dan kamar tidur.
- Matikan mesin pompa air dan televisi saat si kecil tidur. Khusus televisi, kita bisa mengurangi volumenya menjadi pelan.
- Buat pengaturan ponsel dengan nada getar atau diam. Ini untuk meminimalisir gangguan jika ada panggilan tengah malam.
- Jika suami sering mendengkur saat tidur, mohon maaf dulu, ayah mundur teratur untuk tidur malam di kamar terpisah hingga bayi cukup usia dan lebih adaptif terhadap bunyi bising.
2. Mengontrol kebisingan dari luar rumah
Caranya:
- Mempraktikkan teknik white noise di dalam rumah.
- Tutup jendela kamar tidur anak, terlebih jendela yang menghadap langsung ke jalan kompleks rumah, tempat kendaraan banyak berseliweran.
- Gunakan gabus penahan pintu (door stopper) di seluruh pintu kamar rumah, sehingga tidak ada suara pintu berdecit saat dibuka tutup. Saya juga menggunakannya di rumah.
- Jika ada uang lebih, buat jendela panel ganda yang dapat meredam kebisingan dari luar.
- Coba gunakan penyumbat telinga atau ear plug bayi jika memang kita tinggal di lingkungan super berisik, seperti di dekat stasiun kereta api.
- Menanam pohon dan tumbuhan semak di sekitar rumah. Yups, pohon dan semak juga dapat meredam suara bising secara alami.
Akhirnya kita sampai di pengujung coretan saya kali ini. Jika kamu termasuk yang berhasil mempraktikkan white noise untuk si kecil, silakan berbagi cerita dan pengalaman di kolom komentar ya. Terima kasih!
Leave a Comment