Sebagai kolektor novel kelas akut pada zamannya, aku kebobolan nih ngelewatin satu buku bagus berjudul Imperfect, A Journey to Self-Acceptance karya Meira Anastasia. Kok bisa? Pas dicek tanggal rilisnya itu sekitar pertengahan tahun lalu. Beuh, itu mah lagi berjibaku dengan morning sickness di awal kehamilan si kembar. Boro-boro baca buku atau ulasannya, baca chat di WA aja malessss 😀
Sejak kuliah sampai 2014, aku masih jadi pelahap buku. Rajin ke Gramedia, hunting buku ke berbagai bazaar, sampai ke toko-toko buku bekas. Yah, namanya juga jomblo, pacarannya seringan sama buku, drakor, atau hang out sama sahabat sesama jomblo masa itu (semoga si racun Fitri dan Wista baca ini). Kekeke.
Eh tapi gak papa loh, baca buku itu bikin pintar dan kebiasaan ini suka nurun ke anak. Sama kayak aku, suka baca karena nurun dari ayah.
Oke, kembali ke laptop!
Minggu lalu aku lihat postingan IG Ernest Prakasa, suaminya Mamak Meira nih. Aku follow IG Ernest, tapi gak follow Mamak Meira. Tapi, secara gak langsung aku bisa kenal Mamak Meira dari postingan-postingan Ernest. Mereka pasangan yang menurutku udah kayak teh botol sosro sama tutupnya, nempellll banget. Jodoh sampai akhir hayat insya Allah ya mak.
FYI, Ernest menurutku salah satu sutradara muda Indonesia yang layak diperhitungkan. Regenerasi lah, biar film-film Indonesia ke depan makin lestari (emang hutan? Hehehe). Aku udah nonton beberapa filmnya, mulai dari Ngenest, Susah Sinyal, dan yang paling berkesan itu Cek Toko Sebelah.
Ernest posting poster terbaru film garapannya, Imperfect. Bintang Utamanya Jessica Mila dengan body yang ternyata diupgrade 10 kilo, dan poster itu asli. Artinya, Si Mila beneran gendutin badannya demi film ini. Totalitas banget.
Penasaranku berawal dari sana. Pas aku scroll lagi IG Ernest ke bawah, aku nemu video proses adaptasi buku Imperfect, bincang-bincang Ernest sama istrinya. Wah, menarik, sip! Langsung follow IG Mamak Meira, browsing soal dia, dan nemu blognya di WordPress. Aku suka bagian KontemplASI, curhatan hati Mamak Meira yang spontan muncul setiap kali dia sedang mimik-in anaknya.
Puas begadang baca coretan-coretannya di blog, aku langsung kagum sama perempuan kelahiran Pematang Siantar ini, meski pun dia menyebut dirinya istri atau ibu yang selalu insecure. Sayang tulisan terakhirnya diposting 2016. Namun, aku senang ketika nemuin tagar #sharingmamakmeira di IG @meiranastasia yang berisi banyak hal berarti buat kita para istri, ibu, perempuan pada umumnya. Makasih Mamak Meira Teguh (Eeeh? Hihihi).
Singkat cerita aku beli bukunya. Terima kasih Gojek, karena emak beranak tiga ini gak perlu ke Gramedia. Tinggal beli di website gramedia.com, bayar pakai QR code Gopay, dan buku pun mendarat sampai di rumah.
Versi film yang bakal tayang akhir tahun ini sama sekali bukan copy cut kisah Mamak Meira, seperti yang dituliskan dalam bukunya. Intisari dari buku ini lah yang menginspirasi lahirnya Imperfect versi the movie.
Buku ini bukan novel, lebih ke kumpulan cerita. Silakan dibaca cover belakangnya.
Kali ini aku gak akan nge-review Imperfect, sebab udah banyak yang melakukannya, silakan dibrowsing. Setelah membaca buku ini sampai habis, tentunya di sela kerempongan emak mengurus satu batita dan dua bayi kembar, aku tersenyum ketika menutup halaman terakhir. Ya mak, bukumu seperti self-healing untukku. Terima kasih 🙂
Insecurity, khususnya negative body image memang pil pahit yang suka gak suka harus ditelan semua perempuan, apalagi mamak-mamak abis lahiran anak pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya, sesar pula (aku bangettttt). Setan ini memengaruhi banyak hal dalam kehidupan kita, terutama cara kita memandang diri sendiri. Melalui buku ini, Mamak Meira mengajak kita semua, perempuan, untuk bareng-bareng belajar menghargai, mencintai, menerima, dan berdamai dengan tubuh kita. Kata si mamak, ubah insekyur jadi bersyukur.
