Gejala awal skizofrenia pada anak (ilustrasi)
Gejala awal skizofrenia pada anak (ilustrasi)

Anak yang awalnya ceria, mudah bergaul, dan aktif di sekolah tentu menjadi kebanggaan setiap orang tua. Namun, ada kalanya perubahan perilaku datang tanpa tanda keras, tanpa alasan jelas. Tidak ada angin, tidak ada hujan, tiba-tiba ia mulai menarik diri.

Anak yang biasa bercanda kini lebih sering mengurung diri di kamar. Ia tampak seperti menghindar, enggan berbicara, dan kebiasaannya perlahan berubah. Situasi seperti ini harus membuat kita waspada, karena perubahan drastis bisa menjadi salah satu gejala skizofrenia, terutama bila berlangsung konsisten dalam jangka waktu tertentu.

Pada mulanya, anak masih terlihat normal. Ia senang bermain dengan teman, rajin berolahraga, memiliki hobi yang digemari, dan aktif mengikuti kegiatan sekolah. Tiba-tiba saja semua itu berhenti. Ia kehilangan minat terhadap hal-hal yang dulu disukainya. Ia tidak lagi tertarik pada permainan, musik, kegiatan sosial, bahkan hobi yang sebelumnya dijalani dengan penuh semangat.

Gejala skizofrenia memang sering berkembang perlahan, dan hampir selalu dimulai dengan fase penarikan diri serta hilangnya minat terhadap aktivitas sehari-hari.

Selain perubahan perilaku, pola tidur anak juga dapat berubah drastis. Ia sering tidak bisa tidur, terbangun terlalu cepat, atau mengalami gangguan tidur berkepanjangan.

Pada beberapa kasus, anak mungkin mulai mendengar suara-suara yang tidak didengar oleh orang lain, atau merasa sedang diawasi atau diikuti seseorang. Ini adalah salah satu gejala skizofrenia yang paling jelas, disebut halusinasi auditorik dan delusi paranoid.

Ketika anak mulai mengungkapkan hal seperti itu, kita sebagai orang tua perlu sangat berhati-hati dan segera mencari bantuan profesional.

Profesor dan psikiater dari Universitas Northwestern, Illinois, Herbert Meltzer, menjelaskan bahwa ada beberapa langkah untuk menunda perkembangan skizofrenia. Ia menekankan bahwa meskipun gejala skizofrenia mungkin tetap muncul di kemudian hari, deteksi dini dapat membuat perbedaan besar.

Jika penyakit mental ini menimpa salah satu anggota keluarga, sangat disarankan untuk berbicara terbuka dengan seluruh anggota keluarga. Komunikasi terbuka membantu keluarga memahami risiko dan membantu anak merasa tidak sendirian.

Menurut Meltzer, stres yang tidak biasa, misalnya intimidasi di sekolah atau tekanan sosial tertentu—dapat memicu kerentanan skizofrenia bagi anak-anak yang memiliki predisposisi genetik. Oleh karena itu, lingkungan yang kondusif sangat penting.

Orang tua perlu bekerja sama dengan pihak sekolah untuk meminimalisir stres yang dialami anak. Lingkungan yang aman dan suportif dapat membantu mengurangi potensi munculnya gejala skizofrenia.

Ia juga menjelaskan bahwa gen yang memicu gangguan bipolar dan skizofrenia sering kali tumpang tindih. Jika satu saudara kandung telah didiagnosis skizofrenia, saudara kandung lain memiliki peluang lebih tinggi mengalami kondisi serupa.

Ketika satu anak menunjukkan gejala skizofrenia, sangat wajar jika anak lainnya merasa khawatir. Oleh karena itu, orang tua sebaiknya meminta dokter mengevaluasi kesehatan mental anak-anak yang lain sebagai langkah pencegahan.

Jika kamu pernah mengalami bipolar, ada potensi buah hati juga berisiko dengan kondisi serupa. Meltzer menekankan pentingnya tes memori kerja, memori kata, kecepatan memproses informasi, perhatian, dan pemahaman sosial bagi mereka yang memiliki risiko atau gejala skizofrenia. Penurunan konsisten dalam salah satu tes dapat menjadi tanda bahaya dan memerlukan intervensi medis segera.

Meskipun penting, pengobatan skizofrenia memerlukan disiplin tinggi. Banyak pasien lupa minum obat atau tidak rutin mengonsumsi obat mereka. Untuk mengatasi hal ini, Meltzer menyarankan penggunaan obat suntik jangka panjang yang bekerja mulai dari dua minggu hingga tiga bulan.

Metode ini membantu memastikan anak mendapatkan dosis obat yang konsisten. Penelitian menunjukkan bahwa sekitar lima persen pasien skizofrenia meninggal karena bunuh diri atau percobaan bunuh diri. Karena itu, pemantauan ketat dan dukungan keluarga sangat penting dalam perjalanan pengobatan.

Terapi keluarga juga menjadi salah satu bentuk intervensi yang terbukti lebih efektif dibanding terapi individu saja. Ketika keluarga terlibat, anak merasa lebih didukung, tidak merasa sendirian, dan memiliki motivasi lebih besar untuk menjalani pengobatan.

