Salah satu hal tersulit dirasakan orang tua, khususnya ibu saat anak-anak masuk perguruan tinggi alias berkuliah adalah hilangnya interaksi sehari-hari. Anak tak lagi tinggal serumah dengan kita, apalagi jika buah hati memutuskan ngekost, ngontrak, atau tinggal di luar asrama.
Rasa khawatir dan hampa yang kita rasakan sangat wajar. Pas ngintip kamar anak, kosong. Pas ngintip ruang TV yang biasanya ramai, lengang. Tak ada lagi suaranya menghiasi rumah, rasanya kesepian.
Hubungan orang tua dan anak mengalami sejumlah perubahan seiring pertambahan usia. Namun, jika ditangani dengan baik, anak-anak kita pasti menjadi anak yang independen dan bertanggung jawab menjaga kepercayaan orang tua.
Bagaimana agar komunikasi orang tua dan anak tetap lancar dalam kasus di atas?
1. Sepakati frekuensi berkomunikasi
Kebanyakan orang tua memilih jadwal akhir pekan untuk berkomunikasi dengan buah hati yang sekarang menjadi anak kampus. Komunikasi bisa dilakukan dengan sambungan ponsel, atau video call. Frekuensinya bisa lebih sering jika si anak menginginkan lebih, khususnya melalui layanan pesan singkat atau chat.
2. Punya akun media sosial
Beberapa orang tua memutuskan membuat akun media sosial, apakah itu Facebook, Instagram, atau Twitter supaya tetap terhubung atau melihat aktivitas anak yang kebetulan memiliki akun media sosial sama. Dengan cara ini kita bisa mengetahui kondisi putra-putri kita dari pembaharuan statusnya, atau dari foto-foto yang diunggahnya.
Cobalah untuk tidak memberi komentar negatif, apalagi mengomel di kolom komentar jika ada postingan anak yang kurang berkenan di hati kita. Sebaliknya nikmati saja waktu yang kita punya untuk memantau aktivitasnya.
3. Kirim tanda cinta dari rumah
Anak kuliah, apalagi mahasiswa baru senang mendapat kiriman tanda cinta dari rumah. Sewaktu masih menjadi mahasiswa rantai di Institut Pertanian Bogor (IPB) dulu, ibu sering mengirimiku berbagai paket makanan kesukaan dan masakan ibu, khususnya rendang. Tanda cinta dari dapur ibu bisa mencerahkan hari-hari anak yang mungkin tegang memasuki jenjang pertama kuliah.
4. Sesekali berkunjung ke kampus
Kita bisa mengunjungi anak langsung di kampus atau kostnya pada waktu yang tepat. Lakukan ini misalnya tiga kali sebulan, atau sekali enam bulan. Beri buah hati kita kesempatan untuk memperkenalkan lingkungan barunya, kampusnya, bahkan mungkin mengenalkan kita pada teman-temannya.
5. Hargai perubahan suasana hati anak
Ada kalanya suasana hati anak sedang buruk. Kita tak perlu tersinggung. Ingat saja masa-masa dulu saat kita mungkin ada di posisi dia.
Dunia kampus kerap membuat stres mahasiswa. Jika anak kita belum mau berkomunikasi, bersabarlah, dan hubungi saat suasana hatinya sudah membaik.
Leave a Comment