Setelah melahirkan anak kedua, aku semakin merasakan perubahan bentuk tubuhku. Apa kamu juga? Mau diet kek gimana pun, tapi perut bagian bawah bekas sesar itu kok membangkang banget sih? Disuruh kempes, eh gak kempes kempes juga.
Bagian dada udah kayak ketarik gaya gravitasi bumi. Sekarang sih masih tenang, karena si kembar masih aktif menyusui, alhasil ASI berproduksi terus dan payudara masih padat aduhai. Tapi lihat deh ntar, kalo mereka udah umur setahun, dua tahun, pasti kempes dan bentuknya gak menarik lagi. Hal sama kualami setelah Maetami, putri pertamaku lulus ASI eksklusif 2,5 tahun.
FYI, waktu hamil kembar, berat badanku naik 15-16 kg. Aktivitas meng-ASI-hi, plus menjadi ibu rumah tangga dengan segudang pekerjaan domestik membuatku berhasil mengembalikan timbanganku ke 54 kg, berat ideal sebelum hamil.
Harusnya aku hepi dong, tapi kok masih sedih lihat diri sendiri di kaca? Apalagi kalo setiap mandi di lantai atas yang kacanya segede gaban, bisa lihat ujung rambut sampai ujung kaki.
Dulu aku senang dengan keberadaan kaca besar itu. Sekarang? Aku benci, gak suka, bahkan aku nyaris tak pernah lagi mandi di kamar mandi atas, pasti mandi di kamar mandi bawah yang gak ada kacanya. Kalau terpaksa mandi di kamar atas, aku pasti menguncinya, sebab tak ingin si mas masuk dan melihatku mandi. Padahal, dulu pas masih punya body goals #cieelah, kamar mandi gak pernah dikunci. Suami masuk mah masuk aja, masih pe-de abis #pukpukdirisendiri.
Saking bencinya sama deposit lemak yang berlebihan di perut bawahku ini, aku pernah nekat pakai korset 24 jam selama hampir sebulan. Pas kontrol jahitan bekas sesar untuk terakhir kalinya ke dokter, eh dokter malah negur aku. Katanya, pakai korset siang hari saja, kalo malam dilepas, untuk mempercepat penyembuhan dan mencegah stretch mark lebih banyak.
Sekarang kemana-mana kalo jalan-jalan sama suami pasti pakai korset. Lucu aja menurutku, badan udah mengecil lagi, tapi perut masih kayak hamil 5 bulan. Jangan sampai ada pandangan kasihan dari orang-orang yang gak tahu karena mengira aku hamil lagi di saat si kembar masih kecil banget.
Ngenest-nya, suatu hari aku pernah mandi bareng Mae, sebab si kakak maksa mau mandi sama ibun. Mae tiba-tiba pegang perut bawahku dan bilang, “Ibun, perut ibun lucu, kayak SLIME!” Whattttttt???????? Langsung kebayang tampang si kakak pas mainin slime-nya #nangisdipojokan.
Sesedih-sedihnya aku, syukur alhamdulillah aku punya support system yang baik. Keluargaku selalu mendukung, baik itu ayah ibuku atau papa mama mertua. Mama mertua malah bilang, aku segar dan ideal di level 55 kg, gak usah diturunin lagi. Ibuku juga sama. Entah apa alasan mereka. Mungkin anggapan mamak-mamak di kampung adalah istri berisi berarti bahagia, istri kurus berarti kurang bahagia? Haduuuh, klise. Apa kabar teman-temanku yang emang gak ada gen gemuk alias mau jungkir balik naikin BB, tapi tubuhnya segitu-segitu aja? Beruntunglah kalian gaes.
Suami juga gak pernah protes setiap kita berdua menunaikan ibadah wajib layaknya pasutri lainnya. Sejak menikah, kita selalu terbuka membicarakan apa yang disuka dan gak disuka masing-masing untuk urusan seks. Ini harus diomongin loh, biar tetap mesra dan romantis. Hallah. Hahaha.
Tapi, perempuan mana sih yang gak mau terlihat cantik di mata suaminya? Banyak yang bilang, pakai korset, selesai perkara. Heyyyy, tak sesederhana itu Esmeralda. Buatku masalahnya lebih besar, sebab perutku bukan konsumsi publik, apalagi aku berhijab, gak pakai pakaian yang mengobral pusar. Ini semua masalah untukku sendiri, dan masalah untuk suami di mataku.