10 Gejala Skizofrenia yang Sering Diabaikan

Gejala skizofrenia cenderung muncul lebih cepat pada anak laki-laki usia 16–25 tahun dibanding anak perempuan yang umumnya mulai mengalami gejala pada usia 18–25 tahun. Semakin dini gejala teridentifikasi, semakin besar peluang keberhasilan pencegahan.

Berikut 10 gejala skizofrenia yang muncul pada tahap awal:

  • Menarik diri dari pergaulan
  • Kehilangan minat terhadap kegiatan favorit
  • Perubahan pola tidur (insomnia atau bangun terlalu pagi)
  • Mendengar suara atau merasa diawasi
  • Sulit fokus dan prestasi akademik menurun
  • Perubahan emosi tiba-tiba
  • Perilaku aneh dan tidak sesuai konteks sosial
  • Ekspresi datar dan kehilangan kemampuan menunjukkan emosi
  • Kesulitan berbicara atau menyusun kalimat
  • Mengabaikan kebersihan diri dan rutinitas harian

Selain memahami daftar gejala awal, penting bagi orang tua untuk memahami bagaimana dan mengapa kondisi ini muncul secara bertahap pada masa remaja. Remaja mengalami perubahan pesat dalam struktur otak, hormon, dan lingkungan sosial. Pada remaja dengan kerentanan genetik, masa ini sering menjadi pemicu munculnya gejala skizofrenia.

Pada tahap ini, banyak perubahan sering disalahartikan sebagai “fase remaja” atau sekadar malas. Padahal, perubahan drastis seperti mengabaikan kebersihan diri, perubahan pola makan, kehilangan fokus mendadak, atau kesulitan memahami komunikasi sosial bisa menjadi indikasi awal.

Anak dengan gejala skizofrenia juga kerap mengalami penurunan kognitif. Mereka tampak seperti “tidak hadir secara mental.” Mereka sering bengong, tatapan kosong, atau tampak tidak mampu mengikuti percakapan sederhana. Hal ini membuat interaksi sosial menjadi lebih menantang, sehingga anak semakin menjauh dari lingkungan sekitar.

Gangguan makan juga dapat muncul. Beberapa anak percaya bahwa makanan tertentu berbahaya bagi mereka, sementara yang lain makan berlebihan sebagai pelarian dari kecemasan.

Untuk membedakan gejala awal dari gangguan mental lainnya seperti ADHD atau depresi, evaluasi psikiater sangat diperlukan. Orang tua tidak disarankan mencoba mendiagnosis sendiri.

Faktor Pemicu Gejala Skizofrenia

Orang tua perlu memahami bahwa gejala skizofrenia pada anak bukanlah tanda kelemahan moral atau hasil didikan yang salah. Ini adalah kondisi medis yang membutuhkan perhatian profesional.

Anak membutuhkan bantuan psikiater yang berpengalaman menangani pasien psikosis. Penanganan dini dapat memperlambat perkembangan penyakit, mengurangi gejala, dan meningkatkan kualitas hidup anak dalam jangka panjang.

Berikut adalah faktor pemicu munculnya gejala skizofrenia:

  • Riwayat keluarga dengan skizofrenia
  • Stres berat atau trauma emosional
  • Intimidasi atau bullying
  • Penyalahgunaan narkoba atau zat psikoaktif
  • Kurang tidur kronis
  • Tekanan lingkungan atau ekspektasi berlebihan
  • Perubahan hormon masa pubertas
  • Pertengkaran atau konflik dalam keluarga
  • Lingkungan berbahaya atau tidak stabil
  • Infeksi fisik serius atau komplikasi medis

Bagaimana cara membantu anak yang telah menunjukkan gejala awak skizofrenia?

  • Dengarkan tanpa menghakimi
  • Buat rutinitas harian yang stabil
  • Kurangi stres dalam rumah tangga
  • Komunikasikan kondisi anak ke pihak sekolah
  • Batasi konsumsi media digital
  • Pastikan anak tidur cukup
  • Ajari teknik relaksasi dan pernapasan
  • Temani anak dalam setiap sesi psikiater
  • Catat gejala harian untuk memantau perubahan
  • Berikan dukungan emosional tanpa memaksa

Selain dukungan medis, rutinitas keluarga yang baik dapat membantu anak merasa aman. Jadwal tidur yang teratur, aktivitas fisik ringan, kegiatan kreatif, serta interaksi sosial yang tidak terbebani sangat membantu memperbaiki kondisi mental anak.

Membatasi konsumsi media digital juga penting. Informasi yang terlalu banyak dapat memicu kecemasan, padahal anak dengan gejala skizofrenia sangat sensitif terhadap rangsangan mental.

Orang tua juga dapat mencari kelompok pendukung keluarga pasien skizofrenia. Di sana, mereka dapat berbagi pengalaman dan mendapatkan panduan yang lebih personal.

Perjalanan menghadapi gejala skizofrenia bukanlah hal mudah, tetapi bukan mustahil untuk dilalui. Deteksi dini, dukungan emosional, lingkungan yang aman, serta penanganan medis yang tepat dapat meningkatkan kualitas hidup anak secara signifikan.

Yang paling dibutuhkan anak adalah cinta, ketenangan, dan pemahaman dari keluarga. Dengan dukungan penuh kasih dan tindakan cepat, masa depan anak tetap memiliki harapan besar. Semoga bermanfaat.

Share:

Leave a Comment