Perut gendut, bekas sayatan sesar, dihiasi stretch mark, YUP! these are all my battle scars. Ini peninggalan sejarah, bukti cinta kasihku kepada ketiga buah hatiku, juga suamiku. Ini kenang-kenangan bahwa dulu aku pernah mengandung mereka semua selama sembilan bulan dalam dua masa waktu. Kakak Mae lahir 3,1 kg. Si kembar Rashif 3,2 kg dan Rangin 2,6 kg. Perut buncit yang kubenci ini pernah membawa kehidupan untuk tiga nyawa. Semua perubahan bentuk tubuh yang tidak kusukai ini adalah bukti perjuanganku.
Tapi, lagi-lagi, setan di kepalaku muncul. Perempuan mana sih yang gak mau menyenangkan suami lahir batin? Meski mas bilang semua baik-baik saja, tapi aku-nya tidak demikian. Tingkat kepercayaan diri di depan suami untuk urusan ‘kasur’ menurun drastis sejak melahirkan anak kedua karena ya itu, negative body image. Untuk saat ini aku masih bisa beralasan karena pengaruh hormon menyusui, sehingga kadang suka kurang excited. Nanti ke depannya gimana? Gak bisa gitu terus dong.
Benar kata Mamak Meira, sometimes, we are our own worst enemy. Perubahan fisik bukan segalanya, karena perubahan pikiran (mindset) itu jauh lebih penting.
Upgrade mindset jauh jauh lebih penting ketimbang upgrade fisik. Sesempurna apapun fisik kita, kalo mindset kita tetap meragukan diri sendiri, ya jatuhnya kita tetap bakalan tersiksa.
Progress Need Process
Aku sering nanya ke beberapa sahabat soal ‘lemak bayi’ di perutku ini. Sahabatku yang juga lahiran sesar dan rajin yoga langsung ketawa pas dicurhatin demikian. Katanya, dia udah yoga jungkir balik, tapi lemak di perut bawah itu emang rebel bangetttt. Sekarang anaknya udah dua dan yang pertama udah TK, tapi lemak bayi itu masih setia di perutnya.
Hal sama juga diceritakan seniorku di kampus dulu. Body udah balik lagi, tapi lemak perut tetap membandel. Kayaknya gak pengen pisah darinya. Hahaha.
Beda cerita kalo dirimu Nia Ramadhani. Selain punya #suamicare dan #skincare, dia juga punya #rekeningcare, tinggal sedot lemak, perawatan mahal sampai ke luar negeri, urusan lemak perut mah say goodbye! Emak sepertiku mah cuma bisa ngandalin olah raga dan jaga pola makan.
Benar (lagi) kata Mamak Meira, semua ada prosesnya. Tuhan juga menciptakan dunia dan segala isinya selama tujuh hari, gak langsung jadi. Kadang-kadang proses itu gak kelihatan karena proses gak seksi, gak seru, dan gak bikin orang berdecak kagum.
Proses biasanya lambat, pelan, bertahap, kadang-kadang maju, dan kadang-kadang mundur. Itulah kenapa manusia suka segala sesuatu yang cepat, yang prosesnya diperpendek dan dipersingkat hingga tidak berasa sama sekali, dan pengennya langsung jadi alias instan.
Dalam kasus problem perut Mamak Meira, salah satu progress delay terberatnya selama berolah raga adalah saat dia mengetahui dia mengalami diastasis recti (DR). Ini adalah kondisi di mana otot-otot perut mengalami pemisahan karena tekanan yang terjadi di dalam perut, biasanya setelah proses kehamilan. Ini juga yang membuat perut bawahnya buncit terus, meski rajin olah raga.
Saat diperiksa ke dokter, Mamak Meira positif DR di perut bawah. Kerenggangan otot perutnya hampir tiga jari dan itu masuk kategori cukup besar. Itu terjadi setelah dia melahirkan Snow, anak keduanya.
JLEB!
Apa kabar denganku yang baru saja melahirkan anak kembar yang jika ditotal berat keduanya nyaris 6 kg? Gak kebayang berapa jari melarnya otot perutku ini.
Pesan Mamak Meira, bagi perempuan yang mungkin sekarang lagi hamil atau berencana hamil, coba diskusikan bersama bidan atau dokter kandungan mengenai cara menghindari DR pascahamil. Dengan senam hamil yang benar misalnya, kondisi ini harusnya bisa dihindari atau dikurangi.
OKE, NOTED!!!! Mana tahu nanti berencana hamil ketiga. OH NOOOOOOO!!!!!! Cukuppppp Romaaa!!!! HAHAHA.
Home Workout Tutorial
Mamak Meira ini sayang banget sama pembacanya. Buku Imperfect isinya bukan cuma curhatan doang, tapi banyak tips penting, bonus stiker motivasi, dan yang paling penting nih, foto-foto lengkap home workout tutorial, plus smart dieter. Pesannya, abs made at the kitchen, not at the gym. Kakaka.
Intinya, gak ada alasan buat emak-emak rumahan sekali pun buat tidak berolah raga dan tidak jaga pola makan. Mamak Meira menerapkan latihan memakai beban tubuh kita sendiri (bodyweight) yang jika dilakukan rutin, bertahap, dan benar, maka harapan untuk mengembalikan kebugaran tubuh, bonus timbangan bersahabat seperti masa emak jaya dulu bisa tercapai. Gerakan-gerakan home workout-nya juga bisa dilihat di akun IG-nya #meirahomeworkouttutorial.
Contohnya ni, orang yang posturnya membungkuk dan dadanya ‘turun,’ salah satunya karena bagian punggungnya lemah. Latihan upper body sangat berpengaruh pada bagian dada.
Otot dada yang dilatih dengan upper body workout jadi mengencang. Karena otot dan lemak berbeda tekstur juga volumenya. Bagian tubuh yang terisi lemak pasti akan terasa lebih lembek. Tapi, ketika otot pada bagian tubuh sudah terbentuk, bagian itu menjadi lebih padat.
Kalo postur tubuh menjadi lebih tegak, pasti dada lebih membusung dan payudara ikut naik. Intinya gitu sih. Hahaha. Ketikan udah mulai ngaco nih, udah panjang banget isi blog-nya. Olah raga yoga atau pilates juga bisa, gak harus weightlifting. Temukan yang paling cocok buat kamu.
Perjuangan Orang Beda-Beda
Masalah tubuh masih gemuk, perut buncit, atau dada mulai turun dan tak menarik lagi mungkin dianggap sepele bagi sebagian orang. Apalagi oleh mereka, perempuan yang belum pernah hamil, melahirkan, punya anak, bahkan belum bersuami sekali pun.
Ada loh suami yang kayak gak terima body istrinya tiba-tiba berubah jadi kaleng sarden. Mereka langsung menuntut macam-macam sama si istri.
“Badan kamu kurusin lagi dong sayang,” atau dengan embel-embel mukadimah sok gak enak, “Sayang, jangan marah ya, kamu kayaknya masih gendut deh. Aku ngomong begini demi kebaikan kamu.” Haduuuuuh, 3B (Basa Basi Busuk). Pengen nampol suami-suami yang demikian, apalagi yang mengatakan kalimat-kalimat mirip di atas di saat istrinya masih berjuang dengan nyeri sesar, bahkan anak yang masih netek #deepbreath
Kalian gak lihat? Banyak mamak di FB (termasuk saya juga pernah) bernostalgia re-post foto-foto jadulnya pas masih di puncak kejayaan dulu? Mungkin 3 tahun lalu, 5 tahun lalu, 10 tahun lalu, yang jelas sebelum melahirkan anak-anak kalian yang ganteng-ganteng dan cantik-cantik itu.
Statusnya:
Mamak pernah kurus
Kala itu…
Ternyata gw pernah langsing 🙂
Lima tahun lalu…
Zaman masih gadis
De-el-el
Itu artinya, tanpa diomongin pun, istrimu sudah merasa ada yang berubah dari tubuhnya. Istrimu butuh dukunganmu, butuh kasih sayangmu yang jauh lebih besar dari sebelumnya, apalagi kalo istri ikut merantau bersama suami dan tinggal jauh dari keluarganya. Perasaan istri suka rentan kalo udah nyangkut soal body image. Mereka butuh waktu untuk menerima dan berdamai dengan diri sendiri.
Suami adalah support system pertama dan utama di mata istri. Kalo di Avengers, suami itu Captain America-nya. Kalo di Power Rangers, suami itu Ranger Merah-nya. Jangan sampai istri merasa tidak lagi dicintai suami.
Benar kata Mamak Meira, ada banyak hal yang bisa kita bicarakan selain penampilan fisik. Mau suami ke istrinya, atau perempuan ke perempuan lainnya. STOP BODYSHAMING!
Buat mamak-mamak di luar sana yang senasib sepenanggungan, masih berjuang dengan yang namanya negative body image, yuk, kita ubah Imperfect menjadi I’m perfect 😀
Oke, sekian curhatan Mamak Mae malam ini. Sengaja posting ini malam-malam karena gak tahu dapat energi dari mana, abis namatin bacaan kemarin, langsung pengen curhat sendiri. Kekeke. Terima kasih sudah berkenan membaca dan selamat teeeedooooor mamijen dan papijen sekalian.
Leave a Comment